Ruang kelas yang tadi sudah hampir penuh tiba-tiba lengang, Bahkan hanya menyisakan mereka berlima."Kalian kasihan banget ya sama gue?"
Aijezz bersandar di kursinya, memposisikan diri senyaman mungkin, ia kemudian menatap Hasta dan teman-temannya.
"-Apa gue kelihatan se-menyedihkan dan se-mengenaskan itu?"
Remaja itu penasaran, bagimana orang-orang melihatnya. Sebenarnya apa arti dirinya bagi orang-orang sekitarnya. Bukankah dirinya hanya orang baru untuk mereka. Tidak sepantasnya ia mendapatkan perhatian sebanyak ini.
"Lo mau kita jawab apa?" Hasta tidak pernah memandang sesuatu dengan serius. Namun kali ini sorot itu berbeda.
"Ya gue nggak tau, gue cuma penasaran. -Karena sebelum ini, nggak ada satupun tempat yang mau terima gue.. All of them push me away.. like i never enough to be loved.."
Apa Hasta boleh berbangga diri, pada akhirnya manusia dingin bernama Aijezz itu mau terbuka pada mereka. Terbuka tentang hal menyakitkan yang pernah di rasakan. Itu tidak mudah.
Pun Renan yang diam-diam mengepalkan tangannya menahan amarah. Otaknya mengambil kesimpulan bahwa mungkin Aijezz menyerah untuk membuka diri karena terlalu banyak tempat yang sudah menolaknya.
"termasuk keluarga lo?" Tanya Hasta. Cowok itu menatap Aijezz dengan tatapan sendu, tatapan kasihan yang membuat Aijezz merasa dirinya hanyalah seonggok daging yang menyusahkan.
Aijezz menghela nafas pelan, Keluarga ya..
Banyak pro dan kontra di dalam keluarganya, Banyak sekali. Dia tidak sanggup membuka suara untuk membahasnya. Rasanya masih sakit, sekeras apapun Aijezz mencoba lupa, nyatanya luka itu tak akan pernah sembuh."What i talking 'bout?.. -stop it right here! Balik sana ke meja kalian. Dan, lupain apa yang gue bilang barusan, anggap aja kalian nggak pernah denger apa-apa."
Hasta tertawa sumbang mendengarnya. Mereka gagal lagi hari ini. Sulit sekali meruntuhkan dinding yang Aijezz buat. Hati Aijezz masih sedingin tatapannya.
"Nggak denger apa-apa dia bilang? -Ni bocah bangsat bener-bener nggak tau terima kasih ya!!"
Taro dengan cepat menahan pergerakkan Liu yang hendak melayangkan tinjunya. Cowok Chindo itu bahkan sudah meraih kerah seragam Aijezz dan merematnya keras-keras, Taro tidak ingin luka di tubuh bocah bule itu bertambah, maka dengan cepat ia menahan Liu dibalik punggungnya, menempatkan diri sebagai penengah sekaligus tameng hidup.
"Nggak ada gunanya kalian begini. Kalian nggak bener-bener peduli, kalian cuma kasihan. Gue udah nggak bisa percaya sama siapapun lagi!" Kata Aijezz setelah berhasil lepas dari jerat tangan Liu, Wajahnya memerah dengan tarikkan nafas kasar. Cowok bule itu lantas merapikan kerah seragamnya yang kusut, dia benci di sentuh dan di buat berantakan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E N I A L »[ Lee Jeno ]«
Ficción GeneralNotes :: -Book ini untuk di Baca! Bukan untuk diplagiat!!! -Bacanya dari Prolog, Biar paham alurnya. -Jangan lupa tinggalkan jejak. -Follow juga biar nggak ketinggalan kalau Booknya di Update dan Mamak ada book baru. //////////////// Summary : Katak...