0.6 Gak Perlu Takut

705 110 30
                                    

Happy reading(๑˙❥˙๑)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading(๑˙❥˙๑)

Arthur menghentikan motornya di depan sebuah rumah yang berukuran besar.

“Hati-hati,” peringat Arthur sambil membantu Clairs turun dari motornya. Clairs melihat ke arah depan, rumah itu besar berlantai dua dilihat dari balkon yang ada di hadapannya.

“Rumah siapa?” tanya Clairs saat Arthur menarik tangannya pelan.

“Markas—Phoenix.”

Ah gue baru inget! Tadi di kelas Vandra ngasih tahu gue sekilas tentang Phoenix.

“Tunggu—“ Clairs menahan tangan Arthur yang menggenggamnya tepat sebelum Arthur membuka pintu.

Arthur menaikan sebelah alisnya. “Kenapa?”

“Nama lo, Arthur?”

Arthur mengernyit bingung, jadi sedari tadi gadis di hadapannya ini tidak tahu pasti tentang namanya? Arthur mengangguk sebagai jawaban.

“Masuk dulu,” sela Arthur saat Clairs akan bertanya kembali.

Clairs mengedarkan pandangannya sata masuk ke dalam rumah. Rapih dan bersih.

Arthur mendudukan Clairs di salah satu sofa, dan dirinya duduk di samping Clairs. “Next question?”

“Lo ... ketua Phoenix?”

Arthur berdiri dari duduknya, menghilang beberapa saat dan membawakan sebotol air mineral yang masih di segel.

“Ya, gue Arthur Alister Maverick—ketua Phoenix.”

Clairs menelan salivanya susah payah. Gila! Gue gak tahu kalau dia Arthur yang di maksud Vandra.

Clairs ingat jika Vandra memberitahunya mengenai kepribadian Arthur. Dia lelaki dingin yang tak tersentuh oleh siapapun. Lelaki dengan karisma di setiap langkahnya. Dan lelaki dengan emosi yang paling tidak bisa dikontrol. Salah satu lelaki Alexandria yang harus dijauhinya.

Arthur dapat melihat dengan jelas Clairs yang meremas roknya, kemudian menarik kedua tangan Clairs membuat gadis itu tersentak kaget. Apalagi saat Arthur mengusap kedua tangannya dengan lembut. Tangan mungilnya berbeda sekali dengan tangan Arthur yang berurat.

“Gak usah gugup, relax. You can ask anything.”

“Temen gue bilang, gue harus hati-hati sama lo. Lo orang yang gak tersentuh dan lo orang yang gak bisa kontrol—“

“Kontrol emosi?” potong Arthur bertanya dengan tangannya yang masih mengusap lembut kedua tangan Clairs.

Clairs mengangguk kaku.

“Gue emang orang yang gak bisa kontrol emosi, gue tempramen. Tapi, gue berusaha buat kontrol emosi di depan lo. Lo gak perlu takut sama gue... gue gak suka lo takut sama gue.”

Who I Am?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang