Bagian 2

120 8 0
                                    

Karya:Meliyana

***
"ngga, sebelum ke 'sana' anter kakek dulu" Rafael turun dari mobil milik Rangga di susul pemiliknya.

"emang udah jadwalnya?" tanya Rangga sambil berjalan memasuki rumah sambil memutar-mutar kunci mobilnya. Rafael mengangguk.

"iya, kan sebulan dua kali. Buru ahh"

"oke, gue ke kamar kakek, loe nyetir nih" Rangga melempar kunci mobilnya yang segera di tangkap Rafael. Baru saja Rafael berbalik, Rangga sudah memanggilnya.

"Raf, tunggu deh. Duitnya mana?" tanya Rangga bingung.

"ntar gue sms Bisma"

***
"dek emang adek kamu sakit apa?" tanya ka Nela saat menyusuri koridor rumah sakit. Ini pertama kalinya gue ngajak dia jenguk adek gue.

"tumor otak kak" jawab gue mencoba biasa. Shit! Gue gak boleh nangis.

"maaf, kamu yang kuat Ra" ka Nela menepuk-nepuk pundak gue.

"pasti kak. Yuk, itu adek aku di ruang rawat paling ujung. Harus cepet kalo gak ntar kita bisa telat" ka Nela mengangguk lalu mempercepat langkahnya. Saat tiba di depan pintu kamar adik gue, gue memegang kenop pintu lalu membukanya.

***
from: Rafael
dimana lo? Bisi transfer 10 juta ke rekening gue sekarang?
Bisma melotot tak percaya saat makan malam dengan ayahnya. 10 juta?

"anjrit! Sinting nih orang. Darimana gue dapet 10 juta kalo gini caranya?" batin Bisma meracau.
Melihat anaknya gelisah, Ryan menautkan alisnya heran lalu menegurnya.

"ada masalah Bisma?" tanya Ryan. Bisma mendongak kaget lalu menggeleng.

"engga yah, aku ke atas dulu ya yah. Kenyang" Bisma tersenyum paksa lalu bangkit dari meja makan menuju kamarnya.

***
"mau kemana lagi mah?" Dicky mengernyit heran melihat sang mama turun dengan kemeja kantornya di sertai koper di tangan kanannya. Wanita paruh baya itu tersenyum lalu mendekati Dicky.

"mama harus ke Yogyakarta sayang malam ini. Atasan mama tadi telpone" jelasnya. Dicky memutar bola matanya bosan lalu mematikan televisi.

Pemuda yang memiliki tampang imut ini bangkit dari sofa ruang tamu lalu mendekat pada sang mama. Wajahnya nyaris tanpa expresi padahal sang mama memberinya senyum manis.

"Dicky ka..." baru saja mama Dicky ingin meraih kepala Dicky dan mencium keningnya.

Dicky sudah berlalu melewatinya menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Dicky!" mama Dicky membentak seraya berbalik.

"ya ya ya. Dicky bakal baik-baik aja di rumah. Gak akan pulang malem. Gak bolos. Gak lupa belajar. Gak lupa makan dan gak cari masalah di sekolah"
Dicky menghela nafas berat lalu berbalik menatap mamanya.
"gak perlu repot-repot khawatirin Dicky. Mending cepet berangkat ke bandara. Liat deh! Taxi pesanan mama udah datang. Oh iya satu lagi, kalo udah di sana gak usah repot-repot telponin Dicky"

"Dicky!" kali kedua sang mama membentaknya. Dicky tersenyum miris.

"Dicky bakal sehat-sehat aja kok ma. Gak perlu khawatirin Dicky, sebaiknya mama khawatirin diri mama sendiri. Jangan kelelahan dan tidur malam. Good night mah"
Setelah berkata begitu, Dicky berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya. Dia tersenyum miris menahan sakit di hatinya.
"udahnya bokap gue gak punya. Ngerasain di sayang sama mama aja gue gak bisa. Gini nih nasib anak gak tau punya ayah atau ngga. Mungkin gue anak haram. B*ngs*t-lah!"

***
Morgan menjauhkan matanya dari teropong bintang yang ia letakan di balkon kamarnya. Ia tersenyum pada langit, tepatnya pada satu bintang yang paling bersinar.

Welcome To Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang