Bunda Ayun menatap lega kepulangan Nakula dan Aijezz. Tidak biasanya Aijezz pulang selarut ini, juga Nakula yang sejak siang pamit keluar namun tidak menyebutkan kemana tujuannya. Keduanya berhasil membuat Bunda Ayun khawatir."Ai sama Kula darimana aja? Bunda khawatir. Mana chat bunda nggak ada yang dibales, di baca juga enggak." Bunda Ayun bergegas menghampiri mereka.
Binar wanita berparas lembut itu menatap senang pada Aijezz dan Nakula, mereka berjalan beriringan sejak memasuki pintu utama. Bunda Ayun terharu, mereka yang biasanya tidak begitu akur, tiba-tiba pulang bersama.
"Kan Kula udah bilang, bun. Kula mau ketemu temen-temen SMP Kula." jawab Nakula.
"Temen-temen SMP Kula yang mana? Bocah-bocah nakal yang suka ngerokok sama ngebully itu? -bukanya bunda udah bilang, jangan berhubungan lagi sama mereka!" tegas Bunda Ayun.
"Enggak kok, bukan. Kan temen Kula banyak, Bun. Bukan mereka doang." Nakula berusaha menghindari kontak mata dengan bundanya.
"Bener?" Bunda Ayun menatapnya penuh selidik.
"Bener bunda." Jawab Nakula.
"Kalo Ai kenapa pulangnya malem banget? Kata Dad, Ai nggak ada les dulu karena Ai belum sehat bener. Biasanya kan sore udah palang, Kenapa jam segini baru pulang?" Omel Bunda Ayun.
Namun melihat rona pucat menyelimuti wajah Aijezz, segala pikiran negatif prihal dua bocah itu sirna. Tergantikan dengan lebih banyak persepsi buruk.
"-Ai di gangguin temen-temen di sekolah? Ai kalo di nakalin sama temen-temen Ai, Ai cerita sama bunda ya?" Bunda Ayun menatap wajah tampan Aijezz yang kini sepucat kapas.
"Bunda tenang aja. Temen-temen Ai yang sekarang baik-baik kok. Ai pulang telat karena di ajakin nongkrong dulu. Mereka pada kangen sama Ai, katanya Ai absennya kelamaan." Jelas Aijezz.
"Dih!" Nakula melirik sinis, tersenyum miring menanggapi dusta yang dengan lancar Aijezz lontarkan.
"Syukur, bunda tenang dengernya. Pasti belum pada makan kan? Yuk makan dulu, bunda siapin makanannya ya.. Yuk-yuk!"
Mereka digiring bunda Ayun untuk segera mencuci tangan selagi Bunda Ayun menata beberapa hidangan di meja.
Diam-diam Nakula menyadari. Aura bahagia dalam diri Bundanya yang kini terlihat nyata. Tidak seperti saat hidup bersama ayah kandungnya dulu. Semenjak bersama Defran, Bundanya terlihat sangat cerah. Senyumnya begitu tulus juga perannya sebagai seorang ibu yang amat terasa.
Sial!! lagi-lagi rasa tak nyaman menyergap hati Nakula. Getar panas di dadanya bergejolak. Amarahnya terbakar kembali, ia menatap tajam Aijezz yang duduk di kursi seberang.
Harusnya bukan Aijezz! harusnya bukan Aijezz yang duduk di hadapannya. Harusnya bukan Aijezz yang merasakan kasih sayang bundanya. Harusnya bukan Aijezz yang mendapatkan tatapan khawatir penuh perhatian itu. Ini salah! Ini tidak benar!
KAMU SEDANG MEMBACA
D E N I A L »[ Lee Jeno ]«
Fiksi UmumNotes :: -Book ini untuk di Baca! Bukan untuk diplagiat!!! -Bacanya dari Prolog, Biar paham alurnya. -Jangan lupa tinggalkan jejak. -Follow juga biar nggak ketinggalan kalau Booknya di Update dan Mamak ada book baru. //////////////// Summary : Katak...