Ketika ada orang yang meremehkanmu, jangan baper atas perkataannya, tetaplah teguh dan melangkah maju. Karena, kamu lebih unggul dari dia.
-----------------------------------------------------------------Syifa baru saja tiba di rumahnya dan berpapasan dengan Fatimah—Bundanya— yang berjalan dari arah samping membawa keranjang berisikan pakaian. "Bunda ...," rengek Syifa merentangkan tangan.
"E-e-ehh, salamnya mana? Kok, Bunda nggak denger," ucap Fatimah mengangkat jari telunjuk sambil menggerakkannya ke kiri dan kanan seperti sebuah peringatan, saat Syifa akan memeluk.
Syifa memajukan bibirnya. "Iya, Assalamu'alaikum, Bunda ...," tutur Syifa.
"Nah, gitu, dong. Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Kenapa, ada masalah?" Fatimah mengusap pucuk kepala Syifa yang tertutup oleh jilbab. "Ayo bicara di dalam. Tapi, Sebelum itu, Bunda simpan pakaian ini dulu, ya." Fatimah menarik tangan Syifa menuju ruang tengah.
Sesuai janjinya, setelah Fatimah menyimpan keranjang tersebut, dia menghampiri Putri bungsunya yang sedang duduk di kursi. "Syifa, ada masalah di sekolah?"
Mata Syifa berkaca-kaca ketika Fatimah bertanya dan tanpa menjawabnya Syifa langsung berhambur memeluk Sang Bunda. "Kenapa, hmm? Cerita sama Bunda," katanya sembari mengelus punggung Syifa.
Sampai pada menit pertama Syifa masih saja mendekap erat Fatimah tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. "Sayang ...," lirih Fatimah ketika merasakan sesuatu membasahi bajunya. Syifa menangis. "Hey, kok, malah nangis."
Fatimah mengangkat kepala Syifa dan menengadahkan wajahnya. "Sini, liat, Bunda," titah Fatimah.
"Ihhh ... ingusnya meler, tuh."
Syifa membelalakkan mata. "Aaahh ... Bunda, ngeselin!"
Syifa membenarkan posisi duduknya. "Hiks ... hikss." Fatimah tersenyum, karena berhasil membuat anaknya berbicara meski harus dengan cara meledek.
"Jadi, kenapa?" tanya Bundanya. Syifa melirik sekilas.
Sebelum berbicara, Syifa menghapus air matanya dahulu. "Tadi, ada cowok yang ngatain Syifa. Katanya, 'Syifa nggak becus memimpin organisasi. Program kerjanya jelek semua'. Di situ, hati Syifa teriris banget, Bunda."
"Kamu, nangis karena dikatain?" Fatimah menatap mata Syifa. Memang benar, perempuan itu pada hakikatnya, diciptakan sebagai seorang perasa. Maka, ketika ada kalimat yang diucapkan oleh seseorang menyentil hati, dia akan menangis seperti, Syifa. Namun, tidak semua perempuan sama. Mungkin, sebagiannya lagi ada yang memilih untuk acuh pada rasa sakitnya.
"Iya, Bunda. Padahal 'kan, Syifa udah berusaha keras, supaya bisa menjadi pemimpin yang baik bagi warga sekolah. Syifa rela-relain nonton Drakor, hanya buat mencari referensinya."
"Hemmm. Drakornya jangan dibawa kali, Syifa," tukas Fatimah.
Syifa bersandar di pundak Bundanya. "Biarin," ketusnya, "Waktu itu, Syifa juga nggak berharap amat jadi ketos. Syifa hanya berniat untuk ikut partisipasi saja, kok. Eh, ternyata malah menang."
"Itu berarti, kamu diberikan kesempatan sama Allah Swt. buat menjadi pemimpin dan mengayomi mereka. Bunda katakan, kamu beruntung, Syifa. Di luar sana, banyak sekali teman-teman lain yang ingin berada diposisimu sekarang. Bahkan, tak jarang mereka sampai bertarung secara tidak sehat demi mendapatkannya," terang Fatimah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Yang Terhalang
Novela Juvenil[Jangan lupa follow, like, dan comment] Spin off You're My Future 📌 Zayyan Elfredo Atharazka merupakan badboy Paripurna Senior High School yang selalu menjadi buronan Kepala Sekolah. Selama, tujuh belas tahun hidup, dia hanya mengenal dan bergaul d...