Chapter 2

283 56 18
                                    

Aeris
Main ke kelab kuy! Gracia sama Charren setuju join. Nanti malem jam 9 gue tunggu!

Aeris
Jangan sedih terus! bukan pertama kali juga lo dikeluarin dari sekolah

Wilora
Ok! Gue ikut!!

Wilora
Ya gak gitu woy!
Gue udah bosen pindah
terus jadi nggak bisa bareng kalian lagi!

Setelah mengetikkan balasan untuk Aeris, sahabat dari sekolah lamanya Wilora kembali meletakan ponselnya ke nakas. Dia lantas menarik selimutnya, berpura-pura tidur.

Menyebalkan!

Hari ini orang tuanya pulang cepat karena mampir ke sekolahnya untuk memenuhi panggilan kepala sekolah.

Kemarin membuat masalah dengan pak Ares hari ini tak sengaja menendang bola sampai mengenai kepala patung pendiri sekolah. Wilora sukses merusak patung legendaris itu.

Bukan salah Wilora, patungnya saja yang sudah rapuh. Benar kan? Tidak mungkin patung semen bisa rusak hanya karena terkena tendangan bola.

Hmm walaupun sebenarnya patung itu memang sedang di tahap pemeliharaan sih.

Oke, tetap salah Wilora!

"Sayang, kamu kenapa nakal terus sih? Papa sama mama capek kalau kamu terus bikin ulah kayak gini. Kamu udah gede, 18 tahun bisa nggak jadi dewasa sedikit aja. Demi papa sama mama?"

"Huh atas dasar apa mereka capek? Harusnya kan gue yang capek. Gue kayak gini juga karena mereka selalu sibuk sama kerjaan sampai gak ada waktu buat anaknya sendiri!" Wilora mendumel sambil menatap langit-langit kamarnya.

Baru hari ini dia mendapatkan banyak ceramah dari orang tuanya selain dari bu Shasha. Hm tapi tetap saja sih, rekor enam bulan ini masih dipegang oleh bu Shasha.

Oh jangan lupakan Juan dan Junan bersaudara yang sangat bangsat itu!

Wilora pastikan ceramah itu adalah yang terakhir kalinya karena besok besok dan besok lagi dia tak perlu berjumpa dengan si kembar laknat itu.

"Cih, bentar lagi gue naik kelas padahal. Sialan, kan gak bisa ikut ujian!"

Sebenarnya Wilora itu seumuran sama Juan dan Junan. Cuma dia pernah tinggal kelas aja. Dia harusnya sudah kelas 12 kalau saja tidak banyak membuat ulah.

Tok Tok Tok!

"Nona Wilo..."

Suara ketukan dan panggilan dari bibinya membuat Wilora spontan menegakan badan. Dia mengacir ke pintu, membuka sedikit demi bisa melihat wajah sang pembantu.

Seorang wanita yang sudah berumur itu adalah pembantunya yang sudah lama bekerja di sini.

Bisa dibilang Wilora dibesarkan oleh bibi. Itu karena Wilora lebih banyak menghabiskan waktunya bersama bibi dibandingkan bersama kedua orang tuanya.

"Papa sama mama udah pergi bi?"

Wanita itu menggeleng. Wajahnya masih menampilkan senyum hangat seperti biasanya.

Wilora mengusak rambut kesal. "Terus kenapa bibi manggil Wilo?"

Oh Wilora bukannya kesal dengan bibinya kok. Dia kesal karena fakta papa dan mamanya yang dia pikir sudah pergi masih saja di rumah.

Lain dari kedua orang tuanya, bibinya itu penganut apapun yang dikatakan dan dilakukan Wilora yaudah senyumin aja. Tidak sekalipun bibi pernah mengomel padanya. Wanita itu begitu pengertian.

"Makan malam nona sudah siap. Tuan Steve dan nyonya Ivaza sudah menunggu di bawah. Ayuk turun."

"Wilo nggak nafsu makan bi. Bilang aja ke mereka Wilonya udah tidur duluan," Wilora berbisik dengan mendekatkan wajahnya.

Obsession Series 5; Day and NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang