4

171 15 0
                                    

Jungkook POV

Jantungku berdetak cepat pada saat yang bersamaan dengan aku menutup pintu kamar. Masih memegang kenop pintu, aku menyandarkan kepalaku pada kayu itu dan menutup mata.

Apa Taehyung selalu shirtless seperti ini setiap saat?

Pria tampan sepertinya memang akan selalu berefek besar padaku. Cepat atau lambat dia pasti akan segera menyadarinya.

Taehyung selalu berjalan dengan percaya diri di sekitar para gadis, dan membuat mereka rela mengemis untuknya. Dan aku selalu menjauhi tipe pria seperti itu. Dan sekarang, ironisnya aku tinggal satu atap 
dengannya. Menjauh dari pintu, aku melihat arlojiku. Pespustakaan kampus pasti sudah terbuka sekarang. Aku membutuhkan komputer yang ada di sana untuk mendaftar pekerjaan secara online. Aku sudah  melakukannya beberapa kali sebelum ini dan aku gagal, tapi aku tetap akan mencobanya.

Aku segera mandi, dan bersiap untuk memulai hari. Rambutku masih basah saat tiba-tiba kepalaku  menghantam tubuh yang keras dan basah.

"Aw!" aku meringis sambil mengelus dahiku.

"Hai, Red."

Aku mendongak dan terdiam.
Taehyung shirtless lagi, dada bidangnya 
mengkilap karena keringat. Tangannya memegang ujung handuk yang tersampir di lehernya.

"Mau ke mana?" tanyanya.

Aku berdehem kemudian mengangguk, berusaha sebisa mungkin untuk tidak menatap lehernya. "Kerja."

"Ah." Dia mengangguk. "Kau terlalu serius." Tubuh polosnya mulai mempengaruhiku dan aku  sedikit mundur untuk menjauh.
Dia menatapku dengan senyum nakal di bibirnya. 

"Ingin melihat sesuatu?"

Aku menyipitkan mataku. "Tidak."

Dia menyeringai dan dengan perlahan menaikkan lengannya ke samping, memperlihatkan otot lengannya. Garis kulit dan uratnya sangat tajam dengan kulit gelap mengkilapnya.

"Lihat ini." Dia mengarahkan lengan ke dadanya kemudian kembali menunjukkan ototnya, dan dari yang aku lihat dia justru tampak aneh. Serius. Akhirnya aku meloloskan tawa.

"Bagaimana menurutmu, wanita? Aku terlihat seksi 'kan? Luar biasa 'kan?"

Aku menggeleng. "Satu-satunya hal baik untukmu adalah kau harus di bawa ke kebun binatang. Kandangmu sudah menunggu disana. Aku yakin kau bisa menunjukkan yang lebih lagi disana, bersama dengan spesies sejenismu."

"Kau harus membayar untuk bisa melihatku. Akui itu," uarnya. 

Tiba-tiba kami tersentak saat mendengar suara bell. Dia mengusap wajahnya. "Sial. Aku lupa kalau harus menghadiri acara amal bersama ibuku hari ini. Bisakah kau bersembunyi di kamar beberapa menit? Dan tetap diam." 

"Takut dengan ibumu, huh?"

"Ya. Akan sangat canggung menjelaskan padanya mengapa kau berada di sini. Beri aku beberapa menit, setelah itu kau bisa pergi."

Jika ibunya tidak suka aku di sini, maka aku harus segera mencari tempat tinggal. Jadi, aku harus menemukan pekerjaan hari ini juga.

Aku menghela napas frustasi. "Aku harus pergi, Tae. Ada banyak hal yang harus aku lakukan hari ini, aku bisa keluar dan mengatakan padanya bahwa aku hanya mampir di sini."

"Tidak. Percayalah padaku, aku akan membawanya pergi dari sini setelah itu kau bisa pergi ke mana pun yang kau inginkan."

"Baiklah."

Aku bisa mendengar suara lembut seorang wanita dari dalam sini. Dua puluh empat menit kemudian Taehyung berjalan ke arah kamar ini.

Perlahan pintu terbuka. "Red?"

Aku berjalan ke arah pintu dan berdiri di 
belakang pintu. "Aku di sini," ujarku.
"Aku harus pergi. Jadi … sampai jumpa nanti malam?"

"Tentu," jawabku.

"Apa kau akan merindukanku?"

Aku terdiam beberapa detik. "Iya, Tae."

Dia berdehem. "Sampai nanti, Red," ujarnya lembut, sembari menutup pintu.

"Sampai nanti, Tae," bisikku, namun aku yakin dia tidak mendengarnya.

RED (PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang