Pertikaian di Mulai

3 0 0
                                    

Sistematis dan praktis startegi yang akan dijalankan, 1 orang akan menjadi mata mata melihat kondisi dan kekuatan musuh, sementara 2 orang akan ikut bersama ku sebagai eksekutor, sementara seseorang lagi akan menunggu di mobil, standy by membawa kami kabur bila rencana ini gagal.

Keadaan cukup aman terkondisi, hanya 6 orang yang berjaga malam itu, dan Robert sendiri tdak berada disana, dengan kekuatan yang ku miliki, belum lagi kami berjumlah 5 orang, pasti urusan ini akan sangat cepat terselesaikan pikir ku.

Belum lagi info bawasanya ke 2 manusia sampah itu ada disna kala itu, semakin aku terpacu untuk menguliti mereka hari ini. Namun rencana ku buyar, tak kala 1 dari 3 pelaku itu terlihat keluar dari club malam itu, dia menuju ke arah parkiran.

"Yap" parkiran yang bersebelahan dengan tanah merah, lapangan gladiator tempat dimana Cindy menghembuskan nafas. Seketika itu juga aku berlari, tak ingin dirinya selamat malam ini.

"Kalian tunggu disini, dia bagian ku" Seru ku kepada mereka.

Dalam hemat ku, mangsa terpantau sendiri, sungguh hati ini tidak akan ikhlas bila kami ber 5 bersenang dengan 1 orang kadal gurun tak berguna. Biar Cindy tenang, tangan ku yang harus menghabisi dia, bisik iblis di dalam jiwa.

Tanpa panjang kali lebar, langsung ku berikan 1 tendangan ke arah punggungnya, dia terjungal meringis kesakitan.

"Anjing, kau ga tau siapa aku" Bentaknya sesumbar.

Aku tertawa mendengar itu, sungguh lucu bagi ku mendengar celotehan busuk dari orang yang akan menuju alam baka. Saat itu, satu belati terselip di balik baju ku, namun tak akan seru bila dia mati dengan semudah itu.

Ku giring langkah nya menuju tanah merah, perlahan dia mundur melangkah kesana, sampai posisi kami berada tepat ditengah tanah merah. Dia tidak membawa senjata tajam, jadi tak perlu bagi ku mengeluarkan belati yang sudah haus akan darah ini.

Ku biarkan dia melancarkan serangan, berkali kali dia menghujani wajah ku dengan bogeman mentah, sebelum 1 pukulan balasan ku layangkan yang langsung menyungkurkan dirinya.

Mengetahui aku bukanlah lawan sepadan, mulutnya berteriak memohon bantuan. Aku sempat panik dan menendang wajahnya, karna sampai saat kejadian itu terjadi, jujur aku belum dapat memprediksi seberapa kuat kekuatan Robert. Sekalipun kini aku memiliki kekuatan yang sama dengannya.

Ada rasa kwatir dalam jiwa apa bila kejadian beberapa tahun lalu terulang, dimana Robert tetiba datang ketempat itu tanpa ada aba aba. Walau pikiran jauh ku tidak menjadi kenyataan, setidaknya teriakan diri nya membuat 1,2 sampai 5 orang datang membantu.

Total ke 6 anjing Robert sudah ada di hadapan ku saat ini, lengkap dengan senjata tajam di setiap kepalan tangan mereka. Ku keluarkan belati yang sedari tadi malu untuk menampakan diri, Aku merasa santai, tanpa tersirat sedikitpun rasa takut, padahal saat ini aku telah dikeliling oleh 6 orang berparas tegap nan sangar yang jua mengengam senjata tajam.

Tatapan ke 6 orang itu buas memandang ku, walaupun 1 diantaranya sepertinya hanya sebagai pelengkap pendeRita. Aku terhibur dia masih sanggup berdiri malah kini mengacungkan parang pemberian temannya. Dan tanpa aba aba, aku memulai pertikaian itu, langkah ku pasti menuju manusia yang barusan ku hajar, langsung kuhujamkan belati itu menembus tengorokannya.

Dengan sigap teman bedebah tersebut pun mengayuhkan parang nya ke arah diri ku. Dari kejauhan pasukan berani mati DDjagat berlari mencoba menolong ku, walau hal itu malah merepotkan, karna aku tak dapat memastikan nyawa mereka 1-1 , aku bukanlah baby sister pengasuh yang harus mengawasi mereka.

Berkali kali pasukan Robert itu menghujani diri ku dengan tebasan parang parang yang sangat tajam, hingga mental mereka rontok dengan sendirinya melihat benda itu tidak mompan pada ku, belum lagi kini keadaan kami sama kuat 5 lawan 5. Dan tidak perlu dilanjut, anjing anjing itu lari lululantah, namun hanya 1 orang yang ku perintahkan untuk dikejar.

Tentu saja manusia itu adalah salah 1 manusia laknat yang sudah ku tuliskan azal nya cukup sampai malam ini. Sembari menunggu kabar dari pasukan itu, ku nikmati sedikit permainan dengan mengurai usus dari manusia yang barusan ku tembus tenggorokannya.

Dia juga tidak membutuhkan mata ini, akan bagus bila matanya tidak ada pikir ku, ku congkel ke 2 mata nya. Ada rasa penasaran dalam hati akan rasa organ manusia, membuat diri ku menelan mata itu, sungguh amis, lendir seperti menyangkut di tenggorokan.

Tak lama berselang pasukan DDjagat kembali ke posisi dimana aku berada. Walau dia tidak tewas di tangan ku, namun aku cukup bahagia, dirinya mati dengan kepala terpengal, begitulah laporan gerombolan kroco itu berkata pada ku.

Kami pulang dengan membawa berita besar, entah berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai kabar ini terdengar di kuping Robert. Aku tidak sabar menanti apa yang akan dilakukan Robert berikutnya, dalam benak ku DDjagat akan menjadi kambing hitam untuk semua ini.

Akan seru melihat Robert membantai DDjagat, dan Aku hanya perlu menyingkirkan 1 orang saja untuk mengambil alih tahta kekuasan ini. Yang harus aku lakukan, hanya lah menanti dan menutupi identitas untuk sementara waktu.

Kejadian hari itu, menjadi pemantik keributan dimana mana, lambat laun pristiwa yang ku dalangi menjadi cikal bakal dunia premanisme menjadi liputan media cetak saat itu. Hampir beberapa bulan lamanya, pemberitaan media hanya berkutat pada pertikaian kelompok gengster.

Unik nya pristiwa itu menjalar bak api yang melahap kayu, sangat cepat dan memotivasi perebutakan kekuasaan dunia hitam seantero nasional. Tidak lagi kelomlok GS, tapi kelompok kelompok lain dibelahan bumi nusantara bak tumbuh subur, berusaha menunjukan taring kekuasaan.

Dan alhasil dunia kami menjadi perhatian khusus pemerintah kala itu, tindak kriminal yang semakin merajalela, memaksa penguasa tertinggi mengeluarkan kebijakan fenomenal, yang pastinya tercatat dalam sejarah kelam bangsa ini. Kita akhiri sejenak masalah perpolitikan, karna saya bukanlah orang yang ahli dalam ranah premanisme tingkat tinggi seperti itu.

Selang kejadian, apa yang ku skenariokan berjalan mulus, Robert benar benar membuat perhitungan kepada Djagat Sediro. Sama seperti nasib Alex, nama Djagat pun sirna dalam sekejap tanpa tau kepastian akan akhir takdir hidupnya. Yang pasti aku sudah tidak pernah bertemu dengan dia, namun beberapa kali kabar burung yang kudapat mengatakan Djagat masih hidup dan bersembunyi di luar provinsi ini.

Jhony Si Anjing GilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang