1

40 4 3
                                    

"KEVINNNNN"

Terdengar satu teriakan seorang gadis dari belakang punggung kevin, jaraknya tak jauh, hanya sekitar 100m dibelakangnya.
Pria itupun langsung menoleh kebelakang, seperti yang dia duga, itu adalah Shida, pacarnya.
Gadis itu mendekati Kevin. Seperti biasa ia menyunggingkan senyum manisnya.

"Kamuu, jangan teriak-teriak"
Ucap kevin sambil tertawa juga

"Oke oke maaf, apa kamu jadi ke rumah ku, kita akan bertemu ayahku, kau ingat janjimu kan? "
Ucap shida sambil mencolek hidung kevin

"Oke oke, tapi kita makan dulu, aku lapar sekali"
Ucap Kevin kepada Shida sambil menuntunnya ke dalam mobil. Tak lupa membawakan tas raket Shida.

"Jadi bagaimana latihan hari ini? Apakah menyenangan? "
Tanya Kevin saat mobil sudah melaju.

"Yah begitulah, aku mengalami hari yang berat, tapi tak apa apa aku baik baik saja sekarang"

"Sungguh berat ya?, kau tak ingin bercerita kepadaku, meskipun aku tak bisa membantu"
Kevin menaikkan alisnya

"Aku dimarahi habis habisan oleh pelatihku hari ini, dia bilang performaku menurun makin hari, dan mungkin aku harus diistirahatkan"
Shida mulai cemberut

"Sungguh? Begitu ya?, bukannya itu bagus? Kau bisa menghabiskan banyak waktu di rumah dan membuat banyak brownies untuk ayahmu"
Kevin berusaha menghibur Shida.

"Ya memang benar, tapi bukankah itu berpengaruh buruk pada karirku?, dan juga aku tidak bisa membuat brownies terus menerus selama sebulan. Aku bisa menghabiskan berton-ton terigu"
Kata Shida sambil tertawa.

Inilah yang disukai oleh Kevin, Shida masih bisa tersenyum walau dia sedang benar-benar terpuruk.

"Haha, ya benar sekali, tapi jangan khawatir, mereka masih benar-benar membutuhkan mu, kau adalah star, jadi tenangkanlah dirimu sejenak, dan sekarang jangan banyak bicara, kita sudah sampai"

_
    _
       _

"Jadi bagaimana untuk minggu depan? Kau tak berniat membatalkannya kan? "
Tanya Shida sambil menyuapkan sesendok besar pasta kedalam mulutnya

"Tentu saja tidak, bagaimana mungkin aku membatalkannya, aku sudah menunggu momen² itu"
Jawab Kevin dengan lembut tapi pasti

"Kau tidak takut? "
Mata Shida memandang Kevin lekat-lekat

"Takut kepada apa?, Aku hanya perlu bertemu ayahmu, meminta izin padanya untuk melamarmu, dan semuanya akan baik baik saja"
Kevin jelas menggampangkan urusan ini.

"Mungkin takkan semudah itu vin, kau bahkan belum pernah bertemu ayahku, jangan salah, dia berhenti jadi orang penyabar semenjak ibu meninggalkan rumah dan tak pernah kembali"
Shida menggigiti bagian dalam pipinya, dia merasa gusar

"Dan soal agama kita, mungkin itu masalah yang tidak boleh kau sepelekan vin"
Lanjut Shida sambil meneguk jus jeruknya

Kevin meraih tangan Shida

"Sejujurnya aku juga cukup khawatir soal itu, tapi aku yakin takdir tak sejahat itu, Tuhan akan membantu kita. Kita hanya perlu terus meminta dan berusaha. Dan percayalah, saat kita berdo'a, Tuhan bekerja"
Sekarang kata kata Kevin menenangkan Shida.
Tapi satu yang Shida pikirkan, bagaimana Kevin bisa seyakin itu. Sedangkan Kevin tau kalau bahkan Tuhan mereka pun berbeda?

Terimakasih
🤍🤍🤍

TERIMA KASIH | CHIHARU SHIDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang