Terhitung seminggu dari insiden malam tersebut, Seulgi menghilang dari kehidupan Jimin. Tidak ada lagi yang harus dibangunkan pagi-pagi dan tidak ada lagi yang mengiris tomat di dapur saat malam. Walaupun belum begitu kentara, namun Jimin dapat merasakannya. Ranjangnya tetap sama, hanya saja bertambah besar dan semakin dingin sejak tidak ada lagi Seulgi yang menitipkan mimpinya disana.
Lalu sore hari saat Jimin baru saja menyelesaikan tugas hasil praktikum di sofa tengah, seseorang mencoba membuka pintu apartemennya. Jimin menoleh ke belakang, hanya ada dua orang yang tau password apartemennya saat ini, yaitu dia sendiri dan,
"Seulgi?"
Dia tersenyum, berukuran sangat kecil. "Aku mau mengambil barangku," katanya gugup.
"Memangnya mau kemana ?"
Seulgi tidak menjawab, bergegas menuju kamar Jimin kemudian mengemas barangnya ringkas dalam sebuah koper biru muda. Mengabaikan Jimin yang mencoba menahannya sejak tadi, tidak berniat memberikan Jimin penjelasan lebih lanjut daripada keputusannya untuk pergi.
Lalu hari itu menjadi hari dimana Jimin kehilangan kontak Seulgi sama sekali.
...
Walaupun tidak diakuinya, namun Jimin juga tidak sanggup memungkiri bahwa dia merindukan Seulgi. Hubungannya dengan Seolhyun sudah berjalan satu setengah tahun, bersyukur jika sampai sekarang masih baik-baik saja meski tidak sehangat dulu.
Jimin akan merasa ramai saat menemani Seolhyun jalan-jalan setiap sore, namun ketika pulang ke apartemen dengan kondisi dapur tidak terawat juga sayur-sayur di kulkas yang mulai membusuk berhasil membuatnya mengingat bagaimana gerak tubuh Seulgi lincah mengolah makanan di balik pantry.
Seolhyun tidak bisa memasak, jadi mereka selalu memesan makanan dari luar kalau memang Seolhyun datang berkunjung ke apartemen Jimin. Itu hal lain yang membuat Jimin mengeluh karena makanan yang mereka konsumsi sama sekali tidak sehat.
Ibunya juga mengeluhkan hal yang sama saat Jimin memperkenalkan Seolhyun suatu hari dirumah mereka di Incheon. Nyonya Park menyinggung tentang Seulgi yang selalu mengambil alih dapur ketika datang berkunjung, sedangkan Seolhyun hanya bisa merebus telur.
Kilah Jimin adalah tidak semua punya keahlian dalam bidang memasak, tapi ibunya membalas dengan tidak seumur hidup kau makan hasil masakan orang. Itu kali pertama dan terakhir Jimin mempertemukan ibunya dan Seolhyun.
"Lembur lagi?" Jimin menoleh sekilas pada Seolhyun yang duduk disampingnya.
Memberikan kendikan bahu sebagai jawaban, "Tidak juga. Hanya ada beberapa dokumen yang harus kuperiksa," katanya memilah kertas satu persatu.
"Akhir-akhir ini kopi lebih banyak menemanimu daripada aku," satu cup iced Americano berembun ditunjuk Seolhyun.
Sudut bibir Jimin tertarik kecil, "Karena kurasa, aku sedang merindukannya mengalir ditubuhku. Sensasi pahit yang ditawarkan membuatku tenang. Aku menyukainya," ujar Jimin membuat Seolhyun mencibir.
Menyelesaikan kuliah beberapa bulan lalu, Jimin tidak memiliki waktu menjadi pengangguran yang menjinjing surat lamaran kerja di tangan mereka. Ayah Jimin menghadiahkan satu cabang apotek di pusat Seoul sebagai ajang coba-coba bagi Jimin meniti karir. Sedangkan wanita disebelahnya, Seolhyun, banting stir menjadi traine artis alih-alih bekerja di ruang obat-obatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TURN || seulmin•
Fanfic[COMPLETED] [Mature content!] [18+] [NC] Apapun itu. Seulgi tidak peduli. Karena bagi Seulgi dalam kisahnya, Pemeran utama tidak mesti harus selalu orang baik! [SEULMIN] [Seulgi X Jimin] [REMAKE FANFICTION]