enchanted

164 24 1
                                    

「⸙͎」
𝖉𝖗𝖚𝖓𝖐 𝖉𝖆𝖟𝖊𝖉
I was enchanted to meet you

renyah suara keyboard komputer mengisi ruang sederhana favorit wonwoo ditemani jajaran kata menjadi pandangannya detik ini. sayang sekali atensi yang ia butuhkan tak mengindahkan pintanya.

"kekasih?" gumam wonwoo mengingat percakapannya bersama mingyu kemarin.

apa aku membuat ia dan kekasihnya bertengkar?

namun apa yang aku lakukan?

"benar, tidak mungkin ia tidak memiliki kekasih" wonwoo memukul bibirnya pelan, menoleh pandangan memeriksa apakah kalimat bodoh itu terdengar orang lain.

perpustakaan kampus yang tidak menampilkan banyak manusia memberi suasana sepi. mendukung kalutnya pemikiran wonwoo yang tak lagi berfokus.

ia mengharapkan waktu berlalu dengan cepat hingga hari kelulusan, tak peduli tentang kenangan yang di hargai banyak orang. wonwoo tidak butuh itu.

yoon jeonghan.. namanya tidak asing

waktu mengiring jarum jam mengitari angka. wonwoo mengakhiri kegiatannya hari ini. lembutnya kasur kamar membuat wonwoo ingin berlari pulang. lagi-lagi sosok itu menggangu wonwoo.

mingyu tengah berlari menelusuri koridor gedung. mingyu melewatinya begitu saja. sesuatu yang buruk akan terjadi, pikirnya. suara seokmin yang tak beraturan menggiring semua mata menatap mereka.

ku mohon hyung, tidak seperti ini caranya

belum sirna kejadian lalu, kini mingyu membuat semua orang berbisik tentang dirinya.

aku tidak peduli, ya mengapa harus? orang sepertinya sangat menyukai masalah

wonwoo berjalan pergi tuk mencapai arah pulang. berusaha mengabaikan kedua netra mingyu yang seakan dapat menangis kapan saja. wonwoo dengan segera mengalihkan pikirannya, berfikir tak peduli.

aku sangat membencinya, kim mingyu si pembuat onar

derap langkah yang kian cepat membuat seokmin berteriak.

"yak! kim mingyu berhenti jangan berlari" ucapan yang tak berbeda terus ia lontarkan, namun rasanya sang teman telah tuli. tak ada satupun kalimat yang mingyu indahkan pintanya.

netra yang selembut sutra menjumpai pandangan, mingyu menambah kecepatannya berusaha tak kehilangan sang pujaan hati.

"hyung, ku mohon.." mingyu menggenggam erat pergelangan tangan jeonghan yang baru saja melangkah pergi dari ruang organisasinya.

"mingyu, apa yang ka—"

mingyu memeluk jeonghan erat, menyandarkan kepala yang kian memberat di pundak ternyamannya.

"kau tidak serius dengan pesan itu bukan?! kau tidak mungkin berfikir seperti itu, betul bukan??!" mingyu menuntut jeonghan membalas dengan hal yang diharapkan.

seokmin terdiam, ia tahu arti dari wajah seperti apa yang jeonghan berikan. sesuatu yang akan mematahkan hati sang teman. 

"hei, mingyu. jangan bicarakan hal ini di sini" seokmin menarik tangan mingyu pelan, berupaya membuat temannya sadar berapa pasang mata yang menatapnya saat ini.

masih dengan mata yang menunjukan bagaimana ia dapat runtuh kapan saja, mata itu menatap penuh harap ke arah sang kekasih.

tangan jeonghan menuntun mingyu tuk melepas genggamannya. ia menangis, sesuatu yang sudah jarang mingyu jumpai lagi. ah, kini mingyu sangat membenci dirinya sendiri.

"maaf.."

tidak! jangan kata itu kumohon

"mari kita akhiri dengan baik.. hubungan kita, kim mingyu"

mingyu terdiam, hatinya seakan diremuk keras. tidak pernah terpikir, hubungan yang ia harap berakhir lama kini menjadi sebaliknya. tentu ia tidak akan membiarkan hal itu berakhir jika kesalahpahaman menjadi alasannya.

mingyu mencengkram lengan atas jeonghan keras. menatapnya penuh harap, dan berkata dengan cepat seakan menangis tangisnya.

"hyung, dengarkan aku.. jika karna kesalahpahaman kemarin. aku bisa jelaskan semua itu padamu. aku tidak akan pernah mengkhianatimu. aku sangat mencintaimu, kau tau hal itu bukan? jadi kumohon jangan memutuskan hal ini seperti ini. tidak, jangan putuskan hubungan kita apapun alasannya hyung. aku minta maaf" mingyu tidak dapat menahannya, salah satu netra berhasil meloloskan air matanya. membuat jeonghan tak berhenti menangis.

seokmin yang masih terkejut, berusaha untuk menghindari banyak pasang mata yang emnatap keduanya. dengan sopan ia meminta para pelajar untuk tidak memperkhatikan keduanya.

"mingyu, kumohon jangan di sini. kalian bisa bicarakan ini di—"

"DIAM SEOKMIN!!" teriak mingyu yang membuat seokmin kesal.

jeonghan menutup matanya rapat seakan takut mendengar kemarahan mingyu. membuat mingyu melepas cengkramannya, menghapus air mata yang membasahi wajah cantik sang kekasih.

"maafkan aku hyung, aku tidak akan berteriak. ku mohon percaya padaku. aku dan freshman itu tidak memiliki hubungan atau perasaan apapun. kau tau aku hanya menyukaimu bukan?" setiap kata yang diucapkan mingyu membuat jeonghan semakin merasa sakit.

kepercayaan yang ditanya keberadaannya seakan tak terusik. mingyu mengusap wajahnya frustasi.

"hyung kumohon!"

tangan mingyu terulur tuk menggenggam jeonghan sampai hendaknya dihentikan oleh pria yang begitu ia tak suka eksistensinya.

"ia tidak menyukainya, apa kau tidak bisa melihat kau menyakitinya?" seungcheol meraih lengan jeonghan lembut ke dalam dekapannya.

pemandangan yang harusnya cukup membuat mingyu sadar itu menyesakkan dadanya.

"apa yang–" kalimat yang tak usai ia tanyakan itu terbungkam saat seungcheol membiarkan pheromones nya menyerbak.

pheromones alpha yang bercampur padu dengan pheromones kesukaannya. pheromones jeonghan...

tidak. hyung tidak akan melakukan hal itu.

"lepaskan tangan kotormu itu, bajingan" mingyu telah mengangkat kepalan tangan ke arah wajah seungcheol sampai jeonghan lebih dulu menampar wajah mingyu.

jeonghan tak kalah terkejut menatap tangannya. ia tidak bermaksud, semua kalut dalam pikirannya.

sweater manis yang menutupi tulang selangkanya kini menjawab pertanyaan mingyu.

jejak intim yang tidak mingyu lakukan.

"maafkan aku" gumam jeonghan pelan dan pergi meninggalkan mingyu yang tak lagi sanggup menopang dirinya.

mingyu runtuh, air mata jatuh saat wajahnya tak dapat memilih raut mana yang ingin ditampilkan. seokmin berjalan mendekat dan mengusap punggung sang teman berharap hal itu berguna.

sedangkan di sebrang sana, pria dengan kacamata bundar tak ingin bergeming menyaksikan semua hal yang terjadi.

aku ingin memeluknya dan berkata semua akan baik-baik saja

Drunk Dazed : The pitiful truth behind the maskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang