Enam bulan kemudian
"Ibu direktur memanggilku?" Jieun mengulang perintah yang baru saja dia terima dari kepala sekolahnya. Pria paruh baya berpakaian rapi yang ada didepannya mengangguk pelan.
"Iya, beliau memanggilmu. Cepat sana ke Gedung utama, jangan buat beliau menunggu terlalu lama," tukas kepala sekolah lagi, dengan nada perintah yang tidak bisa dibantah oleh siapapun.
Jien segera memakai sepatu dan merapikan rok yang membungkus tubuhnya. Beberapa bulan ini berat badannya turun cukup drastis, membuat semua pakaiannya longgar dan susah rapi.
Bergegas menyeberangi Gedung sekolah dasar, tempat ruang guru kedisiplinan serta psikolog sekolah berada, menyeberangi Gedung utama dimana ruang direktur Yayasan berada.
Sekolah tempat Jieun bekerja merupakan miliki salah satu Yayasan paling besar dan tua di Seoul. Pendirinya merupakan keluarga konglomerat yang ingin memastikan kualitas Pendidikan anak keturunannya hingga mendirikan sekolah mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Seiring berjalannya waktu, sekolah ini mulai terisi dan terkenal di kalangan elit kota Seoul dan sekitarnya. Mulai dari anak pengusaha, anak artis hingga anak Perdana Menteri menempuh Pendidikan di sekolah ini. Fasilitas dan kualitas yang ditawarkan berbanding lurus dengan benefit yang diterima semua tenaga pengajarnya. Termasuk Jieun yang bertugas sebagai psikolog. Gaji dan tunjangannya jelas tidak bisa disamakan dengan sekolah manapun. Walaupun tanggung jawab yang diemban juga jauh berbeda dari sekolah lagi. Belum lagi tekanan yang dirasakan ketika cucu atau keponakan orang paling berkuasa di Korea Selatan menuntut ilmu di tempat kita bekerja.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Jieun untuk sampai di ruangan direktur Yayasan. Setelah menyampaikan kepentingannya kepada sekretaris direktur, Jieun diantarkan masuk menemui sang direktur.
Sosok wanita berambut rapi, senyum dan tampilan anggun menyapa Jieun, seolah tidak ada jarak sangat jauh antara mereka berdua.
"Jieun, apa kabar? Sepertinya kamu kurusan ya?" sapa sang direktur, yang refleks dibalas senyum kecil oleh Jieun.
"Anda apa kabar nyonya?" sapa balik Jieun sopan, dan duduk diseberangnya. Berusaha menutupi rasa gugupnya.
"Walaupun kupanggil beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir, tapi jangan gugup nona Jieun,"
"..." lagi-lagi senyum kecil Jieun berikan sebagai tanggapan. Binggung harus bersikap seperti apa. Empat kali dipanggil dalam 6 bulan terakhir oleh orang nomor satu di tempatnya bekerja, jelas membuat siapa pun berdebar.
"Mungkin pertama-tama aku harus mengucapkan terimakasih dan selamat akan apa yang sudah kamu lakukan dengan cucu Perdana mentri dan cucu Tuan Sung," Direktur Yayasan akhirnya mulai mengucapkan tujuannya memanggil Jieun. Kalimat pembuka yang lagi-lagi hanya bisa ditanggapi dengan senyum kecil.
Empat bulan terakhir ini merupakan roller coaster bagi Han Jieun. Dia dititahkan oleh ketua Yayasan untuk membantu dua orang murid Yayasan yang bermasalah. Pekerjaan utama Han Jieun memang membantu siswa yang berkesulitan dengan mental, kepribadian dan gaya hidup. Sayangnya, tugas ini diturunkan langsung oleh ketua Yayasan karena kedua murid ini merupakan cucu dari orang nomor 1 di negeri ini dan yang lain merupakan cucu dari konglomerat ternama di Seoul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faded Last Song
FanfictionPark Jisung, NCT Dream Maknae terpaksa keluar dari gelembung kacanya. Menghadapi dunia yang asing bernama asmara, tanpa menyadari ada sepasang netra yang selalu menatapnya. Sayangnya, semuanya sudah terlambat ketika dia menyadari arti tatapan itu. K...