Ini Aku, Zeora

270 53 26
                                    

Assalamualaikum semua..
Cerita ini merupakan kelanjutan dari Bisikan Mereka dan Bisikan Maut. Bagi yang belum pernah membaca, silahkan untuk membacanya terlebih dahulu agar mengerti jalan alur cerita Bisikan Minta Tolong ini. Bagiku, sebuah karya itu bisa dinyatakan menarik jika sudah sampai di part kelima. Karena sebuah karya perlu berkembang untuk menjadi yang lebih baik. Jangan remehkan bagian di awal. Karena kupu-kupu berasal dari ulat yang menjijikkan dan akhirnya berubah menjadi sesuatu yang sangat indah untuk dilihat.

Happy reading 👀

"Masa kau mengepang rambutku saja tidak bisa, Zeora? Bukankah aku sudah mengajarimu berulang kali?" Sosok itu tampak cemberut dengan tatapan datar yang membuat lawan bicaranya justru tertawa.

"Kamu kan sudah mahir dari dulu. Sudah turun temurun punya warisan. Jadi maaf kalau aku belum semahir dirimu." Zeora berupaya untuk mengalihkan pikiran perempuan di depannya dengan cara mendorong ayunan tua yang sedang dinaikinya.

Sebuah ayunan beralaskan kayu tua nan kokoh sepanjang 45 cm itu masih tetap dapat mereka mainkan bersama-sama walaupun usia keduanya tak lagi terpaut usia anak-anak kecil pada umumnya.

"Kenapa kau betah denganku? Kenapa kau tak memilih teman yang baru ... yang tentu saja lebih baik daripada diriku?"

Neskala, gadis pribumi yang sangat ayu itu, perpaduan cantiknya ia dapatkan dari hasil pernikahan ayahnya dari bangsa Portugis dan ibunya yang memang merupakan kembang desa pada masanya.

"Pertanyaan bodohmu itu sudah kau lontarkan berulang-ulang kali seperti kaset yang rusak. Apakah kau tidak bosan? Tentu jawabanku tetap sama, 'kan?"

Kali ini Zeora mengangguk penuh senyum. "Karena kau memang sudah nyaman, kau menganggapku unik, dan menjadikanku rumah, 'bukan?"

Gadis yang diajaknya bicara justru tertawa, rona wajahnya seketika berubah menambahkan kecantikan berkali-kali lipat. "Bahkan kau sampai hafal dengan setiap kata dari jawaban kalimat yang selalu kuberikan."

"Zeora!"

Suara panggilan itu membuat keduanya menoleh secara bersamaan. Panggilan hangat yang tak pernah bernada tinggi itu membuat siapa saja ingin terus mendengarnya, seperti kenyamanan gamelan Jawa yang selalu mendayu-dayu tanpa ada sedikit pun sumbang yang tercipta.

"Iya Bubu."

Gadis itu, gadis yang tak lagi kanak-kanak, menghampiri sang ibu dengan manja. Menciptakan rasa tak ingin kehilangan satu sama lain.

"Masuk, yuk! Makan siangnya sudah siap." Pandangan yang semula menghangat ke arah Zeora itu seketika terpalingkan ke arah ayunan tua tempat teman Zeora duduk. "Neskala mau masuk juga?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Aku akan masuk jika aku mau, Dira. Terima kasih tawarannya. Kau sangat cantik hari ini."

Dira hanya tersenyum seraya mengacungkan jempol. "Kalimat yang tak pernah bosan kau keluarkan. Kami masuk dulu, ya!"

Neskala mengerlingkan mata dan mulai asik dengan ayunannya kembali.

Memang, dari cara memanggilnya kepada Dira sangatlah tidak sopan. Bahkan Zeora pernah hampir kesal karena itu, tapi hal itu bisa dikatakan tidak sopan jika kalian tak mengetahui siapa Neskala.

Atau justru kalian sudah tau?

8 tahun yang lalu ....

"Kau ini sebenarnya siapa? Mengapa kau selalu menguntitku, hah? Kau orang jahat, ya? Bubu berkata aku tidak boleh sembarangan mengenal orang, tapi mengapa kau selalu menggangguku?"

Bisikan Minta Tolong ⏳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang