4. Just A Smile

246 38 3
                                    

Katanya rumah teman itu adalah rumah sendiri. Definisi yang memang cocok untuk keadaan rumah Jeno saat ini. Haechan dengan bebas mengambil es krim dan Renjun yang mengambil jelly dari kulkas. Kedua orang itu kalau masalah makanan memang paling depan. Berbeda dengan temannya yang baru datang, dengan tanpa dosanya langsung merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Berguling-guling sebentar lalu menatap Jeno yang sedang bermain video game.

"Jen, lo!" Jaemin menunjuk Jeno lalu mengacak-acak rambutnya karena dia merasa terlalu kesal dengan apa yang dilakukan Jeno sekarang. "Lo sejak kapan nyerang cewek-cewek yang ngejar lo sih Jen? Gue pusing gara-gara lo. Nggak biasanya lo kayak gini."

Satu menit

Dua menit

Tiga menit

Yang terdengar hanya suara geraman Haechan dan Renjun yang saling menyenggol satu sama lain. Jaemin lalu menyingkirkan dua kepala yang berdekatan itu. "Lo berdua diem dulu deh."

"Terserah gue lah. Lagian cewek-cewek kayak gitu sesekali harus dikasih pelajaran. Lagian mereka sukanya cuma dari tampang. Ntar juga kalau bosen ditinggal. Apalagi kalau lihat cowok ganteng yang lain." Jeno pada akhirnya menjawab pertanyaan Jaemin sambil bermain game.

"Tapi lo nggak perlu kayak gitu sama Karina Jen."

"Kenapa kalau sama dia nggak boleh?" Jeno menjeda gamenya dan menatap Jaemin dengan tajam.

"Masalahnya gue yang harus ikut-ikutan sama urusan kalian anjir. Gue juga punya urusan sendirilah. Ngapain jadi mak comblang kalian."

Jeno menaikkan bibirnya ke kiri. "Bukannya lo sendiri yang masukin diri lo ke urusan orang lain? Kalau dari awal lo nggak ngasih nomor gue juga tu cewek nggak akan ngechat gue kan Jaem?"

"Mampus," Haechan dan Renjun berseru bersama-sama. Apalagi Jaemin mengacak-acak rambutnya. Terlihat benar-benar telah stress dengan keadaan.

"Terserah lo lah Jen." Jaemin lalu mengambil kopi di kulkas Jeno dan meminumnya. "Arrrgh ini kopinya pait, sepait jalan hidup gue."

"Lebay lo. Orang itu kopi bukan racikan lo." Renjun yang daritadi menonton akhirnya bersuara juga. "Lagian lo sendiri yang milih jalan kepaitan itu Jaem."

"Bener. Tapi lo juga salah Jen. Apa lo harus segitunya ngerjain si Karina? Ada alasan lain bukan?" Haechan juga ikut berbicara setelah berkutat dengan pikirannya.

Jeno terdiam, dia hanya tersenyum dengan tipis. Dia sendiri tidak mengerti mengapa dia melakukan itu.

***

"Selamat tinggal Pa." Karina menunduk sebentar untuk memberi salam kepada Papanya.

"Papa bilang apa? Jangan lupa senyum ya. Semangat waktu sekolah." Karina lalu tersenyum dengan paksa.

"Iya Pa." Mobil Papa Karina lalu berjalan menjauh. Karina menatap hall hamparan jalan menuju gedung kelas. Dia tidak berminat untuk bersekolah hari ini.

Karina memilih berbalik badan tapi tidak sengaja tubuhnya menabrak murid lain yang berjalan berlawanan arah. "Maaf." Karina menunduk lalu menatap siapa yang dia tabrak. Ketika melihat orangnya, Karina menarik kembali kata-katanya. "Nggak jadi maaf kalau gitu." Karina berlalu dari laki-laki tinggi itu.

Sedangkan Jeno hanya menatap perempuan tinggi itu berlalu dari lingkungan sekolah. Jeno menatap punggung Karina sampai menghilang barulah dia masuk ke dalam lingkungan sekolah. 

You're Breaking My Life After The Spring ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang