Pagi itu Rain nyengir saat tiba di sekolah tepat waktu. Dilihatnya Pak Juned sedang berdiri di luar gerbang sekolah, mengawasi siswa - siswi yang berdatangan. Rain sengaja memarkirkan motor sportnya di warung indomie yang terletak di samping sekolah, karena sepertinya si bandel itu sedang mempunyai misi tertentu di otaknya.
Setelah menunggu hingga jam betul - betul menunjukkan jam 6.55 tepat, berarti 5 menit sebelum bel masuk berbunyi, barulah Rain melenggang melewati Pak Juned.
"Pagi, Pak!" Sapanya pada guru musuh bebuyutannya itu saat tiba di depan gerbang sekolah.
"Hmm bagus kamu, akhirnya bisa juga datang pagi ya?" Sindir Pak Juned.
"Iya dong Pak, kalo gak, nama saya bukan Rain Tiramisu Mochachino Coffee Latte Samudra Hujan Dilangit Malam Tralala," balas Rain sambil sedikit mendongakkan dagunya.
"Apa?" Pak Juned menurunkan kaca matanya, tercengang mendengar nama yang disebut Rain.
"Yaah itu nama saya...," Rain menjawab dengan manis.
Selagi Pak Juned masih berpikir, mencerna kata - kata Rain, pemuda bandel itu beringsut masuk, melewati gerbang sekolah.
"Apa maksudmu, Tira..Tiramisu? Mocha..apa?" Pak Juned masih belum connect.
Braak!!
Setelah masuk, Rain secepat kilat menutup pintu gerbang sekolah sebelum Pak Juned sadar.
Klik!
Dan mengunci gemboknya.
"Yes!! Dendam gue terbalas!!" Teriak Rain sambil melonjak kegirangan di balik pagar, mengacungkan dua jari Victory - nya, dan ngakak habis - habisan melihat wajah Pak Juned yang sudah seperti kepiting rebus, memerah karena marah, baru sadar jika Rain sedang mempermainkannya.
"Kamu!! Kurang ajar! Buka pintu gerbangnya!!" Teriak Pak Guru BP itu murka.
"Maap Pak, saya harus masuk kelas, dadaaah Pak Juneed!" Rain bukannya membukakan pintu gerbang, malah langsung kabur, meninggalkan Pak Juned berteriak - teriak putus asa di luar gerbang sekolah.
Tiba di ujung koridor, Rain yang tadinya berjalan sambil bersiul - siul, begitu ceria karena berhasil mengalahkan Pak Juned, tiba - tiba menghentikan langkah.
"Aya?"
Mata coklat muda Rain melebar menyaksikan pemandangan di depannya, Al, Arion, Daffa, Rafael, Brian minus Azka yang pasti sedang sholat Dhuha di Musholla sekolah, secara si Azka tuh alim banget walaupun anak genk motor, kelima sahabatnya itu tampak sedang mengelilingi Amaya, berteriak - teriak mendorong gadis itu hingga tersungkur di lantai koridor. Sekilas Rain mendengar Al berteriak kencang.
"Dasar pembunuh!! Lo pantes nerima semua ini!!" Al mengguyur sebotol air mineral ke atas kepala Amaya. "Gara - gara lo, gue kehilangan Papa!!"
Apa maksud Al? Amaya pembunuh? Al kehilangan Papanya? Rain mengerutkan kening, dia memang tau Al selama ini cuma tinggal dengan Mamanya, mengelola bisnis keluarga yang setau Rain memang sudah sukses dari dulu. Tak heran mereka bisa bergelar konglomerat.
Bruuk!!
Rain nyaris terlonjak saat melihat Al menubrukkan sebuah kotak bekal berwarna pink ke kepala Amaya hingga isinya tumpah, mengotori rambut, wajah dan seragam gadis itu. Kotak bekal pink yang berisi nasi goreng itu sepertinya milik Amaya.
"Halah, belagu banget lo, pake bawa bekal segala?!!" Terdengar Al berteriak.
"Aah!" Amaya meringis kesakitan saat Al menjambak rambutnya.
Buuk!!
Detik berikutnya tiba - tiba Al yang terjengkang di lantai koridor. Big boss genk Grim Reaper itu terperangah melihat Rain sudah berdiri mengangkang dihadapannya dengan kedua tangan terkepal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Bernama Rain
Подростковая литератураTentang Rain, seorang pemuda yatim piatu yang dipelihara oleh seorang wanita Mucikari. Rain, Si bandel pengidap Ombrophobia atau Phobia Hujan yang selalu menutupi masalah dengan segala keceriaan dan tingkah random - nya Rain dan persahabatannya den...