Bagian 4

73 5 0
                                    

Karya: Meliyana

***
"oke-oke gue ngaku. Gue ke tempat kerjanya Darra. Loe bisa bayangin kan tempat itu gimana? Jadi jangan salahin gue kalo pulang bau rokok gini. Yang jelas gue gak ngerokok!" tegas Ilham. Reza menatapnya tajam mencari letak kejujurannya. Baiklah, adiknya memang tak bohong.

"tidur sana!" suruh Reza sambil berjalan melewatinya.
"bang.," Ilham menahan langkah Reza.
"besok loe kerja? Sampe kapan kita mau di giniin terus sama Archi? Gue gak tega bang liat kepolosannya" ujar Ilham lirih.
"gue juga gak mau, tapi dia yang kaya gitu. Oke, mulai jauhin dia sekarang!"

***

Bisma menutup pintu kamarnya lalu membanting tubuhnya di kasur.
"di kira gue masih TK kali di suruh cuci kaki. Kenapa gak sekalian gosok gigi terus minta permohonan sama dewi mimpi?" dengus Bisma kesal.

Ia menarik selimutnya lalu mulai mencoba memejamkan matanya. Dalam keadaan begitu, bibir Bisma tersenyum.
"Darra, oke juga buat jadi percobaan kejailan gue. Ya, jangan harap berhenti sampe sini. Gue masih punya besok buat loe!"

***

"masih ngantuk?" Dicky mengernyit saat menjemput gue untuk sekolah pagi ini. Gue mengangguk sambil menuruni tangga kecil koss-an gue.
"semalam balik jam 3. Gue cuma tidur 3 jam loe tau? Shit!" gue mengumpat lalu menaiki motornya.

"sabar yah. Gue juga masih cari tempat kerja lain buat loe. Biar loe gak kaya gini terus tiap pagi" ucap Dicky sembari melajukan motornya.
"thanks ya Ky. Loe baik banget sama gue sama Felis" Dicky tersenyum sembari mengusap tangan gue yang melingkari perutnya.

"kalo masih ngantuk tidur aja, ntar gue bangunin" gue mengangguk lalu memejamkan mata gue sambil bersandar di pundak Dicky. Cuma dia, Ilham sama Reza doang yang ngerti gue. Iya, cuma mereka.
"apa aja bakal gue lakuin buat loe, apa aja."

"loe taulah kenapa gue gini. Karna gue punya sesuatu antara cewek dan cowok yang biasa orang sebut bisa bikin bahagia dan sakit lalu bahagia lagi. Ayolah, gue gak mesti bilang lima huruf itukan?"

***

"Reza, Ilham!" dua pemuda ini serentak menoleh ke belakang. Mereka sedikit terkejut lalu berbalik.
"inget kata-kata gue semalam kan?" Ilham mengangguk. Lalu, dengan tergesa keduanya mulai melangkah menjauh. Sementara itu gadir bernama Archi mengernyitkan keningnya heran.

"kok kabur sih? Reza Ilham, tunggu!" Archi berlari mengejar keduanya. Membuat Reza dan Ilham semakin mempercepat langkahnya. Dia Archi, satu-satunya gadis setelah Darra yang dekat dengan Ilham dan Reza. Dia menyukai Reza dan terkadang sering kali membantu ekonomi kakak beradik ini. Itulah alasanya.

***

"Ra, Darra..." Dicky mengusap lembut tangan gue melingkari pinggangnya. Kita udah berada di parkiran tapi, gue masih aja ngebo -,-
"Darra....­ hei, bangun"

yak! Tak sia-sia karna kali ini gue berhasil menggeliat lalu bangun.
"enggh... kita udah sampe yah Ky?" tanya gue lalu turun dari motor Dicky di susul dia. Pemuda manis itu mengangguk lalu membantu gue melepaskan helm miliknya.

"wohoo.... Pemandangan langka pagi hari" Bisma membatin sambil membuka kaca helm motornya. Ia menggeleng tak percaya lalu membunyikan klakson mengagetkan gue dan Dicky.
"mau mojok jangan di parkiran. Yang pinteran dikit kek" sindir Bisma. Ia memarkirkan motornya tak jauh dari motor Dicky.

"udah Ky, biar aja" gue melepas helm Dicky. Baiklah, gak usah terpesona gitu karna rambut gue, gue gerai. Bahkan si Bisma terpaku satu detik sebelum akhirnya gue negur dia.
"autis loe liatin gue terus?" ketus gue lalu mengikat rambut gue.

Welcome To Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang