03 - Rival

1K 90 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Mungkin bagi seorang Nani, hidup dengan membenci Dew sudah menjadi sebuah kebiasaan. Hatinya yang tidak pernah merasakan apapun terdoktrin menjadi kebencian yang mendominasi.

Kebencian yang tercipta dari rasa IRI. Nani iri karena Dew seorang Alpha, jenius, tampan, digilai banyak orang, terlebih di mata Nani, seorang Dew selalu unggul dalam apapun. Hanya keberuntungan dan kemenangan setiap kali dia dihadapkan dengan Dew.

Ambisinya untuk mengalahkan Dew menjadi mimpi buruk yang menghantuinya. Bahkan kenyataan itu jauh lebih buruk dari Mimpi buruk miliknya.

Satu hal yang selalu diminta Nani dalam hidupnya adalah mengalahkan Dew. Sekali saja.

Namun, mengapa saat ia kini melihat kekalahan di depan Dew, hatinya tidak rela. Karena si sempurna Dew harus kalah darinya.

Dan Hati Nani sakit saat melihat Papa Dew menampar pipi Dew, bahkan memukulinya. Kedua Alpha yang tidak pernah bertengkar kini Papa Dew seperti kalap ingin membunuh Putranya.
"Pa sudah, dia bisa mati." Ucap Daddy Dew menghalau sang Alpha.

Papa maupun Daddy Dew sama-sama Alpha, mereka menikahi Alpha wanita lain untuk melahirkan Gulf dan Dew. Dan Dew anak si Papa.

"Aku membesarkannya bukan untuk jadi pecundang, bagaimana bisa dia menghamili omega yang bahkan anak dari orang yang kubenci." Bentak Papa membuat Dew yang wajahnya babak belur mendongak ke arah Papanya.

Nani berusaha melepas pegangan dari Bright dan Gulf, namun omega itu kalah melawan yang lain.
"Lepasin Nani kak Bie." Ucap Nani menengok ke arah Bright dengan wajah yang penuh air mata.
"Jangan lepas Nani kak, aku nggak mau Papa nyakitin dia." Ucap Dew yang kini sudah berdiri di hadapan Papanya. Alpha angkuh itu tidak sudi melihat wajah sang putra.

"Apa Papa belum puas mukulin Dew? Kalau papa belum puas, ayo tonjok lagi, sampai papa puas." Ucapan Dew menyentak hati sang Papa.

"Lepasin tangan Papa, Dad, biar ajah anak kesayangannya ini mati ditangannya." Ucap Dew lagi.

"Dew jangan mati." Ucap Nani. Kini ia berhenti menangis dan Bright masih memeluknya.

Mendengar ucapan Nani barusan, Dew langsung bersimpuh di hadapan Papanya.
"Nggak jadi Pa, jangan bunuh aku, aku mau hidup buat jagain Nani sama anakku, maaf dan aku minta ampun Pa." Dew dan keangkuhannya luntur seketika karena ucapan Nani.

Papa menatap putra kesayangannya, bahkan meski dia menyayangi Gulf, rasanya memang Dew yang paling ia banggakan. Darah dagingnya sendiri.

"Bangun kamu." Ucap Papa dan Dew pun berdiri menatap pria yang lebih pendek.
"Mandi sana, dan bawa Nani juga buat ngobatin kamu, Papa nggak akan minta maaf, kamu pantas buat dipukul." Ucap Papa lalu menyuruh Gulf ikut dengannya untuk memasak makan malam.

Sedangkan tinggal Bright dan Daddynya Gulf.

"Jadi kamu yang bikin anak saya jadi bucin?" Tanya Daddy membuat Pipi Bright bersemu merah namun ia tersenyum.

...

"Aku jadi takut mati." Ucap Dew yang tidak berhenti memandang wajah cantik Nani dihadapannya. Bahkan pukulan diwajah oleh Papanya kini tidak terlalu sakit, melihat wajah khawatir si cantik. Nani menatap Dew.
"Alasannya?" Tanya Nani masih fokus memberi obat merah di sudut bibir Dew.
"Takut kalau nggak bisa lihat kamu lagi." Ucap Dew membuat rona merah di pipi Nani.

"Aku nggak tahu ternyata kita dididik dengan cara yang sama." Ucap sang omega merasa simpati karena ia membenci pria yang hidup penuh tuntutan sepertinya. Dan saat ia melihat sendiri Dew bahkan hampir mati di hadapannya karena pukulan si Papa, hati Nani berdenyut perih.

Dew mengenggan tangan Nani lalu ia mendekatkan wajahnya pada wajah Nani, Dew tersenyum melihat bibir yang selalu membuatnya candu. Dew menyesap bibir bawah Nani hingga melumatnya.
"Nggghhh." Lenguhan Nani membuat semua sakit di wajah Dew tidak lagi terasa, sekarang hanya ada rasa candu pada bibir sang omega.

Keduanya melepas ciuman, dan Dew tersenyum melihat wajah menggemaskan itu.
"Hidupku mungkin selalu terasa pahit, semua tuntutan untuk mengalahkanmu membuat hidupku jauh lebih suram, melihat wajah marahmu, kecewamu, entah sejak kapan menjadi lebih menyakitkan, namun jika aku mengalah padamu, mungkin sudah lama aku mati dipukuli papa." Nani mendongak mendengar keluhan hati Dew.

"Dew." Panggil sang omega, ia merasa pilu membayangkan hidup Dew yang jauh lebih berat darinya.

Tangan Dew mengelus pipi Nani.
"Aku masih mau hidup untuk mencintaimu, menjagamu dari jauh, bahkan jika seluruh hal dalam hidupku membuatku menyerah, kamu adalah satu-satunya yang ingin kumiliki." Lagi, Dew mencium bibir Nani.

"Jangan menyerah padaku, aku nggak bisa hidup tanpamu." Ucap Dew ditertawai Nani.

Mungkin cinta hanya sedang mulai tumbuh, atau cinta yang mungkin hanya terlupakan mulai kembali. Nani ingin mulai kembali mempercayai pria ini, pria yang memberikan seluruh hidupnya hanya untuk mencintainya.

"Aku mencintaimu." Ucap Nani kemudian memeluk Dew. Dan Dew memeluk lebih erat.
"Aku? Selalu dan lebih mencintaimu." Balas Dew membuat Nani tersenyum.

...

Cinta tidak datang karena kebencian, namun Cinta mampu meluluhkan kebencian. Meski cinta dan benci mungkin satu genre.

Dan Nani luluh pada pria yang ia benci!
Perlahan Nani jatuh hati pada Dew Jirawat, Ayah dari anaknya yang belum lahir.

...

DAWN (DewNani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang