M01 Aturan Anti Cinta #2

864 87 6
                                    

[POV Chika]

Semuanya baik-baik saja 15 menit yang lalu. Aku masih berada di mobil bersama Aji, menyanyikan lagu-lagu yang diputar di radio, menikmati lampu kota Jakarta yang menyilaukan mata. Kita berencana untuk menghabiskan malam ini berdua. Selama perjalanan kemari jantungku berdebar oleh perasaan yang berbunga-bunga.

Namun sekarang, jantungku berdebar jauh lebih kencang dari sebelumnya. Bukan karena senang, tapi karena ketakutan yang menguasai. Langit begitu gelap tanpa adanya bintang. Aji mati bersimbah darah. Dan sesosok monster mengerikan sedang berjalan menghampiriku.

Bukan ini yang kubayangkan saat kita merencanakan untuk melewati malam bersama. Di dalam rencana kita tidak ada kematian. Dan tidak ada darah, ataupun monster security pemakan manusia.

Apakah ini semua hanya mimpi? Saat aku terbangun, apakah aku masih ada di bangku depan mobil, dengan Aji yang sedang mengemudi di sebelahku?

Hanya butuh beberapa langkah lagi hingga monster itu sampai kepadaku. Tapi tidak ada yang kulakukan selain duduk terpaku, menatap mulutnya yang menganga lebar dan berlumuran darah.

Saat monster itu menjatuhkan tubuhnya ke sini, apa yang akan kulakukan? Kupikir aku akan diam saja, membiarkan dia mengoyak dagingku dengan giginya yang kehitaman. Barangkali pada saat itu, akhirnya aku akan bisa berteriak, walaupun mungkin semuanya sudah terlambat.

Tapi, aku tidak rela.

Monster itu sudah merusak malam mingguku. Dia sudah mengacaukan segalanya. Seharusnya dia yang bertanggung jawab atas semua ini.

Kalau ada yang harus diberi hukuman, maka monster jahanam itulah jawabannya. Kenapa harus aku yang berkorban? Padahal ini semua salahnya.

Ya. Dia harus mati. Dan aku harus hidup.

Dengan sisa tenaga yang kumiliki, kupaksakan untuk bangkit. Monster itu menjulurkan kedua tangannya dan meraih tubuhku, seakan berusaha mendorongku. Tapi kucoba untuk menahan. Kudorong balik sekuatnya, hingga akhirnya dia pun terjatuh ke tanah. Lalu kutendang kepalanya berkali-berkali, kuinjak, kuluapkan semua amarah dan kekesalanku kepadanya.

Tapi tiba-tiba dia memegang kakiku. Cengkramannya sangat kuat hingga meninggalkan bekas luka pada betisku. Kemudian kulihat dia membuka lebar mulutnya dan mencoba untuk menggigit kakiku. Nyaris. Untungnya aku cukup sigap untuk meloloskan diri.

Kupakai kesempatan ini untuk pergi. Aku membalikkan badan dan mencoba berlari ke arah gerbang. Namun tepat saat aku baru saja mulai melangkah, lagi-lagi monster itu menahan kakiku menggunakan tangannya. Dalam sesaat tubuhku terasa melayang, dan tanpa disadari aku sudah tersandung dan tersungkur begitu saja dengan kepala membentur permukaan tanah.

Kepalaku sangat sakit, dan penglihatanku mendadak buram. Sekali lagi, tubuhku menjadi sangat lemas dan tak bertenaga. Ini benar-benar gawat. Aku tidak boleh kehilangan kesadaran.

Dengan susah payah aku membalikkan posisi tubuh menjadi terlentang. Samar-samar kulihat monster itu sudah kembali berdiri. Dia menggeram sangat keras. Kelihatannya aku sudah membuatnya marah. Tapi kalau kupikir lagi, sepertinya monster itu tidak memiliki emosi. Kupikir, saat ini dia hanya sedang kelaparan. Sangat kelaparan.

Aku sudah tidak mampu memikirkan apapun lagi. Pandanganku berkunang-kunang, dan tubuhku tidak mau bergerak sekeras apapun aku mencobanya. 

Aku ... benar-benar akan mati ya? Di sini? Sekarang?

Ah, ini sangat menyebalkan.

Sungguh, aku tidak mengerti, bagaimana semuanya bisa berakhir seperti ini. Padahal 15 menit yang lalu, aku dan Aji masih tertawa bersama. 15 menit yang lalu, semuanya baik-baik saja.

ZoyToy vs EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang