09× Money

19 4 0
                                    

"Ada kalanya uang itu mengatur kehidupan."

~~~~


     Kepulangan Ozy ke rumah disambut baik oleh hewan berbulu lembut dengan corak seperti sapi. Nero mengeong, mengikuti Ozy memarkirkan sepedanya. Kondisi pintu rumah terbuka lebar. Apa ayahnya sudah pulang?

     Nero terus mengeluarkan suaranya, menggosok-gosokkan kepalanya berulangkali di kaki Ozy. Ozy yang gemas pun berjongkok lalu mengelus bulu lembut si meong. "Ada apa, Ne?" Si kucing tiba-tiba berlari masuk ke dalam rumah. Sepertinya Ozy harus mengikuti ke mana Nero pergi.

     Ozy terus mengikuti Nero yang berlari di depannya. Si meong berbulu sapi itu berhenti di depan meja makan atau mungkin kamar Ozy yang berhadapan langsung dengan ruang makan. Nero mengeong lagi, membuat Ozy kembali berjongkok lalu mengelus kepala kucingnya beberapa kali. "Kamu lapar, hm?" Nero berhenti mengeong. Kucing itu menolehkan kepalanya ke arah kamar Ozy. Mau tak mau Ozy pun ikut melihat ke sana dan betapa terkejutnya ia melihat kamarnya seperti kapal pecah.

     Reflek Ozy berdiri dan langsung melangkah masuk ke kamarnya melihat kondisi di dalam. Kondisi kamarnya benar-benar berantakan, seprai kasurnya tak serapi tadi pagi, buku-buku sekolahnya yang tertata rapi di atas meja belajarnya, kini terlihat acak-acakan bahkan ada yang jatuh berserakan di lantai. Dan yang terakhir, Ozy langsung menghampiri lemari pakaiannya, memeriksa setiap bagian lemarinya dengan teliti. Dan benar, uang tabungannya hilang. Cobaan apa lagi ini? Apa rumahnya baru saja kemalingan? Tapi kenapa harus rumah sederhana ini yang bahkan tidak ada satupun barang mewah di dalamnya.

     Ozy menyingkap rambutnya, duduk di tepi kasur, kedua mata Ozy terlihat pasrah melihat sekeliling kamarnya. Salah satu kakinya yang ia gerakkan ke belakang tak sengaja menyentuh benda keras yang ada di bawah kasurnya. Ozy menundukkan kepalanya dan melihat botol kaca hijau besar tergeletak di sana. Ozy langsung tahu siapa dalang dibalik hilangnya uang tabungan miliknya, Banu mengambilnya. Ayahnya itu pasti menggunakan uang tabungannya untuk berjudi. Rencananya sebagian uang itu akan ia gunakan untuk membayar kerugian yang ayahnya sebabkan tempo hari. Kini uang itu hilang seluruhnya, diminta pun percuma. Sudah raib diikuti kekalahan ayahnya berjudi.

     Tanpa membuang waktu, Ozy segera membereskan barang-barangnya yang berserakan, merapikannya dengan cepat. Setelah itu ia mengambil seragam kerjanya di lemari kemudian berangkat ke tempat kerja.

•~•

     Jalanan kota tengah dihiasi sinar hangat mentari yang begitu cerah tanpa dihalangi kumpulan awan. Aktivitas kota mulai terlihat. Berbagai macam kendaraan mulai memadati Jalan Raya. Ozy mengejar waktu, lelaki itu mengayuh sepedanya lumayan cepat menimbulkan bulir keringat sebesar biji jagung di dahinya. Sesekali Ozy menyeka keringatnya yang turun hampir mengenai matanya. Ozy melihat banyak sekali interaksi maupun kegiatan di pinggir jalan sepanjang ia mengayuh sepedanya, salah satunya membuat ia kesal dan tak habis pikir. Di dunia ini ada jutaan bahkan milyaran manusia yang bisa kita jadikan teman bahkan sahabat. Kenapa orang itu tetap bertahan di lingkaran pertemanan yang bahkan membuatnya terkucilkan dan dianggap rendah? Ozy hanya bisa terus mengayuh sepedanya hingga di depan sana lelaki remaja itu melihat seorang pria yang kesusahan dengan mobilnya. Ozy pun menghentikan laju sepedanya di dekat pria itu berdiri.

     "Kenapa mobilnya, Pak?" tanya Ozy.

     Pria itu menoleh ke belakang mendengar ada seseorang yang bicara dengannya. "Oh ini dek, mobil saya mogok. Bengkel jauh dari sini," jawabnya.

     Apa yang dikatakan pria separuh baya ini benar. Di daerah ini, masyarakat akan menemukan banyak kios tambal ban di pinggir jalan, sedangkan bengkel yang lengkap memang jaraknya jauh dari sini dan itu adalah tempat Ozy bekerja.

My Bestie [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang