Bagian 3

101 6 0
                                    

Karya: Meliyana

***
Sama-sama sakit itu gak usah sok saling nyakitin. Gue emang gak bener, tapi bukan berarti gue bikin keadaan gue makin gak bener.
Ibaratnya, sama-sama muna, sama-sama pasang tampang malaikat, jadi buat apa gue sok buka kedok. Kita setara. Gue elo sama. Manusia.

***
Bisma mengernyit heran saat mobil Rangga memasuki pelataran night club. Begitupun Morgan. Keduanya melepas helm lalu saling lirik dengan tampang bayi gak punya dosa. Polos asli.

"bengong lagi. Masuk!" sentakan Rangga membuat lamunan keduanya buyar.

Bisma dan Morgan turun dari motor mereka sambil mengekor Rangga dan Rafael. Jujur saja, ini kali pertama mereka memasuki tempat seperti ini.

"loe siwer bawa mobil Raf? Ngapain ke tempat beginian" protes Bisma.
Ia mengusap-usap telinganya saat memasuki night club lebih dalam. Tapi, sepertinya Rafael dan Rangga acuh. Tangan mereka malah asik bergerak mengikuti lantunan DJ. Bisma menggeleng lalu menoyor kepalanya.

"apa sih?" Rafael akhirnya menoleh.

"ngapain kita kesini?" teriak Bisma

"hah? Apa?" tanya Rafael. Suara Bisma tenggelam oleh music. Bisma mengusap keningnya lalu menarik kerah kemeja Rafael.

"ngapain kita kesini idiot!?" teriak Bisma di telinga Rafael. Pemuda ini mengusap-usap telinganya.

"seneng-seneng tolol. Bacot loe ahh" Rafael berbalik kembali melangkah bersama Rangga.
Morgan menyikut lengan kiri Bisma dengan sikunya lalu berkata.

"kita ngapain?" Bisma menggeleng.

"ikutin aja mending. Gue juga gak ngerti mau ngapain" Bisma menepuk pundak Morgan lalu menyusul Rangga dan Rafael.

Bisma dan Morgan mengikuti Rangga dan Rafael yang berjalan mengarah pada sudut club. Ada sofaa panjang melingkar di sana. Mereka berempat duduk di sana sambil melihat sekitar. Dapat di lihat kalau Bisma dan Morgan amat sangat tidak suka berada di sana.

"pesen minum Raf" suruh Rangga. Rafael mengangguk lalu menyalakan korek apinya. Tak berapa lama, seorang waitres datang menghampiri mereka.

"bawain satu wine dan empat gelas" ucap Rafael. Bisma dan Morgan menoleh.

"loe mau mabok apa?" tanya Morgan sedikit berteriak.

"come on-lah. Sedikit wine doang" sahut Rangga. Bisma menggeleng.

"empat soda" ucap Bisma pada waitres di hadapannya.

"satu botol wine" tolak Rafael. Bisma dan Rafael bertatapan lama.

"bacot loe bedua. Satu wine, dua soda. Anter buruan!" Rangga menengahi.
Pelayan itu mengangguk lalu beranjak menuju bar.

"huh (brak)" gue melirik ka Nela sembari menaruh dua soda ke atas nampan bulat di atas meja.

"kenapa loe kak?" tanya gue. Ka Nela menggeleng.

"ada anak a-be-ge noh ngesok mabok" serunya.
Gue terkekeh kecil.

"biasalah kak, kalem-kalem loe hadepinnya" ledek gue. Ka Nela melengos lalu melirik nampan gue.

"loe mau nganter kan? Gue aja yang anter, loe anter punya gue. Gue males liat mukanya cowok sipit itu" ucap ka Nela.
Ia mengambil alih nampan di tangan gue ke tangannya.

"tapi, kak... Ya elah..." gue melengos saat ka Nela mengedipkan matanya lalu berjalan ke arah sofa Dicky dan Ilham. Apes bener gue.

"huh, biar deh. Lagian mau liat gue. Tampang apa sih mereka" gue meraih nampan ka Nela.
Bagus deh dia udah siapin jadi gue tinggal anter. Satu wine dua soda. Gue rasa ada yang sok polos.

Welcome To Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang