Chord #3

30 2 0
                                    

"Jisung, nanti ada barangku yang akan diantarkan dan itu urgent. Minta tolong ya," manager Han berpesan sebelum beranjak ke kamar mandi. Jisung yang masih sibuk dengan ponselnya, hanya bergumam kecil. Sementara Chenle yang kebetulan ada di dorm member Dream, menatap curiga manager Han.

"Ini barang penting yaa..." tambah manager Han, refleks menjawab karena jengah dengan tatapan Chenle.

"Aku ambilkan kalau begitu," balas Chenle usil, semakin curiga dengan kelakuan managernya. Paket biasanya hanya diletakkan didepan unit apartemen, si kurir bahkan tidak perlu menekan tombol bel.

"Jangan, kamu kan tamu disini, biar Jisung saja," tukas manager Han cepat, menekankan sekali lagi pesannya kepada Jisung sebelum akhirnya berlalu ke kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan, kamu kan tamu disini, biar Jisung saja," tukas manager Han cepat, menekankan sekali lagi pesannya kepada Jisung sebelum akhirnya berlalu ke kamar mandi.

"Ish, mencurigakan," gumam Chenle sambil lalu, berharap mendapat tanggapan dari sahabatnya dan berlanjut ke sesi gosip kecil. Nyatanya Jisung yang terlalu baik, memilih diam dan langsung beranjak ketika mendengar suara bel pintu.

"Jie, gak usah ditanggapi," cegah Chenle lagi, usil. Namun bukan Jisung namanya jika tidak menurut. Mengabaikan komentar sahabatnya, Jisung akhirnya membukakan pintu apartemen dan termenung.

"Jieun....ssie....."

Sosok yang berada dihadapan Jisung sepertinya tidak menyadari namanya dipanggil. Sibuk mengeluarkan dokumen dari tas besarnya, diantara beberapa barang lain yang ada ditangannnya.

Bruk!!

"Astaga!" keluh Jieun lelah melihat barang bawaannya jatuh berantakan.

Jisung langsung berjongkok membantu mengumpulkan kertas dan barang Jieun yang berceceran. Namun, dicegah oleh pemiliknya.

"Sudah, biarkan saja. Nitip ini untuk kakakku ya," ucap Jieun lelah dan mengulurkan map kepada Jisung.

Ragu menerimanya, Jisung akhirnya menatap sosok dihadapannya.

Ragu menerimanya, Jisung akhirnya menatap sosok dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belum pernah Jisung berada sedekat ini dengan gadis manapun. Rambut Jieun yang keluar dari kuncirannya, seolah bisa dihitung olehnya. Wajah lelah tanpa make up, membuat Jisung tertegun karena asing. Dia tidak tahu perasaan apa yang dia rasakan saat ini ketika melihat dan berada sedekat ini dengan Jieun.

Sementara Jisung terdiam setelah menerima map yang diserahkan Jieun, si pemilik barang ternyata sudah selesai membereskan barang-barangnya. Jisung bahkan tidak menyadari jika Chenle tepat berada di belakangnya.

"Kok kamu?" sapa Chenle santai kearah Jieun yang hanya ditanggapi sambil lalu.

"Kamu berharapnya siapa," balas Jieun ketus.

"Aku mau pulang sekarang, takut ketinggalan kereta terakhir," pamit Jieun cepat, melambaikan tangan kepada dua pemuda jangkung yang ada di depannya, setelah memastikan barang yang diminta kakaknya aman di tangan Jisung.

Bisa dibunuh kakaknya jika sampai menghilangkan barang itu, Karena saat menelepon tadi, Kakaknya menekankan betapa pentingnya dokumen itu, hingga memaksanya untuk mengantarkannya sendiri. Padahal kakaknya tahu benar, betapa sibuknya dia dengan pekerjaannya, project dari tempatnya mengajar serta submission S2.

Jieun sudah menyeret tubuh lelahnya menuju lift, ketika lengannya ditahan seseorang.

Jieun sudah menyeret tubuh lelahnya menuju lift, ketika lengannya ditahan seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku antar," suara berat nan lembut Jisung menahan langkahnya. Menimbulkan protes tak terucapkan di wajah Chenle, serta keheningan dari sisi Jieun yang berusaha mencerna seutas kalimat tersebut.

"Tunggu ya, aku ambil kunci mobil dulu," lanjut Jisung, bergegas masuk ke dalam dorm. Meninggalkan Jieun dan Chenle yang saling bertatapan.

"Temenmu gila ya?" gumam Jieun pelan, lengkap dengan gerakan jemarinya. Sementara Chenle justru melipat kedua tangannya didepan dada dan menatap tajam lawan bicaranya.

"Kamu udah ngapain aja sama si Jisung? Sampai dia mau nganterin kamu?" tuduhan Chenle langsung ditanggapi pukulan ringan Jieun.

"Gak ngapa-ngapain, cuman bikinin dia makanan pas sakit aja."

"..."

"Thats all!!" tekan Jieun ketika melihat wajah curiga Chenle.

"Aku gak ngapa-ngapain sama Jisung. Aku hanya melakukan yang manusia pada umumnya lakukan ketika dimintai tolong menjaga orang sakit" Lanjut Jieun panjang kali lebar, merasa sedikit binggung mengapa harus menjelaskan sedetail ini kepada Chenle. Hingga ekspresi ragu diwajah idol didepannya menghantam Jieun dengan sebuah kenyataan baru.

"Chenle, kamu atau kalian semua harus mulai melepaskan Jisung,"

"Maksudmu?" tanya Chenle tidak paham.

"Kekhawatiranmu harus mulai dikurangi, Chenle. Sahabatmu sudah cukup dewasa untuk melakukan apapun dihidupnya,

"Aku kembali menekankan bahwa tidak ada apa-apa diantara kami berdua. Tapi perlu diingat bahwa kamu tidak bisa menanyai semua gadis yang dekat dengan sahabatmu,

"Kamu harus mulai mempercayainya,"

Chenle hanya bisa termangu mendengar ucapan Jieun. Meresapi kebenarnya sedikit demi sedikit.

Sialnya, semua yang diucapkan Jieun adalah benar. Chenle kembali merasakan kekesalan, karena lagi-lagi merasa dibaca oleh Jieun. Seperti pertemuan pertama mereka, ketika Jieun dengan mudahnya membaca ekspresi Chenle. Seolah dia buku yang terbuka.

Jisung, sahabatnya memulai hidupnya lebih awal daripada orang seusianya

"Aku pulang duluan, badanku remuk redam," Jieun lagi yang bersuara, sembari melambaikan tangan kepada Chenle.

"Sampaikan ke Jisung, tidak perlu repot-repot mengantarku pulang.

"Dia bisa membayar hutangnya lain kali,"

***

20.02.2023

anak mamah udah gede 🥰🥰🥰

Faded Last SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang