Epilog

366 35 4
                                    

Sepuluh tahun yang ditunggu ...

Tepat hari ini. Dia sudah bersiap dengan dandanan make upnya yang cukup menggetarkan laki-laki manapun yang melihatnya. Karina tidak bodoh, tapi dia hanya mempercayai apa yang ingin dia percayai. Nyatanya memori terakhir adalah yang menyedihkan dan menyenangkan. Dia hanya berusaha mempercayai itu.

"Lo masih percaya?" Ibu hamil itu berdiam diri sambil memakan kukis yang dibawakan oleh Karina hari ini. Setelah dipastikan hamil selama dua bulan, Ryunjin lebih banyak menghabiskan waktunya di tempat tidur.

"Lo percaya kan sama Haechan lima tahun lalu. Kenapa gue enggak?"

Ryunjin melempar kukis ke arah Karina. Karina menangkap kukis itu dan memakannya. Seketika suasana hati Ryunjin memburuk karena tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan.

"Ya tentunya gue masih percaya. Lo percaya aja tuh sama si playboy, gue juga harus percaya."

"Hah. Gini lho Karina sayang. Gue masih ketemu sama Haechan. Istilahnya cinta lama bersemi kembali. Masih ada komunikasinyalah. Sedangkan elo? Lost contact, bahkan beda negara, beda tempat, beda kehidupan, beda semuanya. Dan poin utamanya adalah lo nggak pernah ketemu sama dia. Dari mana lo masih percaya dia akan datang?"

"Karena dia sudah janji sama gue."

"Dan lo percaya sama janji cowok?"

"Kenapa enggak? Lo nggak inget?"

Saat itu suasana sekolah tiba-tiba kembali heboh. Dengan hal yang sama yang terjadi satu bulan yang lalu. Kali ini Karina menjadi trending topic kembali. Foto-fotonya yang ada di Gunung Jirisan berjejer dengan rapi di dalam mading. Karina yang menyusuri foto itu sampai ke ujung satunya. Foto itu lalu berbelok dan dan berakhir di tengah dengan sebuah puisi di ujung foto terakhir.

Puisi kontemporer dengan tipografi berbentuk love yang tersusun dari beberapa kata. Puisi tersebut sarat akan makna. Karina tidak mengetahui dengan pasti apa maksudnya. Tapi rasanya dia sangat terharu dengan apa yang dilakukan ini. Karina mencari Jeno. Tapi dia tidak menemukannya. Karina justru menemukan Jaemin. Laki-laki itu hanya tersenyum tipis dan berjalan ke arahnya. Dia memberikan satu lollipop dan satu surat kepada Karina.

"Lo baca surat itu sambil makan lollipopnya. Pesen Jeno gitu."

Karina menyipitkan matanya. "Kenapa nggak dia sendiri yang ngasih? Dia ke mana?"

"Jawabannya udah ada di dalam surat itu."

Dear Karina,

Kamu pasti udah lihat mading pagi ini. Bagaimana? Aku harap kamu suka. Aku tidak pernah memikirkan harus memberikan apa untuk perpisahan ini. Perpisahan ini terlalu mendadak. Aku bahkan tidak memiliki banyak waktu untuk mengatakan selamat tinggal. Semuanya serba berjalan tanpa bisa aku cegah.

Karina, kita berpisah sekarang. Aku tidak bisa lagi mengamatimu. Aku cukup senang ternyata kamu berbeda dengan perempuan lainnya. Maafkan aku telah berpikiran buruk. Kamu berhak memarahiku seperti biasa. Tapi jangan menangis. Lollipop yang kamu makan ini aku harap bisa meredakannya.

Sekarang kita tidak bisa bertemu tapi aku harap kamu selalu bersemangat setiap harinya seperti biasa. Semangat itu membuat aku menyadari bahwa aku menyukainya. Lebih tepatnya menyukai orangnya. Menyukaimu.

Karina. Ini terakhir. I love you.

Jeno :))

Karina mengigit lollipop itu sampai berhasil patah. Karina mengunyahnya dengan pelan. Tapi air matanya terlalu cepat turun ke bawah. Dia tidak bisa menahan ini. Sebuah perpisahan yang menyakitkan harus dia rasakan. Karina tidak pernah menyadari bahwa setiap orang kapanpun bisa meninggalkan kita. Jeno memang mengatakan perasaannya. Tapi tidak seharusnya Jeno pergi setelah itu. Bahkan mereka belum menghabiskan waktu bersama karena mereka sama-sama sibuk akhir-akhir ini.

"Dan lo pada akhirnya jatuh sakit selama dua minggu—" Karina memberikan tanda untuk diam. Dia sudah lelah dengan ejekan Ryunjin selama hampir sepuluh tahun ini berlangsung. "Kar, gue bilang terakhir kali sama lo. Kalau hari ini si Jeno nggak muncul, lo harus mau gue jodohin sama yang lain. Lo tahu nggak sih? Cuma lo doang yang belum nikah di antara kita semua. Gue udah capek nyuruh lo nikah."

"Gue nggak minta lo nyuruh gue nikah."

"Tapi setelah ini lo harus nikah. Titik." Ryunjin mengatakan titahnya. Ibu hamil itu memang sangat sensitif akhir-akhir ini.

"Yaudah ya. Gue udah telat."

Karina berlari keluar rumah dan naik ke bus umum yang ada. Dia terlambat sepuluh menit dari waktu yang dia tentukan dulu. Sebenarnya mereka tidak pernah mengatakan di mana dan kapan sepuluh tahun lalu. Tapi mengingat Jeno ingin mengulang kisah mereka, disitulah Karina tahu di mana tempat dan waktunya.

Dia tidak berharap Jeno datang. Sekalipun Jeno tidak datang, dia akan tetap datang karena sekalian menjadi hari terakhir Karina berharap akan sosok Jeno. Dia sebenarnya lelah menunggu. Lelah tidak diberi kepastian. Dan hari ini adalah hari terakhir Karina menjalani hidup di atas rasanya cintanya untuk Jeno. Setelah hari ini Karina berjanji untuk berhenti.

Karina terlalu fokus untuk menunduk. Dia lalu berhenti dan mengambil lollipop yang berada di atas batu. Lollipop itu mengingatkannya dengan lollipop terakhir yang pernah dia makan bersamaan dengan surat cinta yang pernah dia terima sepuluh tahun lalu. Hari ini rasanya dia melihat semua kenangan sepuluh tahun lalu itu kembali. Karina tidak kuat untuk menahan rasa sesak di dadanya dalam mengingat kisah itu. Tanpa dia sadari, ternyata pemilik lollipop itu sedang menunggunya di bawah pohon sakura sambil bersandar.

Karina menutup matanya dan membukanya kembali. Sosok itu masih sama. Dia beralih mengusap matanya. Dan tetap sama. Itu memang laki-laki yang selama ini Karina tunggu. Air matanya tanpa sadar menetes begitu saja. Dia lalu berlari ke arah Jeno.

Laki-laki bermata bulan sabit itu menyambut pelukannya dengan erat. Karina bahkan mengepalkan tangannya dengan kuat untuk meredakan emosinya. Tapi Karina tidak bisa. Dia justru menangis dengan kencang. Rasanya pelukan ini membawanya pulang ke sepuluh tahun lalu.

"Apa kabar?" suara berat itu menyapa telinganya kembali. Karina semakin meraung dengan keras. Dia benar-benar merindukan Jeno.

"I'm still loving you Jeno. You know that?"

"I know, because you'are here." Mereka saling mengeratkan pelukan masing-masing. Setelah perjalanan panjang, mereka bertemu kembali karena mereka saling percaya. 

You're Breaking My Life After The Spring ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang