30 menit waktu yang diberikan sekolah untuk istirahat pertama. Karena aku sekolahnya sampai sore jadi sekolah menyarankan untuk para orang tua mengirimkan makan siang untuk anaknya.
Jadi ketika istirahat pertama aku selalu mengambil bekal makan siang ku di loker dekat kantin yang sudah disiapkan oleh sekolah untuk menaruh bekal para siswa dan siswi.
Karena mama Tari selalu mengirimkan makan siangnya tepat jam 9 pagi. Jadi, ketika bell istirahat berbunyi aku bisa langsung mengambilnya. Kenapa tidak dikirimkannya pada pukul 11? Karena mama Tari bukan hanya mengurusi bekal makan siang ku saja. Beliau juga harus menjemput adikku yang bersekolah di sekolah dasar.
Selalu sendiri aku mengambil bekal makan siangku. Tetapi, pas aku sudah sampai di loker ada yang memanggil namaku.
"Ifah bukan?" Ucap seorang perempuan menyapaku.
Aku sedikit kaget, karena ada orang yang mengenalku. Padahal menurutku, aku termasuk orang yang tertutup. Tidak banyak orang yang mengenalku, mungkin hanya Ika dan teman kelasku yang mengenaliku.
Tetapi ini malah ada orang dari kelas lain yang mengenal ku, bahkan menyapa memanggil namaku.
"Iyaa.. Kamu Sera kan?" Tanyaku ketika menolehkan kepala ke sumber suara.
Aku sudah mengenal dia, karena dia sering bermain dikelasku, sering makan bersama juga dengan Icha. Jadi aku sudah tidak asing lagi dengan mukanya.
"Hai.. Ternyata kamu mengenaliku ya, aku kira kamu tidak mengenaliku hehe.." Ucap Sera melambaikan tangan kearah ku.
"Iyaa.. Bagaimana tidak? Kamu sering ke kelasku untuk mengobrol dengan Icha atau bahkan makan bersama dengannya." Jawabku menjelaskan alasan kenapa aku bisa kenal dengannya.
"Iyaya, saking seringnya kamu jadi mengenaliku. Padahal aku sendiri baru mengenalimu sekarang."
"Makan di kelasku saja yuk Fah. Ada Disa, Anau sama Aza loh. Nanti aku kenalkan kamu dengan mereka ya. Mereka teman sekolah dasarku dulu, sekarang malah menjadi teman sekelasku." Ajak Sera, saat ia berbicara lagi.
Aku tidak menjawabnya, bahkan aku hanya memandangi wajah Sera. Ada sedikit rasa takut ketika ingin dikenalkan oleh temannya Sera. Takut mereka tidak menyukaiku, takut mereka tidak mau mempunyai teman sepertiku.
Sera yang sadar aku tidak menjawab ajakannya mengerutkan alis, tanda ia bingung denganku. Tetapi akhirnya Sera peka.
"Kamu tidak usah khawatir Ifah, mereka baik kok. Mereka sudah jinak loh, gak gigit lagi haha.. Suwer deh mereka gak pilih-pilih kalau berteman. Aku bisa jamin, kalau mereka pasti senang mempunyai teman baru sepertimu!" Ucapnya meyakinkan ku.
Tanpa aku sadari, aku menganggukan kepalaku. Walau agak sedikit ragu tetapi kalau aku tidak mencobanya, aku tidak bisa mengetahui mereka menyukaiku atau tidak, mereka mau berteman denganku atau tidak kan?
Maka dari itu, aku menyetujui ajakan Sera.
"Yuk let's gooo!!"
****
Aku dan Sera bergegas menuju kelasnya yang berada di lantai 2. Ketika aku melewati kantin ada dua laki-laki yang melihat kearahku. Sepertinya dia kakak kelas, karena menurutku muka mereka berdua begitu asing.
Kenapa aku bisa berbicara seperti itu? Karena aku sudah merasa diperhatikan sedari tadi aku berjalan mengambil bekal makan siangku di loker dekat kantin.
Aku bukan geer loh ya! Malah aku risih diperhatikan seperti itu oleh laki-laki yang bahkan aku tidak mengenali siapa mereka?! Aku tidak mempedulikan kedua laki-laki itu. Biarkan saja mereka memperhatikan ku, toh itu juga mata mereka. Gunanya mata juga kan untuk melihat, jika mereka salah menggunakan mata itu urusannya dia dengan Tuhan.
Sepertinya Sera juga peka bahwa ada dua laki-laki yang memperhatikan ku terus. Tetapi ketika Sera melihatku, aku seperti orang ketakutan bercampur risih yang di perhatikan sebegitunya.
"Ifah gapapa?" Tanya Sera tiba-tiba.
"G..ga..gapapa kok Ser" Jawab ku sedikit gugup.
"Karena laki-laki itu ya?" Tanya Sera takut-takut.
Seketika aku menoleh kearahnya. Merengutkan alisku, tanda bahwa kenapa kamu bisa mengetahui hal itu?
"Iya.. Aku memperhatikan mu tadi dari jauh, kamu berjalan sendirian ke arah loker lalu kedua kakak kelas itu terus memperlihatkan mu hingga mereka masuk ke kantin yang paling pinggir. Pura-pura membeli es cekek, padahal matanya tidak putus untuk melihat ke arahmu."
"Maka dari itu, aku mendekatimu untuk menutupi pandangan mereka terhadapmu. Aku paham kamu risih dan sedikit takut ketika ada orang yang melihat atau bahkan mengenalimu kan Ifah?" Sera menjelaskan alasan kenapa dia memanggilku tadi.
Aku terharu sekaligus senang mendengar alasan Sera. Sebab agaknya aku tidak salah memutuskan untuk berteman dengan Sera. Menurut ku dia banyak mengerti tentangku, sedangkan aku belum mengerti tentang dia.
"Terima kasih sudah melindungi dari kedua kakak kelas itu Sera." Ucapku menunjukkan senyum terbaikku.
"Sama-sama dong!"
****
Sampailah aku dikelas 7C. Sera mendahuluiku untuk masuk ke kelasnya. Sedangkan aku, hanya berdiri mematung di depan pintu kelas 7C sambil memandangi punggung Sera yang perlahan mulai menjauh. Ada sedikit rasa ragu ketika aku ingin memasuki ruang kelas itu.Tiba-tiba ..BRUK..
Ada orang yang nabrakku dari belakang.
"Eh Ika, maaf-maaf ik, aku gak sengaja" Ucapku ketika aku mengetahui bahwa Ika yang menabraku.
"Gapapa-gapapa" Jawabnya.
Bahkan Ika melihatku pun tidak. Ia sibuk membersihkan debu-debu kotoran yang menempel ditelapak tangannya, di roknya bahkan dibajunya.
Permintaan maafku membuat temannya Ika bingung dan tercengang, bahwa ada anak kelas lain yang kenal dengannya.
Sehabis dia membersihkan debu-debu yang menempel iya berdiri dan membantu temannya untuk berdiri juga. Lalu ia bergegas untuk segera masuk ke dalam kelasnya.
"Ka, dia siapa? Kok dia bisa ngenalin lo?!" Tanya temannya Ika yang penasaran denganku.
"Kayaknya dia temen SD gue deh" Jawab Ika dengan muka sedikit berpikir akan jawabannya itu.
Mendengar Ika menyebutkan 'kayaknya' hati ku kembali teriris, sebab dia sudah benar-benar berubah dan melupakan ku. Saat itu juga aku kembali ke kelasku.
Lupa dengan ajakan Sera, yang berjanji akan mengenaliku dengan teman sekolah dasarnya dulu yang sekarang menjadi teman kelasnya, bahkan sahabatnya.
Aku berlari kearah tangga menuju toilet wanita yang berada dibelakang kelasku. Aku mengunci pintu tersebut, menyalakan kran lalu menangis dengan suara berhimpitan bibir.
Mungkin menurut kalian aku lebay, tetapi memang itu perasaan ku saat ini. Hancur, berantakan dan tak tahu arah.
****
Sampai sini dulu ya teman-teman cerita lanjutan semester 2-nya.
Nanti akan aku sambung di lain waktu.
Terimakasih sudah berkenan untuk membaca.
Jangan lupa untuk memvote karya-karya ku ya teman-temanTungguin sambungan ceritaku yang akan diinfokan pada akun instagramku.
@ketikanada
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Girl
Non-FictionHai teman-teman!👋 Selamat datang di karya wattpad aku Cerita ini saling berkaitan dengan cerita aku yang sebelumnya Tapi dicerita kali ini merupakan cerita sebelum 'Mood Booster Bisa Jadi Mood Breaker' muncul. Cerita ini merupakan awal kisah perjal...