Ricko dan Siska sepupunya

19.6K 21 0
                                    

Nama ku Ricko, denga usia yang sudah menginjak kepala 4 yaitu 43 tahun aku bekerja di salah satu perusahaan ternama sebagai manager.

Oh ya saat ini aku sedang di Semarang. Berkali-kali ku coba menghubingi hp Sisil, keponakan ku yang sedang kuliah di Semarang tapi selalu di jawab oleh Veronica, sekretaris nasional dari Telkomsel. Akhirnya aku berspekulasi untuk langsung saja ke tempat kost nya. Aku masih punya waktu 2 jam sebelum schedule pesawat ke Jakarta. Rasanya kurang pantas aku di Semarang tanpa menengok keponakan ku yang sejak SMP ikut dengan ku.

Ku ketuk pintu rumah bercat biru, rumah itu kelihatan sunyi seakan tak berpenghuni. Memang jam "Sisil ada ?" tanya ku begitu pintu terbuka.

12 siang begini adalah jam bagi anak kuliah berada di kampus. Lima menit kemudian pintu di buka, ternyata Rosa, teman sekamar Sisil, sudah tingkat akhir dan sedang mengambil skripsi.

"Eh.. Om..., anu Om, anu... Sisilnya sedang ke kampus, emang dia ngggak tau kalo Om mau kesini?" sapanya dengan nada kaget.

Aku dan pacarku sudah beberapa kali menengok keponakan ku ini sehingga sudah mengenal teman sekamarnya dan sebagian penghuni rumah kost tersebut.

"Mendadak karena pesawat Om masih 2 jam lagi, jadi ku pikir tak ada salahnya kalo mampir sebentar daripada bengong di bandara sendiri." Jawab ku sambil memakan lumpia yang ku beli di bandara.

"Aku mau nemenin Om ngobrol tapi aku harus segera bersiap ke kantor, maklum deh Om namanya

juga masih magang, apalagi sekretaris di kantor sedang cuti jadi aku harus ganti jam 1 siang nanti,"

Jawabnya lagi tanpa ada usaha mempersilahkan aku masuk. "Sorry aku nggak mau merepotkan mu, tapi boleh nggak aku pinjam kamar mandi mu? Perut Om sakit nih," pinta ku karena tiba-tiba perut ku terasa mulas. Rosa diam sejenak.

"Please sebentar aja, "desakku, aku tau memang nggak enak kalo masuk tempat kost puteri apalagi Cuma ada Rosa sendirrian di tempat itu.

"Oke tapi jangan lama-lama ya, nggak enak kalo di lihat orang, apalagi aku sendirian di sini," jawabnya mempersilahkan aku masuk.

"Oke Cuma sebentar kok, Cuma buang hajat aja," kata ku Aku tahu kamar mandi ada di belakang jadi aku harus melewati kamar Rosa yang juga kamar Sisil yang letaknya di ujung paling belakang dari 9 kamar yang ada di rumah itu sehingga tidak terlihat dari ruang tamu. Rosa tidak mengantarkan ku, dia duduk di ruang tamu sambil makan lumpia oleh oleh dari ku tadi.

Ku susuri deretan kamar-kamar yang tertutup rapat, rupanya semua sedang ke kampus. Kulihat kamar Sisil sedikit terbuka, mungkin karena ada Rosa di rumah sehingga tak perlu ditutup,

ketika ku berada di depan pintunya ku dengar suara agak berisik, mungkin radio pikir ku, tapi terdengar agak aneh, semacam suara enak-enak. Mungkin dia sedang memutar film p dari komputernya, pikir ku lagi. Ketika ku lewat di depan kamar, suara itu makin jelas berupa suara enak-enak dari seorang laki-laki dan perempuan, dasar anak muda, pikir ku.
Tiba-tiba pikiran iseng keluar, aku berbalik mendekati kamar itu, ingin melihat selera anak kuliah dalam hal film p. Dari sebuah pintu yang sedikit terbuka, ku intip ke dalam untuk mengetahui film apa yang sedang di putar. Pemandangan di kamar itu jauh mengagetkan dari apa yang ku bayangkan, ternyata bukan adegan film p tapi kenyataan. Ku lihat dua sosok tubuh sedang bermain di atas ranjang. Aku tak bisa mengenali dengan jelas siapa mereka karena sudut pandang yang terbatas. Sakit perut ku tiba-tiba menghilang. Ku lihat si wanita berjongkok di antara kaki laki-laki dan sedang mengulum permen dengan mahirnya. Dari pantulan cermin meja rias sungguh mengagetkan ku, ternyata wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Sisil, keponakan ku yang aku sayang dan ku jaga selama ini. Rambutnya di ikat ke atas membuatku agak asing pada mulanya. Sementara si laki-lakinya, aku tidak mengenalnya, yang jelas bukan pacarnya yang di kenalkan padaku bulan lalu. Aku tak tahu harus berbuat apa, ingin marah atau malahan ingin ku tampar mereka berdua. Lutut ku terasa lemas, shock melihat apa yang terjadi di depan muka ku. Aku ingin menerobos masuk ke dalam, tapi segera ku urungkan ketika ku dengar ucapan Sisil pada laki-laki itu. "Ayo Mas Deni, jangan kalah sama Mas Andre apalagi sama si tua Leo," katanya lepas tanpa

Cerita Dewasa (Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang