LP | 17

143K 19.3K 2.3K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




*****




"Dokter Raya, ikut saya kunjungan pasien di ruang VVIP 1." ujar Dokter Hera yang berpapasan dengan Raya.

"Oh, siap, Dok." balas Raya cepat dan langsung mengikuti langkah Dokter Hera.

"Ini, kamu baca-baca dulu." Dokter Hera memberikan hasil rekam medis pasien yang akan mereka kunjungi ini, kepada Raya.

Sambil berjalan menuju ruang VVIP 1, Raya membaca sekilas rekam medis itu. Setelah sampai, Raya langsung tersenyum rama —seperti biasa— kepada pasien.

"Selamat siang, Arsa." ucap Dokter Hera pada pasiennya.

Raya sedikit terkejut ketika melihat siapa pasien yang berada di ruang VVIP ini. Sebab ketika ia membaca rekam medisnya, pasien yang ia kunjungi memiliki penyakit jantung. Ia pikir pasiennya sudah lanjut usia karena kebanyakan orang menderita penyakit ini adalah orang yang sudah berumur. Tapi nyatanya pasiennya ini terlihat masih begitu muda.

"Siang." jawab pasien yang bernama Arsa itu ketus tanpa mau menatap lawan bicaranya.

"Gimana keadaannya?"

"Kaya yang bisa diliat." lagi, Arsa menjawab dengan ketus.

Meski begitu, Dokter Hera tetap memasang senyum ramahnya. Ini adalah salah satu pahitnya menjadi Dokter, mendapat pasien seperti Arsa ini.

"Kali ini saya dan suster datang dengan salah satu Dokter koas yang lain, bukan Dokter Mika ataupun Dokter Alvin lagi. Tidak masalah, kan?"

"Hm."

"Selamat siang, Arsa." sapa Raya ramah pada Arsa yang masih menatap ke arah lain.

Laki-laki itu berdecak pelan, "tadi, kan udah di sapa." ketusnya yang kemudian menoleh pada Raya. Namun wajah kesal Arsa pudar begitu saja ketika melihat Raya.

"Maaf jika sapaan saya kurang berkenan." ucap Raya tidak enak.

"O-oh? Nggak. Nggak papa, hehe." wajah galak dan suara ketus Arsa hilang begitu saja.

"Biar saya cek dulu, ya." kata Dokter Hera sambil memasang stetoskop ke telinganya untuk memeriksa kondisi Arsa.

"Saya mau diperiksa, tapi kalo sama Dokter itu." tutur Arsa sambil menunjuk Raya.

Raya menunjuk dirinya sendiri kemudian saling bertatapan dengan Dokter Hera. Dokter Hera tersenyum dan bergeser memberi tempat pada Raya untuk memeriksa Arsa.

"Saya izin periksa dulu, ya." izin Raya yang mengenakan stetoskopnya dan langsung memeriksa Arsa setelah laki-laki itu mengangguk.

"Dadanya masih sesak nggak?" tanya Raya.

"Nggak." jawab Arsa.

"Nama Dokter?" tanya laki-laki itu tiba-tiba.

Raya tersenyum sebelum menjawab, "Raya."

Loreng & Putih [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang