3. Tidak Seperti Penampilannya

454 82 12
                                    

'Kamu adalah perasaan sederhana yang membuatku jatuh hati dengan cara yang sederhana pula. Yang membingungkan adalah cara yang benar yang kamu inginkan, bagaimana sebenarnya kamu ingin dicintai?'

Kisah yang Belum Selesai

~Thierogiara

***

Anne meremas tangannya sendiri, menunggu Arsen yang hari ini akan menjemputnya, mereka akan melakukan pengukuran badan ke sebuah butik yang sudah ditentukan oleh mama Arsen. Bukan tidak berminat dengan serangkaian acara yang akan dilangsungkan, tapi Anne benar-benar tidak tahu konsep pernikahan seperti apa yang dia inginkan, jujur saja selama ini Anne kurang dalam pergaulan, jadi memang tidak ada impian apa pun, perihal pernikahan, bahkan untuk rumah tangga, selama ini dia hanya mengharap menemukan sosok yang baik. Membuat acara besar-besaran di hari pernikahannya akan sangat percuma, karena dia tidak memiliki teman untuk diundang, Arsen juga sepertinya sudah lama tidak berhubungan dengan teman-teman SMA mereka, karena selepas kelulusan Arsen langsung lenyap seperti ditelan bumi.

Anne menggigit bibirnya dan menatap ke arah atas sana, berusaha mengurangi pikiran buruk yang berkecamuk di dalam kepalanya, kebanyakan di rumah membuatnya sering kali overthingking kalau harus keluar rumah. Anne selalu harus berpikir panjang untuk bertemu dengan banyak orang, banyak hal dari sikapnya yang membuatnya takut untuk melangkah menemui orang baru. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan dirinya sendiri, hanya saja pemikiran buruknya terus memaksanya untuk merasa takut pada dunia luar.

Sebuah mobil berwarna merah berhenti di depan rumah, Anne bangkit dari duduknya karena sudah yakin kalau sosok di dalam mobil itu pasti Arsen. Benar memang Arsen, pria itu keluar dari dalam mobil berjalan begitu saja melewati Anne.

Anne menghentikan langkah dan berdiri terdiam di tempatnya. Ternyata Arsen permisi pada kedua orang tua Anne untuk membawa Anne hari ini, dia bahkan mencium punggung tangan kedua orang tua Anne. Anne menelan ludahnya sendiri, benar-benar sosok yang membingungkan, sekilas terlihat cuek dan tidak peduli, tapi tetap bergerak menghormati orang tua. Sederhana sih, tapi yang barusan itu cukup mampu menyentuh hati Anne. Cukup menjadi poin penting untuk Anne tetap melangkah maju mempertimbangkan Arsen untuk menjadi suaminya.

Anne masih diam di tempatnya saat Arsen bahkan sudah sampai di mobil.

"Ayo."

"Hah?" Anne mengangkat wajahnya, dia sedikit gelagapan karena sebelumnya hanya fokus dengan pikirannya sendiri.

Arsen menatapnya datar. setelah sadar kalau dirinya lemot Anne langsung memegang tali tas tangan yang menyelempang di perutnya kemudian berjalan cepat menuju mobil Arsen, tidak ingin membuat Arsen lebih lama menunggu. 

Anne duduk canggung di kursi penumpang depan, mau mengobrol juga sama sekali tidak tahu harus mulai dari mana. Mereka sudah lama sekali tidak bertemu, mungkin juga ada banyak hal yang sudah tidak sejalan, obrolan mereka pasti tidak akan nyambung.

"Kita mau ke mana?" tanya Arsen.

Anne menoleh. "Kamu nggak tau?" tanya Anne balik, yang memberitahunya adalah mama Arsen, lantas kenapa Arsen sendiri malah tidak tahu?

"Sepenting itu?"

Seketika napas Anne tercekat, dia sangat yakin kalau dia tidak salah dengar, suasan di dalam mobil hening, hanya ada mereka berdua, sudah pasti apa yang dikatakan satu sama lain bisa terdengar jelas.

"Kita harus ke butik, mau ukur badan."

Arsen hanya mengangguk, dia tahu butiknya, soalnya memang sering mengantar sang mama untuk ke sana.

Kisah yang Belum SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang