Hari senin. Hari di mana seharusnya Adzra, Adzriel, dan Kylie sekolah. Tapi berhubung sekolah mereka yang kebakaran itu, serta Dzaka yang memilih untuk mengurus kepindahan anak-anaknya, ketiga remaja tersebut pun pada hari ini hanya berakhir di tempat makan keluarrga.
Namun, jangan harap bahwa itu adalah hari yang tenang. Bahkan dari pagi-pagi saja, alarm khas lagu berupa simulasi teriakan orang saat disiksa di neraka sudah berdentang demi membangunkan jiwa-jiwa tersesat Adzra, Adzriel, dan Kylie. Ini adalah ide Anes tentu saja. Pasalnya ketiga anaknya itu jika sudah tidur, benar-benar seperti orang mati.
“Anak-anak!” seru Anes dengan riang gembira. Penuh energi. Sangat berkebalikan dengan putra dan putrinya yang lunglai, lemah, letih, lesu, dan nyawa yang belum terkumpul, tengah duduk malas tempat meja makan.
Anes pastinya memiliki ide nyeleneh lain untuk bisa membangkitkan semangat anak-anaknya ini. “Kalian lapar, kan?” Anes mengangkat panci besar dan meletakkannya di atas meja.
Krruukkk ….
Bunyi perut pun terdengar, sebagai ganti sahutan dari ketiga suara anak-anaknya yang hilang. Adzra, Adzriel, dan Kylie menoleh malas ke arah ibu mereka.
“Oke! Barang siapa yang paling banyak ngumpulin ayam ini ke piring makan kalian dengan mulut!”—seru Anes seraya mengambil tiga paha ayam dan mengangkatnya tinggi—"maka boleh request mau apa-apain(?) suami Mama terserah kalian! Gimana?”
WOW. Kesempatan emas!
Mata Adzra dan Adzriel langsung berbinar, mereka bisa meminta ayah mereka untuk melakukan apa pun? Jika sudah Anes yang berkata, tidak mungkin kalau hal seperti tadi mustahil.
Dan menyaksikan kesempatan yang bisa saja merugikan dirinya itu, Kylie langsung membelalakan mata. Celaka. Bagaimana kalau Adzra dan Adzriel meminta agar ayah mereka tidak memberi Kylie jajan seumur hidupnya nanti? Tidak, tidak, tidak. Ktylie harus menang. Dia tidak boleh kalah dalam pertempuran kali ini. Demi keberlangsungan hidup yang sejahtera.
“Oke! Mulai!”
Anes naik ke atas kursi, lalu melemparkan beberapa paha ayam bagai membaginya pada hewan ternak untuk ketiga anak-anaknya, yang sudah siap dengan posisi mereka masing-masing. Bersiaga untuk menerkam paha ayam tersebut.
“Ambil ini! Tangkap!”
Hap!
Adzra menerkam bagai hiu. Adzriel pun menyusul seperti harimau, dan ada Kylie yang … langsung meraup dua sampai tiga paha ayam sekaligus dengan mulutnya secara brutal.
Hap! Hap! Hap!
Adzriel yang merasa terusik oleh keberingasan adiknya itu langsung merinding, ia menarik ujung lengan baju Adzra sambil berbisik pelan, “Kylie lagi kesurupan satwa gunung.”
“Itu roh binatang yang pasti mati kelaparan.”
“Liat dia, udah kaya jelmaan hewan beneran.”
“Gila sih, dia bisa nyaingin Mr.Bean kalo kaya gini.”
Sinting, tapi lucu. Begitulah kesan Adzra dan Adzriel pada adik mereka yang sangat brutal dalam menerkam paha demi paha ayam yang Anes lemparkan.
“K-kita ngalah aja, yuk.” Adzriel memberi usulan.
“Gimana kalo nanti Kylie minta buat tinggal sendiri?”
“Kita bisa minta hal yang sama. Terus ngungsi di tempat Kylie.”
“Dia nggak bakal nerima kita.”
“Kita emang gak usah diterima, tinggal maksa aja.”
Kalau soal Kylie … Adzriel memang yang paling terdepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Absurd Family
HumorKeluarga Kylie tidak ada yang beres. Semua sakit jiwa. Dari ibu yang punya kelakuan di luar nalar manusia, ayah yang terlalu bucin luar binasa, dan dua kakak kembar si Adzra dan Adzriel yang tidak kalah sintingnya. Tolong siapkan mental kalian karen...