Bagian 6

78 3 0
                                    

Ilustrasi dari Reamy mantannya Morgan huhuhu...
Karya: Meliyana

***
"dia gak sayang sama gue. Di..uhuk.. dia ninggalin gue loe tau hah? Dia bilang gue ha..uhuk..uhuk.. rus lupain dia, cari pengganti dia. Hhh... Semuanya sama! Gak orang tua gue, gak Reamy, semua ninggalin gue!" Morgan bercerita pada Nella dengan gaya mabuknya. Tangan kanannya masih setia memegang gelas.

"Nella... kenapa loe diem juga hah? Loe gak mau dengerin gue? Udah, pergi sana!" Nella menggeleng lalu meraih gelas di genggaman Morgan.
"loe udah mabuk Gan, udah cukup"
"lepasin!" Morgan menepis tangan Nella lalu menjatuhkan kepalanya di meja bar.

"loe itu sama kaya mereka. Pertamanya sok baik, sok peduli ujung-ujungnya nusuk gue. Sampah!" Nella menggelengkan kepalanya. Ia celingukan ke kanan dan ke kiri mencari Darra. Tadi, ia sempat melihatnya, mungkin gadis itu sedang mengantar minuman.

"loe tunggu sini, gue cari temen gue dulu" Nella beranjak dari kursi bar menuju sofa-sofa yang berderet.
"iya bagus. Pergi aja semua. Pergi jauh-jauh dari hidup gue sampe gue mati, sendiri, abadi. Terus ntar gue ketemu Reamy. Hahaa.. Reamy.."

**

"Darra!" gue menoleh saat baru saja meletakan sebotol wine pada meja di depan beberapa sofa. Ternyata kak Nella.
"iya kak kenapa?" tanya gue setengah berteriak. Kak Nella gak jawab. Dia justru narik tangan gue untuk ikut dengannya.

Ternyata menuju meja bar. Tapi, tunggu. Kok gue gak asing sama cowok yang tepar di sana?
"loh, ini kan Morgan?" kata gue shock. Mendengar namanya di sebut Morgan membuka matanya lalu tersenyum.
"hai cewek idiot"

"dia mabok. Bisa bantu gue mapah dia sampe depan trus nunggu taxi? Kasian kalo dia pulang naik mobil lagi mabuk gini" mendengar perkataan ka Nella, gue meredam emosi gue.
"bisa kak. Bentar gue cari hape gue" Nella menggeleng.
"taxinya udah gue telpon. Bantuin mapah sampe taxi aja."

***

"mau ngomong apa?" Archi memulai. Tampak Reza menghela nafas.
"Ar..."
"ehh.." Archi terkaget saat Reza menggenggam tangannya. Ia mendongak dan saat itu mata mereka bertemu.
"gak! Gak boleh Za, inget loe punya apa buat dia? Bisa beliin dia apa loe? Makan aja masih keteteran. Buang jauh-jauh tuh cinta!" Reza membatin.

"sebelumnya gue makasih banget, selama ini loe care sama gue dan Ilham. Selalu ada waktu kita butuhin loe. Bahkan gak jarang loe jajanin kita di sekolah. Gue makasih banget Ar sama loe" Archi tersenyum lalu menggeleng.

"gak apa kok. Aku tulus" lagi, Reza kembali menghela nafas dan mengeratkan genggamannya. Mungkin, pertemuan berikutnya dia tak akan bisa menggenggam Archi lagi.
"thanks udah tulus ke kita. Tapi, gue rasa mulai sekarang mending kita masing-masing"

Archi mengernyit heran.
"maksudnya?" tanya Archi tak mengerti. Reza mengusap wajahnya lalu memiringkan duduknya menghadap Archi.
"jauhin gue dan Ilham. Lupain kita, anggap kita gak pernah kenal. Soal semua yang pernah loe bantu buat kita, bakal gue balikin"

PIAS! Archi melemas. Badanya bergetar, kedua matanya berkaca-kaca.
"lo..lo ngomong apa sih Za? Gue gak ngerti!" Archi menarik tangannya dan menutup kedua telinganya dengan tangan. Reza meringis, dia tak bisa melihat Archi-nya begini.

"loe ngerti Ar. Jauhin kita berdua. Kita gak mau bergantung sama loe. Kita gak mau di bilang cowok bensin, pulsa atau apalah. Lupain tentang kita bertiga dan lupain tentang perasaan loe ke gue. Gue sama Ilham cuma remaja miskin yang gak bisa ajak loe shoping!"
"(PAK)"

***

Taxi pesanan Nella tiba. Dengan di bantu oleh sang supir juga Darra, ia memasukkan Morgan ke dalam taxi tersebut.
"(brak) Ra izinin kakak ya. Kakak harus anter dia. Gak mungkin dia bisa jalan tanpa sempoyongan nantinya"

Welcome To Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang