Sekarang.
"badan mu panas kak." ujar gadis dengan rambut pirang setelah meraba kening mulus milik Jinsoul.
Jinsoul menatap gadis itu lemah. "tidak masalah." jawabnya.
"tidak masalah gimana sih?" mata Jinsoul terbuka sempurna saat gadis itu mengangkat tubuhnya dengan mudah.
"kamu tuh kalau dikasih tau makanya jangan ngeyel coba." omel gadis itu sambil menggendong tubuh panas Jinsoul lalu meletakannya di kasur queen size miliknya.
"makan udah jarang, belajar terus, pola tidur gak jelas. Kamu tuh robot bukan?" tanya gadis itu dengan wajah serius. Jinsoul terdiam mendengarnya.
"aku tanya, jawab." ucap gadis itu dengan intonasi dingin. Jinsoul jadi gugup sendiri mendengarnya.
"bukan seperti itu Jungie." jawab Jinsoul dengan berhati-hati,
"aku udah tegur kamu loh dari Minggu lalu, terus apa? cuman jadi angin lalu aja? iya?" Jinsoul benar-benar membisu sekarang, tidak bisa menjawab apa lagi dengan kepala yang berputar-putar.
"kamu marah?" tanya Jinsoul pelan.
"kenapa bisa simpulin kayak gitu?" tanya Jungeun balik dan itu sukses membuat Jinsoul merinding.
"maaf." Jinsoul menundukan kepalanya.
Jungeun menatap gadis yang 2 tahun lebih tua darinya. "bukan, bukan itu yang ingin aku dengar." Jinsoul menatap pacarnya itu lemah.
"yang ingin aku dengar untuk sekarang yaitu. 'besok kakak sembuh dan kita bisa pacaran seperti biasa lagi.' " jelas Jungeun yang membuat Jinsoul terkekeh pelan.
"memangnya kalau aku sakit seperti ini kita tidak bisa pacaran seperti biasa?" tanya Jinsoul bingung.
Jungeun menggeleng cepat. "tentu gak bisa lah!" jawab Jungeun tanpa berpikir dua kali.
Jinsoul mengkerutkan dahinya bingung. "kenapa begitu? kamu tidak mau pacaran dengan orang penyakitan?" tanya Jinsoul lebih tidak berpikir dua kali.
"AW!" rintih Jinsoul setelah dahi mulus miliknya disentil oleh Jungeun. "ngasal banget itu mulut." tegur gadis Kim itu.
Setelah itu keduanya malah tertawa bersamaan. Begitu lah jika kalian memiliki pacar yang humornya persis seperti diri kalian masing-masing.
3 jam berlalu. Jungeun merawat pacar yang lebih tua darinya itu dengan telaten, mengukur suhu tubuhnya, memberikan 3 selimut tebal khusus untuk Jinsoul, beli jajanan yang banyak untuk Jinsoul, mengompres dahi panas milik Jinsoul, tidak lupa memberi sentuhan sayang untuk pacarnya itu seperti kecupan dipipi dan bibir manis milik Jinsoul.
"cepat sembuh sayang." membisikan kata-kata manis seperti ini dan memeluk Jinsoul sampai gadis Jung itu tertidur.
Menerima perhatian seperti itu membuat Jinsoul kembali merasakan dejavu. Semesta mengirim orang yang beda tapi sama rasa cintanya seperi seseorang dimasa lalunya dulu. Tapi kali ini Jinsoul sudah berjanji untuk tidak menyakiti orang yang mencintainya lagi dan siap untuk ditinggalkan seperti dia meninggalkan masa lalunya dulu.
Jungeun itu benar-benar titipan yang wajib ia jaga dan cintai karena semesta tidak akan memberi kesempatan untuk kedua kalinya bukan?
Memiliki marga yang sama, lebih muda darinya, mengejarnya lebih dulu, pintar dalam hal apapun, memiliki sifat yang lebih dominan, tentunya tidak kalah dewasa dari Jinsoul. Semua itu sudah membuat gadis Jung itu selalu tertarik berulang-ulang kemasa lalunya.
Biar lah, mungkin itu salah satu cara semesta agar Jinsoul bisa berbaikan dengan masa lalunya dan berubah untuk menyempurnakan masa depan dia dengan orang baru tetapi dengan cinta yang sama.
/ Terpaut /
"gue denger lo sakit?" Jinsoul berdeham sebagai jawaban.
"kok gak bilang-bilang sih dari kemarin? terus sekarang gimana kondisinya? Jungeun jagain lo kan? terus minum obatnya udah? makan udah? apa yang dirasain sekarang?" senyuman Jinsoul mengembang mendengar ocehan dari sahabat kecilnya itu.
Tawa Jinsoul pecah karena gemas mendengar ke khawatiran dari Sooyoung sahabatnya.
"heh! lo bolot apa gimana? jawab." ujar Sooyoung dari sebrang sana.
"ya lagi kamu banyak tanya, kan aku makin pusing dengarnya." jawab Jinsoul masih dengan kekehannya.
"apa sih? lo gak tau gue lagi khawatir?" tanya Sooyoung ketus.
Jungeun yang baru saja kembali dari kamar mandi langsung mengambil alih ponsel milik Jinsoul. "kepo bener lo mantan, mending kesini kalo mau tau kondisi pacar gue." jawab Jungeun yang membuat Jinsoul tambah keras tawanya.
"yeu bocah, yaudah tunggu. Gue mau jalan sama Jiwoo padahal." jawab Sooyoung sambil memutar bolanya malas disebrang sana.
"yaudah, jangan lupa beliin sesuatu ya." pinta Jungeun, tetapi sang lawan bicara langsung memutuskan panggilannya tanpa salam sama sekali.
"orang tua gak sopan." gumam Jungeun saat Sooyoung mematikan panggilannya secara sepihak.
Jinsoul masih belum berhenti tertawa bahkan tawanya malah makin pecah. Pacarnya yang melihat itu keheranan. "seneng banget hm?" tanya Jungeun sambil dengan brutal memeluk tubuh kurang sehat milik Jinsoul itu.
"ketawa gini aja terus, biar cepet sembuh." ujar Jungeun. Jinsoul menatap pacarnya itu dengan lembut.
"pasti dong! kamu aja wajahnya lawak begitu." jawab Jinsoul tanpa dosa.
"dih?" Jungeun mulai menggelitiki tubuh Jinsoul dan itu membuat si pemilik tubuh bergerak dengan heboh.
Mereka bercanda terus menerus hingga tidak sadar jika tubuh Jinsoul yang dibawah sudah sampai diujung kasur milik Jungeun, dan tanpa sadar Jungeun menginjak bagian yang kosong dan membuatnya kehilangan keseimbangan lalu terjatuh dari kasur. Tetapi entah kenapa Jinsoul malah terus menggengam ujung baju milik Jungeun dan membuatnya ikut terjatuh. Beruntung tubuh lemahnya itu mendarat dengan sempurna diatas tubuh milik Jungeun.
Keduanya saling tatap saat wajah mereka tidak berjarak, tatapan mereka semakin dalam dan entah setan apa yang telah merasuki mereka. Tetapi baru akan menarik bibir mungil milik Jinsoul, Jungeun dengan cepat mendorong tubuhnya dan Jinsoul agar terduduk setelah mendengar suara pintu terbuka.
"buset untung kita datangnya tepat waktu ya yang." ujar Sooyoung ke Jiwoo yang baru saja membuka pintu kamar milik Jungeun yang tidak dikunci itu.
"kalo gak nanti sahabat gue ini tambah sakit sama bocilnya yang main suka kasar." ujar Sooyoung yang dengan cepat mendapatkan pukulan cinta dari Jiwoo kekasihnya.
"ketuk dulu kek pintunya." Jungeun dengan cepat membantu kekasihnya itu untuk kembali kekasur dan tidak memperdulikan kedua pasangan lainnya. "duduk sini Woo." suruh Jungeun sambil memberi kursi kecil dipinggir kasurnya.
"lah? gue juga tamu nih." ujar Sooyoung memberi kode.
Tetapi 3 manusia ini tidak ada yang menghiraukan tingkahnya. "ini aku bawain buah, cepet sembuh ya kak." ujar Jiwoo sambil meletakan 1 keranjang besar berisi buah-buahan dimeja.
"terima kasih banyak Jiwoo sayang." jawab Jinsoul sambil merentangkan tangannya untuk memeluk Jiwoo yang tentu itu tidak mungkin ditolak oleh kekasih Sooyoung, malahan gadis dengan poni itu memeluk Jinsoul kembali dengan kencang membuat Jinsoul sedikit sesak napas.
"tapi itu kan make uang aku belinya, jadi dari aku juga dong." ujar Sooyoung tidak mau kalah.
Jiwoo hanya menatap kekasihnya itu sinis lalu kembali tersenyum saat menatap Jinsoul dan Jungeun. Mereka ber-tiga terus berbincang dan melupakan kehadiran dari gadis Ha itu.
Lagi-lagi Sooyoung diperlakukan berbeda, Poor Ha Sooyoungie.
___________
habede teh ipeh yang sudah lewat beberapa hari yang lalu<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaut (End)
Fanfiction"cinta itu bukan soal umur." Andai saja dulu aku memahami itu. /A few chapters about this book/ _________ !warn! -gxg -harshword -nonbaku -angst(?)