Chapter Nine

1.3K 65 0
                                    

Bosen gak? Aku yang ngetik bosen cug hehe


Banyak typo!!

"Kelvin, aku ada sedikit perlu denganmu. Cepat temui aku di ruanganku" teriak Kelio mengetok pintu kamar nya.

Mendengar itu Kelvin berdecak kesal, urung sudah niatnya untuk main-main dengan Yoel. Ia meletakkan kembali alat² penyiksa uke itu. Ia berjalan kearah Yoel yang kini wajahnya tak karuan antara ketakutan dan lega.

Ia mengelus surai rambut Yoel "Kali ini kamu selamat, jika sudah begini kamu pasti tau apa yang akan kulakukan selanjutnya. Baiklah, istirahatlah Adinda" ucapnya lalu mengencup kening Yoel dan beranjak pergi dari kamar.

Yoel tak tahu harus berbuat apa, ia terdiam sambil memegang kening yang usai Kelvin cium dengan wajah merona. Ia bingung dengan perasaannya sendiri, di sisi lain dia senang berada di dekat Kelvin di sisi lain pula ia ...

HUEK!

Ia berlari dengan tubuh gontai menuju kamar mandi, dan hanya memuntahkan cairan bening. Badannya terasa sakit, kepalanya sedikit pusing. Pikirnya ia hanya masuk angin biasa, ia membersihkan isi muntahannya dan kembali menuju ranjang.

Ia mebaringkan tubuhnya saja dengan tidur mungkin akan sembuh dengan sendirinya, pikirnya.

Tak lama kemudian manusia itu perlahan menuju alam mimpinya.

Clek

Kelvin melihat sosok yang dicintainya tertidur pulas, ia tersenyum melihatnya. Ia berjalan mendekatinya membenarkan selimutnya agar tampak nyaman dan mengencup kening sosok itu.

"Selamat malam, adinda"

—————






























Yoel terbangun dari mimpi indahnya, matahari sudah menyinarinya. Ia sedikit merenggangkan ototnya, ia menoleh kala tangannya menyentuh wajah makhluk, yang ia dapati adalah bosnya yang sedang tidur pulas menghadap dirinya. "Jika tidur saja wajahnya tak seram" gumamnya.

"aku mendengar mu"

Terkejut ia mendengar suara dari mulut manusia di depannya, tapi matanya masi tertutup.

"Kenapa kamu terbangun, hm. Apa mimpimu buruk?" Tanyanya dengan suara orang khas bangun tidur.

Kelvin masi menutup matanya, ia malas sekali rasanya, hari ini dia ingin cuti lagi.

Ia merangkul pinggang Yoel menariknya lalu membawanya ke dalam pelukannya. "Tidurlah" ucapnya mengelus surai rambut Yoel.

Yoel mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa manurut, tapi sekarang rasanya dia ingin muntah. Ia melepaskan tubuhnya dari pelukan Kelvin dan berlari ke arah bilik.

"Huek, huek!"

Kali ini pun sama saja hanya cairan bening yang keluar dari mulutnya. Mungkin ia hanya perlu makan lalu beristirahat saja seperti itu pikirnya.

Ia segera membersihkan diri agar cukup kumpul nyawanya sehabis tidur.

Tak lama kemudian ia keluar dengan melilitkan handuk yang hanya sebatas menutupi atasnya dan bawahnya hanya sampai paha saja. Lalu ia teringat bahwa ia tak membawa baju ganti, berakhir membangunkan Kelvin yang masi terlelap.

"vin evin, pinjam baju" ucapnya seraya menggoyangkan tubuh kekarnya.

"Hmm, ha, di itu" balasnya hanya mengangkat tangan malas dan menunjuk lemari.

Mendengar itu yoel hanya menghela nafas, ia berjalan kearah lemari dan mengambil pakaian, kaos hitam agak kebesaran dan celana pendek yang agak kebesaran juga.

Ia tak menghiraukan itu langsung berlari kecil menuju dapur. Ia membuka kulkas yang isinya hanya bahan makanan saja, tapi ia melihat ada susu rasa stroberi di dalamnya. Ia meminumnya sambil mengeluarkan bahan bahan makanan.

"Masak apa ya?" pikirnya.

Ntah kenapa tiba tiba saja ia ingin makan capcai, tanpa lama pun ia segera menyiapkan bahanya lalu memotong sayuran dan tambahkan sosis kesukaannya.

"Tuan, biar saya saja" bibi yang bertugas di rumah keluarga Rexsandro itu menghampirinya.

"Tidak, bi. Kali ini biar Yoel saja yang memasak" tolaknya dengan raut senyum. Mendengar itu bibi hanya bisa mengangguk.

Singkat waktu kini capcai yang ia masak telah siap di hidangkan, namun ia juga memasak makanan selain capcai, karna ia sudah bilang pada bibi bahwa ia yang akan memasak.

"Hmm, baunya wangi sekali" ucap Vinnie mengendus seraya menghampiri meja makan, ekstensi nya malah tertuju pada Yoel yang sedang membawa berbagai masakan.

"Boleh aku membantumu?" Tanya Vinnie dengan nada halus menatap Yoel.

Yoel tersenyum mendengarnya "terimakasih"

Tak lama setelahnya hidangan sudah tertata rapi di meja. "Aku tak menyangka kau bisa memasak" ucap Vinnie lembut sambil menatap Yoel senyum.

"Sudah biasa, bi. Saya hanya tinggal sendiri jadi mau tak mau saya harus pandai memasak" jelas Yoel membuat Vinnie merasa bersalah, ntah apa yang membuatnya seperti itu?.

Ia mencoba menahan air matanya "apa-apaan panggilan itu? Panggil aku ibu"

Yoel terkekeh ragu "baiklah, ibu"

"Hm, boleh aku memelukmu?" Tanya Vinnie tiba-tiba dengan raut berkaca kaca

"T- tentu" ia membuka pelukannya.

Vinnie mendekap tubuh Yoel dalam pelukannya, tanpa sadar air mata keluar dari matanya, ia segera menghapusnya.

Cukup lama mereka berpelukan sampai akhirnya dua manusia bapak dan anak menyela dengan suara

"Apa tuh peluk-peluk!" sela Kelio dan Kelvin bersamaan.

Yang berpelukan mendengar itu pun melepaskan pelukannya perlahan dan menatap dua orang kembar yang satu sedikit tua yang satu agak muda.

Vinnie dan Yoel hanya terkekeh kecil "sudah, mari kita makan"

Akhirnya mereka menyantap makanan nya "tumben beda dari biasanya, ini gada tanding enak nya" celetuk Kelvin.

"Ibu yang masak?" Tanyanya lanjut

Vinnie hanya tersenyum "bukan ibu, tuh" balasnya memberi kode kelvin dengan melirik Yoel.

Kelvin mengerti "oh pantes"

Yoel mendengar itu senang dibuatnya, setelahnya hanya kaadaan hening, hanya menyisakan detingan sendok dan garpu.
























































Tebeceh.

CEO & SEKRETARIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang