"Cintai dan banggalah dengan siapa dirimu. Karena menjadi diri sendiri adalah suatu hal yang istimewa, dan hanya ada satu di dunia."
~~~~
Satu hal yang paling ditunggu semua murid menjelang akhir kegiatan di sekolah, yakni bel sekolah yang akhirnya berbunyi nyaring sebanyak tiga kali. Para murid serentak berdiri, bersama pemberat di pundak, mereka keluar dari kelas bergantian. Suara obrolan terdengar tumpang tindih sepanjang koridor."Tiara!" panggil Alex sembari berlari kecil menyamakan langkah dengan wanita di depannya.
Tiara berhenti kemudian menoleh ke samping kirinya. "Iya, Lex, ada apa?" tanyanya.
Keduanya lanjut berjalan. Sesekali menatap lawan bicara, Tiara masih menunggu maksud Alex memanggilnya tadi. "Gue anter Lo pulang, ya? Daripada naik bis," tawar Alex tersenyum ramah.
Tiara menyatukan kedua alisnya. Ia membatin, kok Alex bisa tahu kalau gue bakal naik bis? Apa tadi pagi dia lihat gue turun dari bis, ya? Ini anak beneran peramal apa gimana, sih? Tiara berpikir keras, mengarahkan pandangan ke depan.
Alex ikut mengerutkan dahi, wanita di sampingnya ini tak kunjung menjawab tawarannya. "Kok diem? Mau atau nggak nih? Gue anter Lo pulang," tawarnya sekali lagi.
"Emangnya Lo tahu rumah gue ada di mana?" tanya Tiara memastikan terlebih dahulu, sebelum menerima tawaran Alex.
Alex terkekeh. "Nggak, entar kan bisa nanya ke Lo rute pulangnya," jawabnya. Tersirat kegigihan dalam perkataannya. Laki-laki itu tetap ingin mengantar Tiara pulang.
Tiara memutar bola mata gemas. "Sama aja Lo nggak tahu rumah gue, Lex," ujar Tiara.
"Jadi...." Alex masih menunggu jawaban Tiara.
Tiara berhenti berjalan. "Gue langsung Lo anterin pulang, kan?" Masih ada keraguan di hati kecil Tiara. Namun itu malah berarti sebaliknya bagi Alex. "Jadi, Lo mau nih gue anter pulang?"
Tiara menghela napas. "Iya, gue mau, tapi Lo nggak ada maksud lain, kan?" selidik Tiara. Alex tergelak, "Nggak lah! Gue cowok baik-baik, Ra," tegasnya. "Ini sebagai permintaan maaf gue yang kedua. Gue bakal anter Lo pulang. Karena Lo udah nerima tawaran gue, sekarang kita ke parkiran." Alex menarik lengan kecil Tiara. "Eh!" Tiara berseru namun tetap membuntuti Alex.
Dua siswa sedang memperhatikan Tiara dan Alex yang semakin jauh dari pandangan. Pembicaraan Alex dan Tiara yang sempat mereka dengar membuat salah satu hati terbakar namun tak menimbulkan asap. Api itu seakan padam tanpa alasan.
Kei menyenggol lengan Ozy. "Lo nggak cemburu, Ana dianter pulang sama Alex?" katanya. Bukannya merespon atau setidaknya mengucap sepatah kata, Ozy melenggang pergi meninggalkan Kei di tengah koridor yang masih ramai.
Sikap yang ditunjukkan oleh Ozy, membuat Kei terkekeh kecil. "Kelihatan kali, Zy..." Kei menyusul Ozy dengan langkahnya yang lebar. "Heh bestie! Tungguin gue!" Kei memutuskan untuk berlari memotong jalan agar lebih cepat ke parkiran.
•~•
Bersenang-senang setelah pulang sekolah memang terkadang perlu dilakukan, ketika tenaga dan pikiran terkuras hampir ke akar, sesuatu yang menghibur akan menjadi obat yang paling manjur. Para remaja setiap harinya bahkan pergi ke tempat yang berbeda-beda untuk memanjakan mata, mendengar ramainya alam, atau sekadar mencari udara segar yang berbeda hingga mampu menggelitik kulit, apalagi ditemani kudapan yang meninggalkan rasa di lidah. Sesuatu yang sangat menyenangkan bukan? Tapi itu semua tidak masuk ke dalam daftar keseharian laki-laki yang kerap dipanggil Ozy. Setelah pulang sekolah, Ozy selalu bertemu dengan hal-hal berbau rumah tangga, baru beberapa hari terakhir ini, lelaki itu bertemu hal baru yang berhubungan dengan mesin.
![](https://img.wattpad.com/cover/84463984-288-k996589.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bestie [On Going]
Teen FictionFauzi Adlan Dhamala dan Tiara Ana Diwata adalah dua insan yang tidak sengaja bertemu saat mereka kanak-kanak. Pertemuan mereka berlanjut hingga Sekolah Dasar. Itulah yang membuat hubungan mereka menjadi sahabat. Ozy- nama keren katanya, berjanji sel...