Three

789 55 0
                                    

✨✨✨✨✨

Helloooo🤗
.
.
.
.
.
.
Happy Reading ya 🤗
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa

✨ V  O  T  E ✨

Ya gaesss ❤️
.
.
.
.
.
.
Karena vote kalian

Bagaikan CAFEIN

di darahku 🫀
.
.
.
.
.
.

✨✨✨✨✨

.
.
.
.
.
.
.
.


3 tahun yang lalu

.

.

'Astaga! Astaga! Dia cewek!', teriak Terre dalam hati sambil berlari sekencang-kencangnya menuju rumahnya. Dengan cepat dia membuka pintu rumah dan segera berlari menaiki tangga yang melewati dapur, hingga tidak menyadari bahwa Ibunya, Rika, yang sedari tadi berada di dapur sedang menyiapkan makan malam, tengah heran memperhatikan anaknya berlari kencang tanpa menghiraukan apapun.

Terre menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur dan menutup wajahnya dengan bantal. Dia hampir tidak percaya bahwa ia baru saja menyatakan perasaan pada seorang perempuan yang ia kira  laki-laki.

Pertama kali ia melihat anak perempuan itu saat ia baru saja pindah ke kompleks perumahannya yang sekarang, sekitar 2 bulan yang lalu. 

Saat itu Terre tidak sengaja kehilangan kalung hadiah ulang tahun pemberian ibu dan ayahnya. Ia yakin betul sebelum tadi dia bermain sendirian di taman, kalung dengan bandul berbentuk bintang itu masih terlilit indah di lehernya. Namun ketika dia pulang ke rumah dan meraba bagian lehernya, kalung kesayangannya itu telah lenyap entah kemana.

Terre pun bergegas kembali menelusuri jalanan komplek, barangkali kalungnya terlepas di jalan. Tetapi hasilnya nihil. Iapun menuju taman kompleks yang hari itu sangat sepi, tidak ada satu anakpun yang bermain di sana.

Di taman, Terre meneliti tiap jengkal tanah yang ia injak, berharap matanya menangkap pantulan kilauan dari kalungnya. Ia sudah akan menangis saat tiba-tiba seorang anak laki-laki datang menghampirinya dan bertanya.

"Apa yang hilang?"

Terre membalikkan badannya dan melihat ke sumber suara. Ia melihat seorang anak laki-laki dengan rambut hitamnya yang pendek, kaos merah serta celana pendek hitam sedengkul,  tengah berdiri di belakangnya. Terre  harus menengadahkan wajahnya agar bisa melihat wajah anak laki-laki itu, karena tubuh anak laki-laki itu jauh lebih tinggi dibanding tubuhnya yang mungil.

Tangis Terre pun pecah. Ia menangis keras sampai-sampai membuat anak laki-laki itu kebingungan. Anak laki-laki itupun menepuk-nepuk pelan puncak kepala Terre, mencoba menenangkan gadis kecil di hadapannya.

"Apa yang hilang? Biar kita cari sama-sama", tanyanya lagi.

"Ka - lung", ucap Terre masih tersedu. "Bin - tang".

Anak laki-laki itupun tersenyum menenangkan masih sambil menepuk-nepuk pelan puncak kepala Terre. Ia kemudian tersenyum mengerti.

"Ayo kita cari", ucapnya pelan kemudian mulai memusatkan perhatiannya mencari kalung berbentuk bintang milik Terre.

Mereka pun mulai mencari dengan seksama. Anak laki-laki itu mengarahkan Terre mencari di lokasi gadis itu bermain sebelum kalungnya menghilang, sedangkan dia akan mencari di tempat lain sekitar taman.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang