Bab 1 : Siswi Baru

49 12 2
                                    

Anjir! Gue telat bangun lagi! Rain terlompat bangun dari tempat tidurnya, udah pukul setengah 8, set dah, Mami bener - bener tegaaa!! Masa gak ngebangunin Rain Tiramisu Mochachino Coffee Latte Samudra Hujan Dilangit Malam Tralala anaknya  yang paling ganteng dan keren sedunia ini seh! Mana ada ulangan Matematik lagi hari ini! Alamat tewas di tempat neh gue!

Rain menyambar handuk,  menghambur ke kamar mandi, cibang - cibung sebentar, langsung memakai seragam sekolahnya, menyambar tas sekolah dan meluncur ke dapur yang merangkap ruang makan.

Yah elah cuma ditinggalin roti doang, mana cuman satu lagi, Rain mengomel - ngomel, suka tak suka pemuda bermata coklat muda itu mengambil juga setangkup roti bakar yang masih tersisa, dan segera menyumpalkan roti bakar itu penuh - penuh ke dalam mulutnya.

Saat hendak berlari keluar rumah, Rain nyaris bertabrakan dengan Mami yang baru pulang dari pasar.

"Ya Tuhan, Rain! Belum berangkat sekolah kamu? Sudah jam berapa ini?" Mami mengurut dada.

"Hhmmblpblp," hanya itu yang terdengar dari mulut Rain yang penuh roti. Yah kalau mau diterjemaahkan, kira - kira Rain bilang, 'Mi, Rain berangkat dulu ya,'

"Apa?" Tapi sang Mami tak mengerti

"Hhrrhhh blpblp, mmrpmmm," Rain mengulang

"Heh, bicara yang jelas kamu?!" Mami mulai berkacak pinggang.

Rain mendelik karena Mami masih juga belum paham kata - katanya. Dibukanya mulut lebar - lebar.

"Maa - miii...,"

Dan tersemburlah semua roti yang ada di mulut Rain, muncrat kemana - mana.

Mami terkena semburan roti Rain?? Ooh jelas, dengan gemilang daster cantik Mami untuk pergi ke pasar, yang baru dibeli kemarin dengan uang hasil setoran penghuni kos - kosan milik Mami, habis berlumuran roti dari atas sampai bawah, halah!

"RAIN!!! KAMUU!!"

Jika ada monster yang paling garang kebetulan datang ke rumah Rain sekarang, mungkin langsung kena mental, karena minder, kalah garang dari raut wajah Mami saat itu.

"Haah??" Rain tercekat

Sebelum sapu ijuk Mami mendarat di tubuhnya, pemuda bandel berusia 17 tahun itu sudah menghambur keluar rumah, langsung menghentikan angkot yang kebetulan lewat di depan rumah, dan melompat masuk ke dalam angkot, kabur, sampai lupa kalau Rain sebetulnya punya motor sebagai kendaraannya setiap hari ke sekolah.

Di dalam angkot, Rain menepuk jidatnya, baru menyadari hal itu, halah kenapa gue jadi naek angkot yak? Kan gue punya motoor...

****

Tiba di sekolah, jelas pintu gerbang sekolah sudah dikunci rapat oleh Pak Satpam. Rain mondar - mandir di depan gerbang sekolah, panik tingkat dewa. Busyeet gimana nih? Ya udah, gak ada jalan laen, manjat!

Braak!

"Adduh!"

Saking paniknya, Rain menabrak seorang gadis berkaca mata yang juga sedang celingak - celinguk di depan gerbang sekolah. Aseek ada temen senasib seperjuangan neh, batin Rain kegirangan.

"Telat juga ya?" Tegurnya sok akrab. Gadis itu melirik Rain sekilas. Tak menyahut, malah menunduk, membuat Rain terbelalak. Rasa ge-er nya langsung menguasai. Kok nih cewek malah nunduk? Apa karena muka gue yang ganteng imut keren sedunia ini yak? Heheheh!

"Yuk, ikut! Gue tau jalan pintas untuk masuk,"  Rain tanpa basa - basi menarik tangan gadis itu.

"Ma - maaf," gadis itu menarik tangannya dari tangan Rain, wajahnya tampak merona merah, mungkin gadis itu berpikir, 'Gila nih cowok kok nekad amat, maen gandeng sok akrab ama gue?'

Dia Bernama RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang