08. Harta Karun Terlarang

986 188 39
                                    

KUPU KUPU SURGA• • •08

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KUPU KUPU SURGA
• • •
08

K A M A R santriat di dekat pondok menjadi kamar terakhir yang harus dirazia hari ini. Biasanya, razia dilakukan oleh Ustadzah Qori dan Ustadzah Sabia. Namun, karena Ustadzah Qori belum kembali ke pesantren setelah melahirkan, razia kali ini dilaksanakan oleh Ustadzah Sabia bersama para khodim, santri dan santriat yang mengabadikan diri untuk pesantren dan para guru.

Mungkin itulah alasannya kenapa Nahda juga diajak untuk membantu merazia sebagai bentuk adaptasi mengenal kegiatan seorang khodim nantinya. Karena bulan ramadhan nanti, Nahda akan mengisi waktu libur sekolahnya dengan mangabdi dan membantu para guru di pesantren.

Hampir satu jam Nahda bersama para khodim dan Utadzah Sabia berkeliling dari kobong ke kobong. Setiap kamar mereka periksa, setiap lemari mereka buka, bahkan setiap laci juga tidak luput mereka jamah. Kegiatan razia seperti ini memang menjadi agenda wajib di pesantren untuk mencari benda-benda terlarang yang mungkin disembunyikan oleh para santri. Meski sudah tertulis dengan jelas dalam spanduk benda apa saja yang tidak boleh dibawa ke pesantren, ternyata masih ada santri yang melanggar.

Buktinya hari ini, ada beberapa surat cinta yang diemukan. Ada juga santriat yang ternyata menyembunyikan ponsel kecil di bawah tumpukan kitab. Sampai-sampai, novel romansa remaja juga menjadi harta karun terlarang di bawah tempat tidur.

Nahda tak habis pikir. Dia yang sudah 6 tahun pesantren tidak berani membawa atau menyembunyikan benda-benda seperti itu.

Demi Allah, sekarang Nahda sudah lelah sebetulnya. Dia bersandar pada dinding kamar. Gadis berjilbab hitam itu menenteng tas besar dan sesekali memeriksa kembali isi di dalamnya. "Yaa Allah, semoga kamar ini jadi yang terakhir," keluhnya pelan.

"Nahda, tolong bantu periksa lemari di samping kamu. Ustadzah mau periksa sebelah sini," ucap Sabia.

"Iya, Ustadzah."

Nahda segera menyimpan tas besar berisi benda-benda rampasan itu, kemudian mulai memeriksa isi lemari di sampingnya. Setiap sela pakaian dia periksa. Dia buka setiap laci dalam lemari itu. Sampai-sampa beberapa pakaian itu dia keluarkan.

Tiba-tiba selembar kertas jatuh dari bawa lipatan baju. Nahda mengkerutkan keningnya. Dia baca kertas itu hingga kedua bola matanya terbelalak sempurna.

"Astaghfirullah, Ustadzah!" Suara Nahda memekik setelah membaca tulisan dalam kertas itu.

Sabia ikut menoleh. Dia segera mendekati muridnya itu tak kalah bingung. "Kenapa, Nahda? Surat cinta lagi?" tanyanya.

Nahda menggelengkan kepalanya. "B-bukan ... ini bukan surat cinta," cicitnya.

Sabia tak segan merebut selembar kertas itu. Dia baca setiap tulisan yang tercetak di sana. Tak jauh berbeda dengan raut wajah Nahda saat ini, perempuan itu juga ikut terkejut. Dia menatap para khodim yang kini masih memeriksa sisi lain.

KUPU KUPU SURGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang