Four

709 55 3
                                    

✨✨✨✨✨

Helloooo🤗
.
.
.
.
.
.
Happy Reading ya 🤗
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa

✨ V O T E ✨

Ya gaesss ❤️
.
.
.
.
.
.
Karena vote kalian

Bagaikan CAFEIN

di darahku 🫀
.
.
.
.
.
.

✨✨✨✨✨

.
.
.
.
.
.
.



Terre, Davina dan Gea tengah duduk di meja bundar kantin di bawah pohon sambil menikmati makanan dan minumannya masing-masing. Mereka bertiga makan sambil memainkan handphone masing-masing. Sesekali Davina melirik ke arah Terre yang senyum-senyum sendiri sambil menatap layar handphonenya. 

10 menit kemudian, semua makanan dan minuman di atas meja ludes dihabiskan mereka semua. Davina menyenderkan punggungnya sembari meluruskan kedua kakinya ke depan, menyesuaikan posisi perutnya yang kekenyangan dengan kepalanya yang menengadah. Terre dan Gea juga sama saja, perut mereka kekenyangan.

"Jadi, kita mau kelarin tugas kelompok Kimia di rumah siapa?", tanya Gea yang tiba-tiba saja ingat tugas kelompok mereka yang belum selesai dan harus dikumpul 2 hari lagi.

"Jangan di rumah gue", tolak Davina dengan mata terpejam, masih dengan posisi tadi. Mungkin jika dibiarkan, dia bisa saja tertidur, ditambah  hembusan angin sepoy-sepoy yang membuat makin mengantuk.

"Apalagi rumah gue", lanjut Terre yang juga menolak.

"Terus di rumah gue? lu mau sempit-sempitan tidur di kamar gue? bareng saudara-saudara gue?", tanya Gea. Ia yakin kedua temannya itu akan menolak. Gea ingat mereka pernah menginap di rumahnya dan harus tidur berhimpit-himpitan karena Gea masih berbagi kamar dengan saudaranya yang lain. Alhasil, mereka bertiga tidak bisa tidur nyenyak sampai pagi.

"Ga mau juga", jawab Terre dan Davina berbarengan.

"Apa kata gue." cerocos Gea karena tebakannya tepat.

"Yaudah, rumah lu aja Re", bujuk Gea sambil menggoyang-goyang lengan Terre seperti anak kecil minta dibelikan jajan.

"Rumah lu aja Vin, jangan rumah gue", ucap Terre lebih seperti perintah.

Terre melihat ke arah Davina yang sudah membuka kedua matanya namun posisi tubuhnya tidak berubah.

"Jarak rumah lu sama rumah gue ga nyampe 5 menit jalan kaki Re", ucap Davina.

"Ya makanya itu, di rumah lu aja Vin. Rumah lu banyak makanan. Perut gue ama Gea terjamin kenyang". Tandas Terre berharap Davina tidak mendebatnya lagi.

Setelah berpikir sejenak, mengingat di rumah Terre memang hanya Terre dan adiknya yang selalu membeli makanan di luar sedangkan di rumahnya ada mamanya dan beberapa asisten rumah tangga yang selalu memasak makanan yang banyak untuk mereka semua. Davina pun mengangguk setuju yang di balas dengan acungan jempol oleh kedua orang di hadapannya.

"Ntar jam 5 sore gue ke rumah lu dulu deh Re, baru ntar ke rumah lu Vin", putus Gea semangat.

.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang