4

1.1K 139 1
                                    

Satu hal yang Yoohyun sadari selama hidup bersama kakaknya adalah bahwa Yoojin sangat menyayangi dirinya.

Mungkin tidak sadar secara langsung, tapi hal ini pasti pernah terlintas di kepalanya berkali-kali secara tidak sadar. Siapa yang tidak bisa melihat kasih sayang Yoojin terhadap Yoohyun yang begitu jelas?

Menyadari hal ini bukan berarti Yoohyun tidak sayang kakaknya juga. Justru sebaliknya--Yoojin adalah seluruh dunia Yoohyun.

Bagi Yoohyun yang masih duduk di bangku TK, Yoojin adalah kakaknya yang seru; kakaknya akan menawari Yoohyun untuk digendong selama perjalanan pulang sekolah dan Yoohyun akan tertawa lepas bersamanya. Ini adalah hari-hari tanpa cemas--tidak sepenuhnya, karena di usianya yang masih sangat muda, Yoohyun sudah mengerti arti tatapan-tatapan tetangga mereka setiap kali mereka berjalan melewati rumah mereka.

Bagi Yoohyun yang duduk di bangku SD, Yoojin adalah kakaknya yang selalu dapat diandalkan; bahkan sejak sebelum kematian kedua orang tuanya, Yoojin selalu membeli semua bahan makanan mereka sendiri. Ia akan pulang dari sekolah memegang buku catatan dan berkata, "Kakak belajar resep baru lho, Yoohyun! Mau coba?", dan Yoohyun akan mengangguk senang.

Setelah kematian kedua orang tua mereka, rutinitas ini tak berubah banyak, hanya saja jumlah resep yang Yoojin pelajari semakin banyak tiap harinya dan Yoohyun akan duduk di sekolah dengan senyuman kecil di wajahnya, menantikan bekal apa yang telah disiapkan kakaknya.

Bagi Yoohyun yang duduk di bangku SMP, Yoojin adalah kakaknya yang selalu bekerja keras; dirinya hampir melarang Yoojin berhenti sekolah demi mencari uang untuk mereka hidup sehari-hari. Namun, Yoohyun tidak bisa berkata apa-apa melihat tekad bulat kakaknya itu dan akhirnya mengangguk setuju.

Yoojin akan pulang setiap harinya dengan penuh keringat dan wajah lelah, tapi ia tak pernah gagal menyapa Yoohyun dengan senyuman lebar di wajahnya dan bercerita mengenai kejadian-kejadian lucu di tempat kerjanya--hanya yang lucu, karena Yoohyuun tahu kakaknya adalah orang baik seperti itu.

Bagi Yoohyun yang duduk di bangku SMA, Yoojin adalah kakaknya yang berharga; semakin dirinya bertumbuh besar menuju umur kedewasaan, semakin besar juga niatnya untuk membangun hidup yang nyaman bagi Yoojin.

Dengan nilainya yang selalu bagus, Yoohyun akan mengambil tes masuk ke sekolah kedokteran ternama, mendapatkan beasiswa, dan membujuk Yoojin untuk memakai uang tabungan untuk kuliahnya sebagai uang dirinya sendiri--supaya dia tidak harus bekerja empat pekerjaan paruh waktu sekaligus dalam satu hari. Yoohyun akan bersikeras membantu bekerja juga selama dirinya berada di kuliah. Ketika Yoohyun mendapatkan pekerjaan yang membayar besar, ia akhirnya bisa menggantikan posisi kakaknya sebagai pencari nafkah. Ia akan membeli rumah, bukan apartemen, untuk ditinggali ia dan kakaknya. Mungkin kakaknya juga bisa melanjutkan kuliah, mengejar ketertinggalan akibat harus bekerja di usia dini.

Rencana ini telah dipikirkannya matang-matang ketika Yoohyun menyelesaikan tahun pertama di SMA. Yoojin tidak akan tahu apa-apa, tentu saja. Ia tidak ingin mengkhawatirkan kakaknya dengan hal sepele seperti ini. Sudah cukup Yoojin mengurus pekerjaan-pekerjaannya saja.

Semua poin di atas--bukti-bukti mengenai betapa dalam kasih sayang Yoohyun pada kakaknya--dikuatkan dengan keinginan Yoohyun untuk menjadi adik yang paling baik, penurut, manis, dan suka menolong kakaknya. Intinya, dia ingin menjadi adik yang sempurna untuk segala keadaan yang kakaknya jalani.

Tentu saja, tidak ada yang tahu penyebab perilaku Yoohyun yang seperti ini. Kasih sayang memang tidak bisa diberikan alasan. Kalau apapun, kasih sayang Yoojin lebih tidak masuk akan dibanding dengan kasih sayang Yoohyun.

Tidak ada kata-kata yang bisa menjawab pertanyaan mengapa Yoojin tidak pernah mempedulikan cemooh dari orang-orang di sekitar mereka terhadap dirinya, tapi marah ketika perkataan itu ditujukan kepada adiknya. Tidak ada kata-kata yang bisa menjawab pertanyaan mengapa Yoojin mau berhenti sekolah dan bekerja demi menghidupi adiknya. Tidak ada kata-kata yang bisa menjawab pertanyaan mengapa Yoojin bisa tetap tersenyum lembut pada Yoohyun seusai pulang dari hari bekerja yang melelahkan.

"Aku pulang, Yoohyun," kakaknya akan berkata begitu melihat Yoohyun yang segera menghampiri pintu apartemen mereka--kebiasaan yang Yoohyun buat sejak kakaknya memutuskan untuk bekerja, ia ingin menjadi hal pertama yang dilihat kakaknya ketika pulang. "Bagaimana sekolahmu hari ini?"

Yoohyun akan tersenyum dan menjawab, "Baik.", sebelum mulai menceritakan hari sekolahnya--hanya yang baik-baik. Jika Yoojin hanya ingin menceritakan yang baik-baik untuk tidak mengkhawatirkan dirinya, Yoohyun ingin melakukan hal yang sama. Terkadang, jika ada hasil ujian yang dibagikan, Yoohyun akan mengeluarkan kertas itu dari tasnya dan menunjukkannya kepada Yoojin. Wajah kakaknya akan bersinar lebih terang ketika melihat nilainya yang hampir selalu sempurna.

Tidak tahu dari mana kakaknya itu mendapatkan energi untuk menanggapi semua cerita Yoohyun dengan bersemangat setiap kalinya tanpa gagal, tapi Yoohyun suka rutinitas ini.

Sayangnya, semua hal baik tidak pernah bertahan lama.

Yoohyun menatap tangannya, takut dengan dirinya sendiri atas apa yang baru saja ia lakukan, takut dengan makhluk-makhluk--dinosaurus? Monster?--lain yang mulai berterbangan masuk ke dalam kelas, takut dengan layar-layar biru yang tiba-tiba muncul melayang depan wajahnya. Di sana ditulis nama lengkapnya, huruf S besar di sampingnya, dan nama-nama benda asing lainnya.

Ia takut. Ingin pulang, ingin lari ke pelukan kakaknya.

Yoohyun hanya seorang bocah 17 tahun, menuju 18--masih tidak tahu apa yang harus dia lakukan dengan keadaan dunia yang seperti kiamat ini dan kekuatan barunya. Pikirannya otomatis menuju ke kakaknya.

Dimanapun kakaknya berada, Yoohyun  berdoa agar Yoojin baik-baik saja, agar setelah semua kegilaan ini selesai, Yoojin akan pulang ke apartemen mereka dan menyapanya dengan senyuman.

Di saat itu, Yoohyun belum menyadari kalau ia tidak akan bisa melakukan hal itu lagi, kalau semua rencana yang telah dipikirkannya supaya Yoojin bisa hidup nyaman akan sia-sia. Namun, Yoohyun tahu satu hal ini.

Apapun yang terjadi, Yoohyun tahu dirinya akan berbuat apa yang menurutnya terbaik untuk kakaknya.

(Bahkan jika dia harus memutuskan hubungan mereka, hanya demi keamanan kehidupan kakaknya yang normal.)

Lied ; Han Yoojin & Han Yoohyun [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang