Suka-suka lo deh suka atau ngga sama karya gue. Intinya gue ga jadi unpub, hehe.
--
Pagi ini, Naren berkunjung kerumah Wina untuk bermain bersama. Permainan yang mereka mainkan bukan seperti apa yang kalian pikirkan. Mereka hanya bermain menebak, atau lainnya.
Kebetulan, semalam Wina sudah pulang karna ia disuruh oleh Wanda, jadi ia tak perlu merasa repot-repot kepada Naren.
Sekarang masih jam 8 pagi, Naren masih sangat mengantuk. Untung saja tadi saat di jalan ia tidak merasakan kantuknya itu.
Saat ini ia sedang duduk di sofa, disebelah Deo, memejamkan mata, dan menunggu Wina yang membantu Wanda di dapur untuk menyiapkan sarapan.
"Gimana hubungannya sama ade gue, Ren?" Tanya Deo yang membuatnya merasa sedikit jengkel, karna baru saja ia akan terlelap. Tapi Deo malah memulai pembicaraan.
"Baik-baik aja kok, bang." Jawab Naren seperlunya.
"Bagus deh kalo gitu. Ngomong-ngomong, lo kesini mau ngapain?" - Deo
"Mau ketemu pacar lah, bang. Make nanya segala." - Naren
"Ya mastiin aja gitu." - Deo
"Oh, kirain." - Naren
Setelah itu, keadaan kembali hening. Namun hanya sebentar.
"Naren, Deo, ayo sarapan." Panggil Wanda yang masih tetap didalam dapur.
"Iya, bun." Naren dan Deo bersamaan, lalu mereka beranjak menuju dapur.
Di dapur, Naren mendapati Wina yang sudah duduk dengan manis di meja makan.
Begitu cantik.
Pikirnya.
"Heh, Naren kok malah bengong? Ayo duduk. Kamu duduk di sebelah Wina aja."
"Naren bukan bengong, Bun.. dia terpesona sama ade."
"Apasih, udah ah. Kak Naren, duduk sini."
"Iya, Win."
Setelah itu mereka semua memakan masakan Wanda dan Wina. Setelah selesai, Wina, Deo dan Naren meninggalkan Wanda yang masih di dapur ke ruang keluarga.
"Katanya kalian mau main, main apa?" Tanya Deo
"Main apa, ya? Kasih saran dong, kak." Wina balas bertanya.
"Main ini aja. Kakak lupa namanya, Win. Intinya game nya itu kalo kita rame, kita harus pakai aksesoris konyol. Jadi, kita harus setenang mungkin." Saran Naren
"Tapi.. Wina ga punya aksesoris gitu, kak. Gimana?" Ucap Wina dengan mengerucutkan bibirnya. Sangat menggemaskan bagi Naren.
"Kakak punya, Win. Tunggu ya, kakak ambil di kamar." Syukurlah kalau begitu.
"Yaudah, buru bang."
"Dih, gue gampar juga ya."
"Bercanda doang kali."
Tak membalas Naren, Deo langsung pergi ke kamarnya lalu kembali dengan satu kotak berisikan aksesoris konyol didalamnya.
Wina mengobrak-abrik isi kotak tersebut "kakak kok bisa punya ini semua?"
"Gatau, kakak waktu itu disuruh bawa ini semua sama temen kakak."
"Yaudah. Win, bang, ayo maen!"
Akhirnya mereka bermain bersama.
Wina dan Naren diberi tantangan oleh Deo, yaitu membuat kerajinan kecil tanpa ada suara sedikitpun.
Jika ada, mereka harus mengenakan aksesoris konyol tersebut.