Welcome to my story🤗
Enjoyed and happy reading 💗
.
.
.
.
.
.
.
.
________________________________________Angin dingin menerpa kulit. Membuatnya mau tak mau membuka kelopak matanya.
Walau bahkan sang surya belum menampakkan dirinya. Dingin yang ia rasakan, sebab pakaian yang ia kenakan.
Baiklah katakan ia gila, karena dengan tidak pedulinya memakai pakaian tipis di musim dingin.
Memang apa pedulinya? Bahkan ia sudah pasrah dengan hidupnya.
Sesakit itu kah?
Ntahlah, hanya dia yang tau.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Jam baru menunjukkan pukul 4 pagi. Yang artinya itu masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas. Namun itu tidak berlaku untuk Calla.
Gadis itu bahkan sudah membuka bukunya. Menyelam kedalam materi tak berujung yang dapat memanaskan otaknya.
Mari katakan ia terlalu rajin. Karena bahkan ia tetap belajar walau dengan hidung yang tersumpal dengan tisu.
Ya, dia mimisan. Tapi apa pedulinya? Yang ia pedulikan adalah dia harus bisa memenuhi ekspektasi orang lain. Terutama orang tuanya.
Bahkan dengan segala keterbatasan yang ia miliki, ia tetap berusaha menjadi sempurna. Walau nyatanya itu hanya akan memperburuk hidupnya.
Ia terlalu sibuk membahagiakan orang lain hingga ia lupa dengan kebahagiaannya.
Bodoh?
Tidak.
Dia hanya terlalu baik. Anggap saja dia malaikat. Namun nyatanya, hidupnya tak sebaik hatinya.
Dia yang terlihat sempurna dan bahagia. Nyatanya tak lebih dari seorang gadis rapuh yang haus akan kasih sayang dan kebahagiaan.
Miris. Tapi itu realitanya.
.
.
.
.
.
." CALLA! BANGUN KAU ANAK BODOH! KAU HARUS SEKOLAH! JANGAN BUAT AKU MENYESAL SUDAH MEMBESARKAN MU! " teriak bunda Calla.
Teriakan, umpatan, hinaan bahkan cacian sudah menjadi makanan sehari-harinya. Ia sudah terlampau biasa dengan hal itu.
" Baik Bun. Calla sudah siap. "
" Bagus kalau begitu. Sekarang sana pergi ke sekolah! Ingat, kamu harus mendapatkan nilai sempurna! Jangan mempermalukan ku! " kata bunda Calla.
" Baik Bun. Calla mengerti kok. " balas Calla.
" Ya sudah! Sana pergi! " kata bunda Calla.
" Bun, Calla boleh sarapan tidak? " tanya Calla dengan hati-hati.
" TIDAK! ENAK SAJA MINTA MAKAN, KAMU PIKIR MAKANAN BELI PAKAI APA KALAU BUKAN UANG? PERBAIKAN DULU NILAI MU BARU KU KASIH MAKAN! SUDAH PERGI SANA! MERUSAK MOOD KU SAJA! " bentak bunda Calla.
" Maaf Bunda, kalau begitu Calla pergi dulu. " pamit Calla.
" SUDAH CEPAT PERGI ANAK SIALAN! " bentak bunda Calla lagi.
Akhirnya, Calla berangkat sekolah dengan perut lapar sambil menahan tangis. Ia bahkan masih harus berjalan kaki menuju sekolahnya yang jaraknya tidaklah dekat.
Lelah? Calla sudah lebih dari lelah dengan hidupnya. Andai ia bisa memilih, mungkin ia lebih memilih untuk tidak dilahirkan saja.
Jika kalian menganggap Calla kurang bersyukur, kalian salah besar.
Ia bahkan masih bersyukur walau lahir di keluarga yang hancur.
Ia terlahir tanpa tau siapa ayahnya. Ibunya seorang jalang, yang dengan kata lain mungkin ia anak hasil ibunya jual tubuh.
Sebenarnya ia punya satu kakak dan satu adik. Namun, kakaknya pergi meninggalkan ia di dalam rumah neraka itu. Kakaknya yang sudah muak dengan ibunya pergi meninggalkannya entah kemana.
Lalu adiknya?
Ibunya membunuh adiknya dengan kejamnya didepan matanya sendiri.
Miris bukan? Ya, sangat miris.
Kadangkala, ia ingin sekali menyusul adiknya itu. Bahkan ia sering berpikir mengapa bukan aku saja yang pergi? Kenapa hanya adiknya?
Tapi akhirnya ia paham mengapa adiknya yang pergi. Karena hidup ini terlalu menyakitkan untuk adiknya jalani.
Tapi tetap saja ia merasa tidak adil.
Mengapa hanya dia yang merasakan ini semua. Mengapa kakak dan adiknya harus pergi?
Menyakitkan. Tapi apa yang bisa ia lakukan?
Bahkan hujan saja tidak bisa memaksa untuk berhenti jatuh, dan senja tidak bisa berhenti untuk selalu datang.
.
.
.
.
.
.
.
.Lihatlah gadis itu. Termenung seorang diri di kursi taman. Melihatnya saja sudah rasanya mengiris hati.
Gadis itu terlihat menyedihkan dengan pakaian lusuh dan badan penuh luka.
Ia bahkan sudah terlalu lelah untuk menangis atau merintih.
Ia hanya termenung meratapi hidupnya.
Calla
Nama gadis itu. Mungkin lengkapnya Rainy Calla Lylyana
Gadis rapuh yang berusaha untuk tetap tersenyum. Tetap tertawa walau hati dan raganya rapuh.
" Kapan semua ini berakhir? Apa Tuhan tidak menuliskan bahagia untukku? Bahkan hanya untuk sebentar saja? " rintih Calla pelan.
" Air mataku bahkan telah kering walau hanya untuk menangis. Bisakah aku mengarahkan kebahagiaan? " sambungnya.
Calla mulai berjalan sempoyongan. Ia sangat lemas karena belum makan dari pagi. Ia juga kedinginan karena bajunya yang basah. Jangan lupakan perih yang ia rasakan karena luka yang menempel di sekujur tubuhnya.
Ia terus berjalan tanpa tau arah hingga ia menemukan sungai besar dengan arus yang kencang.
Dengan pikiran buntu, ia mulai memanjat pagar pembatas pada jembatan tersebut.
Ia terlalu lelah dengan hidupnya hingga ia memutuskan untuk terjun dan mengakhiri semuanya.
Mengakhiri kisah pedih dan penuh perjuangan seorang Rainy Calla Lylyana.
Dengan mata terpejam dan bibir tersenyum ia melompat dari jembatan itu.
Pada akhirnya, bahkan wanita sekuat Calla menyerah dengan hidupnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/311047038-288-k938832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan
Teen Fictionseperti hujan, yang walau harus jatuh berkali-kali tapi tidak pernah menyerah. Mungkin lebih tepatnya tidak bisa menyerah. Ia dipaksa untuk terus kuat tanpa dikasihi sedikit saja.