Ch : 6

1.7K 234 16
                                    

Matahari perlahan mulai memberikan cahaya di ketinggian, sebentar. Apakah dunia bawah memiliki matahari.? Ataukah itu hanya ilusi yang dapat tercipta karena banyak nya kekuatan.



Lebih baik jika kita mengacuhkan itu, ada hal yang lebih penting untuk di perhatikan saat ini, lihatlah seorang bocah bersurai biru telah terlihat merapikan seragam yang saat ini telah di kenakan.




Senyuman manis terukir pada wajah tersebut, sebelum akhirnya pintu kamarnya terbuka dan terdengar suara mangkuk pecah yang terjatuh, opera berdiri di ambang pintu dengan keterkejutan, melihat seseorang yang di nantinya kini telah terbangun.





" Opera-san, apakah tanganmu ada yang terluka.? "





Iruma langsung berlari menghampiri Opera yang masih terdiam akan keterkejutan, hingga menjatuhkan nampan yang di gunakan untuk membawa mangkuk berisikan air dan handuk kecil, sepertinya Opera bermaksud membersihkan tubuh Iruma seperti hari-hari sebelumnya.






" Opera, keributan apa barusan.? "






Tiba-tiba saja iblis tua yang biasa terdengar berisik muncul di belakang sosok Opera dan ikut terdiam membatu ketika melihat sosok Iruma dengan wajah kebingungannya.






" Irumaa-kun....akhirnya kamu bangun juga, kakek sangat merindukanmu, "






Sepertinya Sullivan-sama tidak benar-benar terkejut, karena sikap berisiknya mulai kembali terdengar, dan langsung memeluk Iruma dengan eratnya, lihat lah seorang iblis tua yang menangis seperti anak kecil.





Iblis tua yang sangat bahagia ketika mendapati cucu manusianya akhirnya telah terbangun setelah beberapa lama, hahh dirinya seakan merasa lega, tentu saja Iruma sangat hebat sebagai cucunya karena dia masih dapat bertahan.




" Opera, segera siapkan makanan enak untuk Iruma. "





Opera tersenyum dan segera pergi untuk membuarkan sarapan bagi Iruma, karena si manis sepertinya ingin berangkat sekolah seperti biasanya, betapa bahagia dirinya mendapati si manis telah sadar.










































Iruma berangkat menuju sekolah dengan menggunakan kereta milik sang kakek, tentunya di antarkan oleh Opera, karena pria tersebut merasa khawatir jika Iruma berangkat seorang diri saja.






Di sisi lain Opera juga masih khawatir dengan kesehatan Iruma, karena si kecil bukankah baru saja tersadar, namun malah telah memaksa untuk bersekolah seakan tidak terjadi apapun.







Iruma pun perlahan menuruti kereta dan mulai berjalan mendekati gerbang, tanpa memperdulikan banyaknya tatapan heran yang terarah kepada dirinya, sedangkan hanya rasa gugup yang dirinya coba tahan.






" Apakah...a..aku ketahuan sebagai manusia.? Bagaimana ini, mereka semua terus memandangiku. "






Batin Iruma yang mencoba bersikap biasa, dan hanya berjalan perlahan menuju kelasnya.












Sesampainya di kelas dirinya langsung di kerumuni oleh semua teman-teman, kecuali Asmodeus. Iruma melihat Asmo di sana, namun Iruma sadar bahwa Asmo ternyata tidak mengkhawatirkan dirinya.



Iruma tersenyum kepada para teman-temannya, dan berkata bahwa dirinya baik-baik saja, namun mereka tetap terlihat khawatir di sebabkan Iruma tidak sadarkan diri cukup lama sekali.






Iruma-KunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang