M02 Punggung Milikmu #3

794 82 14
                                    

Beberapa jam setelah peristiwa di mesjid, Jessi masih berada di rumah Freya untuk menginap sampai besok. Sementara Zee dan Christy sudah kembali ke rumahnya masing-masing.

Di kamarnya, Christy hanya terbaring menekuk tubuhnya di tempat tidur. Tangisnya meluap tak terbendung, ia tutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangan. Dari awal ia memang tidak  yakin dengan rencananya, tapi ia tidak menyangka kalau akhirnya akan jadi seburuk ini.

Sedari tadi Christy belum berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Seharusnya ia ada untuk menyelamatkan teman-temannya, bukan malah membahayakan mereka. Christy merasa telah gagal menjalankan tugasnya. Air mata mengalir di pipinya membasahi bantal dan kasurnya.

Sementara kondisi Zee masih belum membaik sampai saat ini. Lehernya masih terasa kaku bagai diikat oleh tali yang sangat kuat. Tubuhnya serasa ngilu dan demam tinggi. Zee mendekap di balik selimutnya, berusaha menahan semua rasa sakit itu.

Suara ketukan terdengar dari arah pintu kamar.

"Zee, kamu lagi ngapain?" panggil mamanya.

"Lagi maen game. Kenapa, Mah?" jawabnya berbohong.

"Ada Marsha tuh. Mama suruh masuk kamar kamu aja ya."

"Hah?" Zee langsung terkejut. "Kenapa Matcha enggak ngabarin dulu kalau mau dateng?" pikirnya.

Zee bergegas turun dari kasur dan membereskan kamar secepatnya. Tak lupa ia juga menyempatkan diri untuk melihat ke cermin dan memakai lip balm, ia tidak ingin terlihat pucat.

Beberapa detik kemudian, pintu kamar pun terbuka. Zee langsung melompat kembali ke kasur. Dari balik pintu ia melihat Mamanya, dan di belakang Mamanya ia melihat Marsha.

"Ayo Marsha, silakan masuk," ujar Mama Zee. "Tante tinggal dulu ya."

"Iya tante. Makasih ya," balas Marsha tersenyum.

Setelah pintu itu ditutup, senyum Marsha seketika hilang dari wajahnya. Ekspresinya sekarang berubah jadi marah. Zee yang menyadari itu langsung nyengir selebar-lebarnya, berusaha mencairkan suasana. Tapi Marsha sama sekali tidak menggubris.

Marsha menghampiri Zee, kemudian duduk di kasur yang sama dengannya. Tangannya ia letakkan di kening Zee. Dan seperti yang sudah ia juga, perempuan di hadapannya itu sedang panas tinggi.

"What did you do?" tanya Marsha.

Zee diam.

"What did you do to yourself?"

Zee masih diam.

"Why?" suara Marsha bergetar, air matanya berlinang.

"Kamu tau dari mana?"

"Enggak penting aku tau dari mana," sela Marsha. "Kenapa kamu ngelakuin ini?"

"I just ...," Zee tidak tau apakah harus mengatakan itu, karena ia yakin Marsha sudah tau jawabannya. "I want to--"

"You want to save me," potong Marsha, melengkapi kalimat Zee.

Zee mengangguk pelan, kemudian menunduk, ia tidak sanggup jika harus menatap wajah Marsha yang sedang menangis. "I don't wanna see you suffer," tambah Zee lagi.

"But you're hurting yourself," balas Marsha, "now I'm the one who has to see you suffer."

Keheningan bagai menenggelamkan seisi kamar, membuat Zee sesak dan kesulitan untuk mengambil napas, apalagi untuk bicara. Marsha belum melepaskan tatapannya dari Zee, walaupun yang ditatap masih menunduk sedari tadi.

Marsha mendekatkan tubuhnya untuk memeluk perempuan yang sangat ia sayangi itu, tapi perempuan itu ternyata malah menghindar.

"Kamu bahkan enggak ngizinin aku buat meluk kamu," ucap Marsha sedih dan sedikit kaget.

ZoyToy vs EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang