LP | 44

111K 17.3K 2.7K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





*****





"Raya."

Raya yang sedang menyiapkan peralatan dokternya yang akan dibawa nanti, lantas menoleh saat ada yang memanggilnya.

"Mika? Kok belum pulang?"

Mila melangkah mendekat dan langsung memegang lengan temannya tersebut, "Gue sengaja nggak langsung pulang. Gue mau nungguin sampe lo berangkat sama tim yang lain."

Raya tersenyum haru karena memiliki teman yang perhatian seperti Mika.

"Lo kalo nggak siap berangkat, biar gue aja gantiin lo, Ray."

"Nggak usah, Mik. Ini udah tugas aku. Lagian kamu baru pulang setelah jaga malem, kan. Lagian nggak ada alasan buat aku nggak siap berangkat, kan?"

"Tapi gue takut nanti di sana ada gempa susulan. Di sini aja kenceng banget tadi, apalagi di pusatnya."

"Kan semuanya udah diungsikan ke tempat yang lebih aman, berarti ya nggak bakal kenapa-napa."

Mika menghela nafas panjang dan akhirnya mengangguk pasrah meski hatinya tetap khawatir.

"Dokter Raya! Kita udah mau berangkat sebentar lagi." ujar salah satu Dokter.

"Baik, Dok." balas Raya yang langsung buru-buru menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda.

"Mik, aku pergi dulu, ya." pamitnya setelah selesai menyimpan semua peralatan dokternya.

Mika memeluk temannya itu sambil mengangguk, "Iya. Ati-ati di sana."

"Dokter Raya, kita udah ditunggu." ucap Dokter tadi yang ternyata menunggu Raya dari tadi.

Raya dan Mika langsung melepaskan pelukannya dan Raya melangkah pergi bersama rekannya setelah melambaikan tangan kepada Mika.


-



Rumah sakit tempat Raya bekerja hanya bisa menyediakan 2 ambulans untuk dibawa ke tempat kejadian bencana sekaligus untuk mengangkut para relawan yang dikirim. Mengingat Dokter dan perawat yang dikirim berjumlah 22 orang, 2 ambulans tidak akan cukup untuk mengangkut semuanya. Maka dari itu sebagian akan ikut truk militer milik TNI AD.

"Dokter Raya, ambulans udah penuh, jadi kita akan ikut truk militer bareng tentara yang juga dikirim ke tempat kejadian." ucap Anggi, Dokter yang tadi menunggu Raya beberes peralatan dokternya.

"Iya, Dok." balas Raya sambil mengangguk.

Raya berdiri di paling belakang untuk mengantri naik ke atas truk karena dirinya memang yang terakhir datang tadi, jadi Raya hanya bisa bersabar menunggu gilirannya untuk naik.

Tapi ada satu pemandangan yang membuat hatinya terasa terbakar. Ia melihat Lora yang naik ke atas truk dengan dibantu oleh salah satu perwira yang tidak lain dan tidak bukan adalah suaminya, Gibran.

Loreng & Putih [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang