Sella dan Edgar hanya terdiam saling menatap satu sama lain. Beberapa detik kemudian, Edgar kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa. Begitupun dengan Sella yang merasa malu dan salah tingkah.
"Kenapa, Sel? Kamu lagi ngeliatin apa?" Tanya Naila sambil melihat ke arah jendela juga.
"Loh, itu kan Edgar?"
"Eh, kamu kenal dia?" Tanya Sella kaget.
"Kenal, lah! Siapa sih yang gak kenal dia."
"Emang Edgar siapa, sih?"
"Hah! Kamu beneran gak tau siapa dia?" Ekpresi Naila langsung terkejut.
"Emang dia siapa?!" Tanya Sella sekali lagi.
"Astaga, Sel! Masa kamu gak tau? Padahal sudah hampir 2 tahun kita sekolah di sini."
"Aku beneran gak tau, Nai."
"Edgar Satria Pamungkas, Sel. Cowok yang selalu bikin masalah sekaligus ketua geng berandalan. Di sekolah gak ada siapapun yang berani melawannya, termasuk kakak kelas. Aku akuin kalau dia memang ganteng, tinggi, tapi sifatnya yang nggak aku suka! Aku heran sama tuh cowok, selalu bikin masalah! Tapi gak pernah mau di keluarin dari sekolah." Jelas Naila.
"Oh." Jawab Sella singkat.
"Ngapain kamu ngeliatin dia?" Tanya Naila penasaran. "Jangan-jangan kamu suka ya sama dia?" Celetuk Naila melebarkan matanya kepada Sella.
"Hah! Nggak, Nai. Bukan gitu!" Sella langsung kaget dengan tuduhan Naila.
"Terus kenapa dari tadi kamu lihatin dia mulu?"
"Jangan salah paham, Nai. Aku tadi cuma..." Sella yang mulai bercerita langsung terdiam di tengah kalimatnya.
"Hmm, mending aku gak usah kasih tau Naila, deh. Pasti bakal ribet urusannya. Lagian ini masalah dia, ngapain aku ikut campur?" Batin Sella.
"Kenapa, Sel? Kok tiba-tiba diem?"
"Eh, enggak. Gak ada apa-apa." Jawab Sella ragu.
"Aneh banget kamu hari ini, Sel."
"Maaf, Nai."
***
Seluruh pelajaran telah usai dan kali ini tiba waktunya untuk pulang. Sella dan Naila beranjak keluar dari kelas. Saat di luar, Naila tak sengaja melihat Nathan dan Renata yang sedang jalan bersama dari arah kantor.
"Sel.." panggil Naila sambil memegang bahu Sella dan menggoyangkannya.
"Ada apa sih, Nai?"
"I-itu, tuh!" Nadia menunjuk ke arah Nathan dan Renata yang sedang bersama.
"Lalu kenapa? Mereka cuma jalan doang." Jawab Sella datar.
Di luar Sella memang terlihat seperti tidak peduli, tapi sebenarnya dia sedang merasa cemburu saat ini.
"Tapi, mereka jalan bareng, Sel!" Ucap Naila sambil melotot. "Memangnya kamu gak takut, kalau mereka pacaran?"
"Takut sih, Nai. Tapi lebih takut jika perasaanku di tolak olehnya."
"Mending kamu mengatakannya sekarang, Sel!" Usup Naila cepat.
"HAH! APA?! Kamu masih waras?!" Teriak Sella kaget.
"Nggak!"
"Terus?"
"Aku sebagai sahabatmu, merasa kasian aja. Aku ingin kamu bisa cepat pacaran sama Nathan. Emang kamu gak kasihan sama dirimu sendiri, Sel? Selama ini yang kamu lakukan cuma memendam perasaanmu sendiri!" Jelas Naila.
"Aku tidak akan melakukannya, Nai. Apalagi aku takut kalau Nathan akan menolakku."
"Coba aja dulu, Sel. Hasil akhirnya pikir belakangan!" Bujuk Naila, "Nathan itu selalu baik sama kamu, mungkin aja dia juga menyimpan perasaan yang sama!"
"Tapi, aku nggak yakin, Nai."
"Sella." Naila memegang bahu Sella, "percaya padaku, kamu pasti bisa ungkapin perasaanmu ke Nathan!"
"Tapi..." Jawab Sella ragu.
"Coba dulu, Sel. Tidak ada salahnya mencoba, kan?"
Naila mendorong tubuh Sella untuk segera menemui Nathan yang berjalan ke belakang sekolah.
"Yang di katakan Naila emang bener, apa salahnya aku mencoba dulu." Batin Sella.
DEG!
DEG!
Jantung Sella berdegup kencang. Ia tetap harus tenang, agar bisa mengutarakan perasaannya kepada Nathan.
Sella berusaha mengejar Nathan dan sesekali memanggil Nathan dari belakang. Dengan cepat, Sella langsung menarik tangan Nathan di bagian sudut belakang kelas.
Sella berusaha mengatur pernafasannya lagi karena ini baru pertama kalinya ia mengungkapkan perasaan ini ke Nathan.
Sella hanya bisa menunduk sambil memegang tangan Nathan yang akan pergi. Di saat itulah Sella mengatakan perasaan yang selama ini ia pendam dengan lantang.
"Dari dulu aku sudah menyukaimu!" Gadis itu berteriak dengan keras. Ia menunduk tanpa melihat Nathan.
"Aku sangat ingin sekali mengungkapkannya, tapi aku takut kamu bakal menolakku! Hari ini, aku punya keberanian buat mengungkapkan semuanya di depanmu. Aku percaya, kamu pasti punya perasaan yang sama denganku, bukan? Tapi jika dugaanku salah, anggap saja kejadian hari ini tidak pernah terjadi di antara kita." Ungkap Sella dengan percaya diri.
Gadis itu hanya tersenyum kecil karena Nathan terdiam cukup lama. Dalam pikirannya saat ini, mungkin Nathan akan menolaknya.
Nathan yang baru saja keluar daei ruang BK melihat Sella sedang berada di belakang kelas, sambil memegang tangan orang lain.
"Sella! Kamu ngapain di belakang sana?!" Teriak Nathan dari kejauhan.
"Lagi nembak, lah!" Balas Sella tanpa sadar, tiba-tiba ia teringat bahwa barusan adalah suara Nathan.
Nathan akhirnya memutuskan untuk mendekati Sella dan bertanya sekali lagi.
"Loh, Sel. Ngapain di belakang kelas?"
"Kalau Nathan di belakangku, terus tangan siapa yang kupegang?" Dengan gugup Sella mengangkat kepala. Perlahan dia melihat sosok di depannya yang langsung membuatnya kaget.
"EDGAR?!"
Sella hanya bisa terdiam dan tak bisa berkata-kata. Ia kaget dan tak percaya Nathan yang harusnya ia tembak malah Edgar yang di hadapannya. Bahkan beberapa teman Edgar pun menonton kejadian itu.
"Sella, ayo pulang! Bel udah bunyi tadi emang kamu gak denger?" Ucap Nathan menarik tangan Sella kesal.
"Tunggu!" Edgar menarik langsung tangan Sella. Begitupun Sella cuma bisa memandang tangan Edgar.
"Ngapain lo narik tangan Sella?" Tanya Andre sinis.
"Besok tunggu jawaban gue!" Edgar tak menggubris Nathan sedikitpun dan hanya menatap Sella dengan lama.
"Kalau udah selesai lepasin tangan Sella!"
Nathan menarik tangan Sella dan langsung pergi meninggalkan Edgar dan teman-temannya yang masih di sana.
Seperti biasa, Edgar memang suka berkumpul dengan teman-temannya di bawah pohon sambil bermain gitar, di belakang kelas. Itu merupakan markas mereka.
"Gue gak nyangka, Gar. Ternyata ada yang suka lo juga!" Ucap salah satu temannya.
"Yoi, gue lihat juga tuh cewek cantik juga. Kayaknya kelas 2, gimana menurut lo. Terima atau tolak?" Tanya yang lainnya.
Edgar tersenyum licik.
"Lo lihat saja besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Divided Love
عاطفيةApa jadinya jika satu hati dipaksa untuk mencintai dua orang sekaligus? Itu yang dirasakan Sella saat hatinya menjadi bimbang harus mencintai Edgar atau teman masa kecilnya, Nathan. ⚠️Cerita ini hanya fiktif, apabila ada kesamaan nama tokoh, latar...