Bab 3 : Persahabatan Yang Mulai Retak

27 7 0
                                    

Brak!

Al menghentak Rain begitu keras ke dinding bangunan markas Grim Reaper, sebuah gudang besar tak terpakai milik salah satu perusahaan keluarga Al.

"Heh sontoloyo, kenapa sih lo?!" sembur Al.

"Kenapa gue emang?" Rain mendelik lebar.

"Kenapa lo ngebelain cewek cupu itu?" tanya Al kesal.

"So? Gak boleh? Apa ada peraturan baru di Grim Reaper, dilarang suka ama cewek?!" rutuk Rain menatap julid.

"Raagh! Sial lo!" Al melepas Rain. "Bukan gitu, gue gak abis pikir aja, kenapa harus Amaya? Biasanya cewek - cewek lo semua sekaliber Gischa, Monik, Sisilia yang most wanted girl di sekolah kita, tapi kenapa tiba - tiba lo kesambet ama Amaya? Dah sakit lo?"

"Set dah lo!" Rain mengomel.

"Asal lo tau Bro! Amaya itu pembunuh! Anak pelakor! Gara - gara dia Papa gue meninggal!!" geram Al dengan tangan mengepal.

Rain mengangkat alis.

"Hah? Gimana?" tanyanya bengong.

"Makanya bego jangan dipelihara!!"  Al menjitak kepala Rain.

"Gimana gue tau, lo aja kagak pernah cerita," kilah Rain, nadanya mulai melunak.

Al menghela nafas berat.

"Mama gue bilang,  Papa jadi tega ninggalin Mama gara - gara pelakor itu ngelahirin anak dan ngakuin kalo itu anak Papa. Dan Papa meninggal dalam kecelakaan saat kabur dengan pelakor sialan itu!" cerita pemuda jangkung itu.

"Dan anak pelakor itu Amaya?" tebak Rain getir.

"Ya!" sahut Al pendek.

Rain mengeluh, jadi ini permasalahannya, kenapa Al ngebully Amaya.

"Tapi itu bukan salah Amaya kan? Dia mungkin gak pernah minta dilahirin ama pelakor..," Rain masih coba membela Amaya.

"Rragh!!" Al menggeram, melirik Rain kesal. "Pokoknya gue gak suka lo ngebelain Amaya. Kalo lo masih nganggap gue sahabat lo, jauhin Amaya,"

"Gue gak bisa," Rain berkata datar, membuat Al mendelik.

"Ya udah, kalo gitu silahkan lo pilih Grim Reaper atau Amaya yang lo tinggalin!!" Ancam Al

"Anjir, mana bisa gitu, Bro!! Sejak kapan lo ngatur hidup gue?!" Sembur Rain menghentak bahu Al.

"Sejak sekarang! Kenapa, gak suka?!" Volume suara Al mulai keras.

Rain nyaris melayangkan bogemnya pada Al  jika tidak ditahan Azka.

"Sabar Bro, sabar itu disayang Allah," kata pemuda itu.

Rain mengatupkan rahangnya menahan emosi. Ditatapnya Al dengan mata coklat mudanya. Grim Reaper adalah jiwanya, tak mungkin dia keluar. Tapi Amaya juga, tak bisa dia biarkan diperlakukan semena - mena oleh Al. Sejak awal bertemu Amaya, Rain tidak tau kenapa hatinya merasa tenang setiap berdekatan dengan gadis itu,  padahal dari segi penampilan, Amaya jauh diibawah standar gadis - gadis yang selalu bergaul dengannya. Rain sendiri tak pernah mengerti.

Sementara Al menendang meja melampiaskan amarahnya, amarah karena Rain, sahabat baiknya sepertinya lebih memihak Amaya yang dibencinya daripada dirinya.  Amaya yang sudah merebut Papanya hingga membuat Mamanya menderita, Al tak sanggup melihat Mamanya selalu diam - diam menangis sambil memandangi foto Papanya. Sudah 17 tahun umurnya sekarang, berarti sudah 17 tahunnya juga Papa meninggal, tapi Mama masih saja tak bisa melupakan luka hatinya.

"Bos Al, sabar Bos," Arion yang sedari tadi hanya memperhatikan, buru - buru menengahi kedua pimpinanan Grim Reaper itu. "Lo juga, Rain, sabar, ok? Jangan ribut hanya gara - gara cewek doang mah, ngapain?"

Dia Bernama RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang