"Tapi, Nai. Kalau dia trim..."
"Jangan khawatir, percaya padaku, Edgar gak bakal nerima kamu!"
"Kamu yakin?"
"Yakin banget! Aku bertaruh 100% Edgar bakal nolak kamu besok!"
"Oke, deh. Udah dulu, ya! Aku sudah dipanggil ibu, besok kita lanjut."
"Oke, Sel. Aku tutup telponnya."
"Iya, Nai."
Naila telah menutup sambungan telepon. Kini Sella berbaring di kasurnya sambil memikirkan ucapan Naila barusan.
"Semoga saja." Gumam Sella.
***
Pagi hari telah tiba, tak seperti biasanya, Sella telah selesai bersiap-siap. Dia sengaja bangun pagi agar cepat menyelesaikan masalah ini.
Sella menatap dirinya di depan cermin yang ada di kamar.
"Baiklah, Sella. Kamu harus yakin pada dirimu sendiri kalau Edgar bakal menolakmu! Lalu setelah itu, kamu bisa menjelaskan semua ke Nathan sambil mengungkapkan perasaanmu padanya." Sella menyemangati dirinya sendiri.
Sella akhirnya keluar dari kamar usai berdandan.
"Loh, tumben kamu bangunnya pagi banget? Ayo sarapan dulu! Ibu sudah siapkan roti buat kamu!" Ajak ibunya yang sedang menyiapkan sarapan.
"Sekali-kali, Bu. Oh ya, semalam ibu pulang jam berapa?" Sella bertanya balik.
"Jam 2, tapi ibu langsung tidur. Kamu nggak nunggu ibu lagi, kan?"
Kebiasaan Sella emang seperti itu, kadang ia menunggu ibunya pulang dan menyiapkan makanan.
"Nggak kok, Bu. Ibu jangan suka begadang apalagi pulang sampe larut malam." Pesan Sella.
"Iya, Sayang. Ibu janji bakal usahakan biar pekerjaan ibu di kantor cepet selesai, terus bisa pulang cepat." Ucap sang ibu, "cepet sarapan dulu!" Sambungnya.
"Iya, Bu."
Selesai sarapan, Sella segera beranjak pergi.
"Loh, kamu gak nunggu Nathan dulu?"
"Nggak, Bu. Kasih tau ke dia, aku udah duluan pergi!"
"Ibu juga mau ke kantor, soalnya ibu lagi buru-buru, sekalian bareng ibu aja!" Tawar ibunya.
"Oke deh, Bu."
***
Beberapa menit kemudian, Nathan seperti biasa datang untuk menjemput Sella.
"Aku penasaran, Sella seperti menyembunyikan sesuatu dariku. Semoga aja dia gak di ancam."
Nathan telah berada di depan pintu. Kini, dirinya telah bersiap-siap untuk mengetuk.
TOK! TOK! TOK!
Lima belas menit menunggu tidak ada jawaban. Sepertinya Sella sudah pergi.
"Tumben Sella perginya pagi banget, biasanya nggak. Pasti ada sesuatu." Batin Nathan.
Dengan wajah penasaran, Nathan pun akhirnya pergi ke sekolah tanpa Sella.
***
Di sisi lain, Sella dan ibunya sedang menuju sekolah dengan menaiki mobil.
"Bu." Panggil Sella dengan nada datar.
"Ya." Jawab sang ibu sambil menyetir.
"Sella mau tanya."
"Tanya apa?"
"Ibu suka ayah dari mananya?"
"Eh, kok tanya gitu?" Ibunya sedikit terkejut.
"Jawab aja, Bu. Ibu suka ayah dari mananya? Kenapa ibu bisa suka sama ayah?" Tanya Sella dengan polosnya.
"Ayah kamu itu dulu senior ibu di kampus. Ibu suka, yah, karena dia semangat dan selalu kerja keras untuk mengejar cita-citanya." Jelas ibu.
"Oh, gitu ya. Kok ibu bisa nikah sama ayah?" Tanya Sella lagi.
Sang ibu terdiam cukup lama karena pertanyaan anaknya sedikit susah untuk di jawab.
"Ibu sama ayah kamu sebenarnya di jodohin. Emang dari awal gak ada yang namanya cinta."
"Ibu sebenarnya gak suka di jodohin ya?"
"Nggak, lah! Ibu kan nggak kenal sama ayah kamu dulu makanya gak suka dijodohin."
"Hmm, gitu ya."
Tak di rasa perbincangan ibu dan anak tersebut harus berakhir karena mereka telah sampai di sekolah.
Sella pun segera turun dari mobil dan langsung berjalan memasuki gerbang. Saat masuk, Sella tidak sengaja bertemu dengan Edgar. Sella hanya terdiam sesaat, karena cowok itu terus menatapnya dari kejauhan.
Sella mendekati Edgar sambil bertanya, "Kamu ngapain di sini?"
"Gue nunggu lo!"
"Kenapa?"
Edgar menatap Sella serius.
"Tentang yang kemarin, gue.."
Edgar yang belum menyelesaikan kalimatnya, langsung di datangi Nathan yang langsung menarik tangan Sella.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Divided Love
RomanceApa jadinya jika satu hati dipaksa untuk mencintai dua orang sekaligus? Itu yang dirasakan Sella saat hatinya menjadi bimbang harus mencintai Edgar atau teman masa kecilnya, Nathan. ⚠️Cerita ini hanya fiktif, apabila ada kesamaan nama tokoh, latar...