Kisah ini dimulai ketika aku memutuskan untuk pindah dari rumah orangtuaku dan mengontrak sebuah rumah mungil di pinggiran Jakarta. Kulakukan itu karena aku dan istriku ingin belajar mandiri.. apalagi kini sudah hadir si kecil anggota keluarga baru kami.
Kuakui.. aku bukanlah suami yang baik.. mengingat petualangan liarku ketika masih belum menikah. Sering aku bergonta ganti pacar yang ujung ujungnya hanya untuk memuaskan libidoku
yang cukup tinggi. Setelah menikah.. kuredam keinginanku untuk berpetualang lagi.
Di hadapan istri dan lingkunganku aku mencoba
menampilkan sebagai sosok yang baik-baik.
Tidak neko-neko. Rahasia masa laluku pun aku simpan rapat-rapat.
Namun setelah satu bulan aku tinggal di lingkungan ku yang baru.. tampaknya tabiat lamaku bisa kumat kembali. Apalagi di sekitar rumahku.. banyak aku menemukan wanita yang menarik perhatianku.. Mulai dari ibu-ibu tetangga yang rata-rata tidak bekerja.. dan mahasiswi yang banyak kost di sekitar tempat tinggalku.
Satu sosok yang menarik perhatianku adalah
Anty.. tetangga kontrakanku..
Namun tetangga-tetangga memanggilnya Mama Ryan.. sesuai dengan nama anaknya.
Ketika pertamakali bertemu.. ia terlihat berbeda dibanding ibu-ibu lain di sekitar situ. Wajahnya cukup cantik dengan kulitnya yang kuning langsat..
Bodinya cukup montok.. namun tetap kencang walau usianya sudah di atas 37 tahun. Payudaranya pun terlihat proporsional di balik kaus yang sering ia kenakan.
la berasal dari Garut.. jadi wajarlah kalo wajahnya cantik khas wanita priangan. Namun segala pesonanya itu tertutupi oleh kehidupannya yang sederhana.
Suaminya hanya seorang supir pribadi yang penghasilannya cukup terbatas.. lalu kedua anaknya sudah beranjak remaja.. yang tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar.
Hubungan istriku dengan Anty cukup baik... sering Anty berkunjung ke rumahku dan ngobrol dengan istriku.
Pada saat itu aku sering curi-curi pandang ke arahnya.
Sering ia hanya mengenakan kaos longgar dan celana pendek kalau main ke rumah.. sehingga belahan gunung dan sebagian paha ayam nya
yang putih mulus menjadi santapanku.
Kapan ya aku bisa menidurinya..? Dari istriku pun akhirnya aku tau kalo ternyata Anty bekerja paruh waktu sebagai pembantu.
Seminggu tigakali ia bekerja membersihkan apartemen seorang ekspatriat. Apartemen ini sering kosong karena sering di tinggal pemiliknya berdinas ke luar negeri.. jadi ia di percaya untuk memegang kunci apartemen itu.
Namun kegiatannya itu tidak membantu banyak dalam masalah keuangan keluarga.. di tengah kebutuhan sehari-hari yang semakin mahal.. Nah.. inilah kesempatanku untuk menjadi dewa penolong baginya.. walau ada udang di balik batu.. ingin merasakan bagaimana rasanya jepitan memek bini orang.. hehehe...
Strategi untuk mendekatinya pun mulai aku jalankan.
Dia berangkat kerja selalu pagi hari pada hari Senin.. Rabu dan Jumat pada pukul 7 pagi. Aku tau karena dia selalu lewat depan rumahku ketika berangkat untuk menuju jalan raya. Dia berangkat kerja menggunakan metro Mini.
Setelah tahu jadwalnya.. aku pun mulai mengatur siasat agar bisa berangkat bareng dengannya.
Kuatur waktu berangkat kerjaku yang biasanya jam 8 menjadi lebih pagi lagi.
Kebetulan arah apartemen tempatnya bekerja searah dengan kantorku di Sudirman.
Senin pagi itu kulihat dia sudah lewat depan rumahku untuk berangkat kerja.. Aku segera bersiap-siap mengeluarkan mobilku dari garasi. Istriku sempat bertanya.. koq hari ini berangkat lebih pagi. Kujawab saja mendadak. ada meeting