Nine

560 43 3
                                    

Hai~
See you again 🙌🏻

***         

         Suara derap langkah kaki berlarian memenuhi koridor tangga terdengar gaduh untuk suasana sekolah yang saat ini sepi.  Seluruh siswa masih berkutat dengan pelajaran di kelasnya masing-masing, tidak ada yang berkeliaran di luar kelas. Namun ada satu orang yang memecah keheningan saat ini. Dia berlari secepat mungkin, bahkan dengan kakinya yang panjang ia bisa menaiki dua anak tangga dalam sekali langkah.

          Ketika sampai di depan ruangan yang ia tuju, perlahan ia menarik napas dalam, menetralkan detak jantungnya yang berpacu cepat. Setelah dirasa cukup tenang, tangannya pun terulur menggapai knop pintu dan membukanya perlahan. Ia melangkah masuk, berjalan pelan dan membuka gorden putih dihadapannya. Kosong. Tidak ada orang yang berbaring dikasur di hadapannya saat ini. Ia pun berjalan menuju gorden di sebelahnya dan membukanya.

          Raut wajahnya berubah lega mendapati gadis itu tengah tertidur tenang dengan seluruh tubuh sampai leher tertutupi selimut. Dengan perlahan ia mendekati gadis itu sambil memandangi wajahnya yang pucat, lalu tangannya pun terulur, mengusap pelan pipi milik Terre. 

.

.

.

***

.

.

.

          "Dimas?", panggil Terre setengah terkejut ketika mendapati tak jauh dari tempatnya berbaring, Dimas tengah duduk dengan posisi sedikit menunduk sambil memainkan handphonenya.

"Hai Re, udah bangun?", sapa Dimas kemudian memasukkan handphonenya ke saku celana. 

"Lo ngapain di sini?", tanya Terre

"Lo sakit?", tanya Dimas tanpa memperdulikan pertanyaan Terre barusan. 

"Sedikit, gue cuma ga enak badan", kilah Terre kemudian perlahan duduk. 

"Pelan-pelan aja. Muka lo pucet banget gitu." 

"Gue ga apa. Lo ngapain disini? Sakit?", tanya Terre penasaran. 

"Nungguin lo bangun. Tadi Gea nyamperin gue ke kelas pas pulang sekolah, katanya lo masih di UKS. Dia ga bisa nemenin lo, kata dia adeknya ada yang sakit, jadi harus cepet pulang. Jadi dia titip tas lo ke gua, dan di sinilah gue sekarang", jawab Dimas panjang lebar. 

          Terre mendengarkan dalam diam, hanya anggukan yang dia berikan sebagai jawaban. Ia mengeluarkan handphone dari saku dan mendapati beberapa chat dari Gea. Ada sedikit rasa kecewa karena ia tidak mendapatkan chat dari orang yang hampir sebulan ini mengganggu pikirannya. Bahkan tadi di dalam tidurnya, ia memimpikan orang itu berlari tergesa-gesa, dengan napas tersengal dan tangan yang dingin. Orang itu membelai pelan pipinya pelan. Terre bisa merasakan betapa khawatirnya orang itu lewat raut wajahnya yang cemas namun juga lega.  

'Davina sialan!', batin Terre penuh kecewa. 

.

.

.

***

.

.

.

         Duta Raya Basketball Court ramai dipenuhi ratusan manusia yang tengah riuh meneriaki team basket idolanya. Team Basket Putri SMA Nusantara tengah melawan Team Basket Putri SMA Kusuma Bangsa. Keira tengah duduk di barisan penonton bersama teman-temannya. Pandangannya tak lepas dari Davina yang sedang bertanding di lapangan. Waktu pertandingan sudah memasuki menit-menit akhir kuarter ke-4. 

         Kuarter ke-1 dimenangkan SMA Kusuma Bangsa dengan point 25 : 18, kuarter ke-2 dimenangkan SMA Nusantara dengan point 23 : 22, kemudian kuarter ke-3 dimenangkan SMA Kusuma Bangsa dengan point 24 : 20 dan sekarang sudah memasukin kuarter ke-4 dengan point yang dicetak saat ini yaitu 23 : 22, yaitu 23 point didapatkan Team Basket Putri SMA Kusuma Bangsa yang artinya team Davina unggul 1 point dari team lawan. 

         Mereka hanya perlu mencetak point hingga detik-detik terakhir, maka mereka akan memenangkan pertandingan. Tentu saja tidak semudah itu mendapatkan point dalam pertandingan kali ini. Team lawan cukup kuat hingga membuat tim Davina kewalahan, buktinya mereka hanya tertinggal 1 point. Kalau selanjutnya team lawan bisa mencetak point, maka kekalahan yang akan didapatkan oleh team Davina. 

         Davina fokus pada pergerakan lawannya, mencari posisi dan kesempatan untuk mencetak point, apalagi waktu pertandingan hanya tinggal sebentar. Davina berlari ke pinggir lapangan, diikuti satu orang team lawan yang selalu menjaga pergerakannya. Ia pun melakukan gerakan tipuan, memberikan waktu beberapa detik untuk Davina mencari celah, hingga bola di passing ke arah nya oleh Rena dari tengah lapangan. Ia berhasil menerima bola kemudian mendribble menuju ring dengan penjagaan beberapa orang lawan di hadapannya, memasang kuda-kuda, dan melakukan gerakan tipuan berpura-pura melakukan shooting, hingga lawan dihadapannya melompat mencoba menghalau namun bola masih di tangan Davina. Ketika lawan terkecoh akibat gerakannya, Davina melakukan shooting di detik-detik terakhir dan....

"Priiiitttt....."

"Priiiiitttt....."

"Priiiiittttttttt...."

.
.
.


***

.
.
.

         Terre hampir tidak percaya dengan apa yang barusan saja disaksikannya. Hatinya nyeri luar biasa. Dadanya terasa sangat sesak hingga untuk menarik napaspun rasanya sangat nyeri. Ia menyesal setengah mati karena telah berani melangkahkan kaki menuju ruangan team basket sekolahnya yang baru saja memenangkan pertandingan. Dalam hatinya ia berharap bisa memberikan selamat secara langsung pada Davina atas kemenangannya. Namun ketika ia sampai di lorong yang kosong menuju ruangan itu, ia mendapati Davina tengah berdiri berhadapan dengan Keira. Mereka tampak sedang berdebat, namun Terre tidak bisa mendengarnya sama sekali, entah apa yang mereka perdebatkan. Hingga secara tiba-tiba Keira berjinjit kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Davina. Satu detik kemudian, bibir mereka bertemu. Keira tampak memejamkan matanya sedangkan Davina tampak terkejut namun hanya terdiam dengan posisi bibir mereka menyatu tanpa jarak sedikitpun. 

        Seketika Terre merasakan jarak yang sangat jauh antara dirinya dan Davina. Jarak yang membuat mereka tidak bisa lagi berdekatkan seperti dulu. Pada akhirnya Terre tidak bisa lagi mengungkiri perasaannya. Tidak mampu lagi berlindung dibalik kata 'persahabatan', karena perasaan sakit di hatinya saat ini jelas bukan sebuah perasaan untuk 'persahabatan'... 

****

Hai! Apapun yang kamu lakukan dan perjuangkan saat ini, semangatlah! 

See you next part lagi ajahh~

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang