Lo Jual, Gw beli

5 1 0
                                    

Setiap tahun pasti ada saja duel maut yang terjadi ditanah merah ini. Tanah berbentuk persegi, mirip dengan lapangan sepak bola. Gedung gedung tinggi menjulang kelangit bak atribun kehormatan bagi penonton menyaksikan laga panas penuh darah. Hanya yang terkuat layak mengukir sejarah, sementara bagi yang lemah tentu saja kain kafan akan menyapa.

Malam itu suasana sangat sepi dan hening, hewan malam seolah engan berkeliaran, tergemparkan pertarungan brutal yang segera berlangsung, duel maut bagi mereka para Gladiator.

Seorang Pria berdiri tegap memegang belati, wajahnya santai seperti tiada beban akan apa yang menanti. Tiada rasa takut tersirat diwajahnya, padahal dia dikelilingi 6 orang berparas tegap nan sangar yang jua mengengam senjata tajam. Tatapan ke 6 orang itu buas memandang pria yang akrab disebut dengan nama Jhony.

Iya Dialah Jhony si Anjing Gila.

*****

Hari itu lebaran ke 2, ditahun 2005, rumah keluarga besar Alm Bapak Miharjo terasa ramai. Untuk kali pertama setelah 20 tahun berlalu, 4 saudara kandung yang terlahir dari satu darah kembali berkumpul di atap rumah warisan yang penuh kenangan.

Perkenalkan saya Galih, cucu tertua almarhum Bapak Miharjo, saat ini usia ku menginjak 18 tahun, dan selama itu juga aku hanya mengetahui Mba Dwi satu satunya saudara kandung ayah, sementara Om Jonny dan si bungsu Tante Rita, hanya ku ketahui lewat dogeng malam yang sering diceritakan ayah.

Samar dalam ingatan ku, Ayah pernah bercerita bawasannya adiknya Jhony merupakan jagoan yang tak terkalahkan, sementara untuk tante Rita merupakan adik bungsu ayah yang tidak banyak mendapat jatah sorotan cerita.

Dan Hari itu tangisan haru pecah di rumah Pak Miharjo, seiring kedatangan tamu spesial, pasangan pasutri dengan anak semata wayang mereka yang berumur sekitar 4-5 tahun. Si Suami tampak dipapah oleh istrinya untuk berjalan.

Yap.. Pria tuna Netra dengan bagian wajah yang memiliki goresan panjang seperti tertebas.

Pria Itu adalah Om Jhony, sementara istrinya merupakan sibungsu Tante Rita dan bocah perempuan yang dibawa mereka merupakan sepupu ku.

Om Jhony berperawakan kurus dimana sekujur tangannya dipenuhi tato, jauh dari apa yang ku bayangkan, apalagi mengingat cerita ayah, bahwa beliau merupakan jagoan tak terkalah kan. Angan ku berharap sosok itu akan seperti Rambo, atau Terminator.

Beliau sosok yang ramah, dan layaknya orang pasaran, dia cepat dekat dan mendapatkan simpati orang sekitar, sama seperti saat itu, dirinya mengumpulkan kami para keponakan, guna mengenalkan Dela sepupu yang kamipun baru mengetahuinya pada hari itu.

Om Jhony sangat pintar membangun suasana sampai salah satu sepupu ku yang bernama Rudi (12 tahun) mengajukan permohonan.

"Om ceritakan dong bagaimana om bisa kebal dan jadi jagoan" katanya.

Canda tawa tetiba menghilang, terganti keheningan yang nyata, wajah para anak bapak Miharjo seketika menjadi serius.

"Ha.. Ha.. Ha.. Kamu namanya siapa nak?" tanya om Jhony.

"Rudi om"Jawab bocah itu dengan polosnya.

"Rudi toh, anak Mba Dwi" Balas Om Jhony padanya.

Nah pada saat itu entah kebetulan apa tidak, sewaktu mengatakan nama tante Dwi, pandangan Om Jhony tepat mengarah dimana Tante Dwi berada yang pasti nya membuat tante Dwi merasa tidak nyaman.

Sudah sudah main keluar, kata ayah memotong pembicaran, seolah mencoba mencairkan suasana. Semua anak anak keluar menuruti perintah ayah ku, hanya aku yang tak mengikuti amanah. Wajar saja, sebagai cucu tertua aku memiliki perbedaan umur yang jauh dengan adik ku

yang baru berumur 12 tahun, dan 3 orang anak tante Dwi.

Hal itu juga yang lagi lagi membuat aku sedikit takut dengan sosok Om Jhony, walau matanya tertutup, tapi dia seperti bisa memandang.

"Kamu ga ikutan Main Galih" Ucapnya berbicara mengarah pada ku, seakan tau keberadaan ku.

"Engak Om" Jawab ku singkat.

"Kamu mau dengar cerita Om gak?" Ucapnya kembali.

Mendengar itu sebenarnya aku sudah tidak tertarik, apalagi melihat fisik Om Jhony saja sudah membuat aku kecewa.

"Fisik ku sekarang bukan jadi alasan kamu ga percaya dengan cerita ayah mu" Katanya Tetiba.

"Deg.. Deg.." Jantung ku berdebar hebat, aku sungguh tersentak, bagaimana bisa Om Jhony membaca pikiran ku. Seketika itu ku tarik kursi mendekati posisi Om Jhony, Ku siapkan 2 gelas kopi, berharap apa yang ku dengar akan menjadi cerita nyata yang paling menarik dalam hidup ku.

Om Jhony tampak senang, dirogohnya kantong baju sembari mengeluarkan sebatang rokok, agak lama dia berbicara karna asik dengan hisapan tembakau itu, sebelum nafas panjangnya mengembuskan asap mengebul dan mulai menceritakan kisah kelam mengenai hidupnya.

"Lo jual Gw beli", begitulah perkataan pertama yang terucap dari mulut Om Jhony, seolah tidak ada kata komfromi bila berurusan dengan Nya. 

Jhony Si Anjing GilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang