Bagian 15

129 23 0
                                    


"Wow... ini jauh lebih baik dari sebelumnya," pekikku girang.

Ya Tuhan, bagaimana mungkin aku sampai melupakan mobil kesayanganku? Beberapa hari yang lalu petugas dari bengkel Juyeon mendereknya dalam kondisi parah. Dan sekarang, siapapun yang melihatnya pasti tidak percaya bahwa mobil ini pernah menjadi korban keberingasan para penjahat gila. Tidak ada bekas kaca retak, ban kempis, goresan ataupun sorotan cat pada body mobil.

Juyeon berdiri di sampingku terkekeh bangga. "Besok karyawanku hanya memasang kaca itu." Dia menunjuk jendela samping kiri yang masih bolong. "Dan lusa kau bisa membawanya pulang."

Mobilku nyaris sempurna. Satu masalah sudah beres dan bisa mengurangi kecurigaan ibu.

"Terimakasih, Juyeon. Tolong jangan sungkan untuk memberitahukan berapa biaya yang harus kubayar. Kau selalu menolongku disaat-saat kritis."

"Kau yang tidak perlu sungkan. Bukankah kau tahu cara untuk berterima kasih padaku? Cukup mentraktirku kopi, tapi kali ini... Aku boleh nambah sepuasku." Cengiran ya melebar. "Bagaimana jika sekarang?"

Aku melihat jam di ponsel, lalu menyerngit pada Juyeon.

"oh, please. Jangan  bilang kau tidak bisa, Jisung. Kita baru bertemu lagi setelah sekian lama"

Hari ini jam kuliahku memang ada yang tengah kosong, jadi aku menerima ajakan Juyeon untuk datang melihat mobilku. Tapi, Minho akan datang untuk menjemputku, dia pasti meledak jika tahu aku keluar dari wilayah kampus.

"Aku benar-benar minta maaf, Juyeon. Hari ini aku tidak bisa. Banyak sekali Masalah menumpuk yang harus cepat-cepat kudelesaikan. Tapi Setelah semuanya selesai aku janji akan mentraktirmu."

Juyeon mendesah, membuat bahunya yang terbungkus kemeja biru lunglai. Tapi detik berikutnya dia justru tersenyum dan menarik tanganku.

"Oke, tapi ku antar kau pulang supaya kita bisa mengobrol di dalam mobil."

"Tak apa Juyeon, aku akan naik taksi saja. Aku tidak mau merepotkanmu."

Tapi Juyeon tidak peduli. Dia membuka pintu depan mobilnya, lalu dengan halus mendorongku masuk. Senyumnya menyungging puas saat melihatku menyerah dan duduk pasrah di dalam mobil mewahnya.

"Tenang saja Jisung. Aku tidak akan menculikmu," kata Juyeon dengan nada riang sebelum akhirnya pintu mobil tertutup.

***

Perjalanan menuju apartemenku lancar dan menyenangkan. Kami berbicara banyak hal. Bercerita tentang kekonyolanku bersama Felix saat masih anak-anak di timpali dengan cerita masa kecil Juyeon.

Juyeon tengah bercerita tentang sapi yang mengejar dia dan sepupunya, saat aku selesai mengirim pesan pada Minho. Aku memberitahunya untuk tidak perlu datang menjemput karena aku bisa pulang bersama Seungmin dan pacarnya dan di jamin aman. Aku memilih berbohong mengingat dia pasti akan marah jika tahu aku pulang bersama Juyeon.

"Jadi, apa yang di lakukan sapi itu? Dia menggigitmu?" Tanyaku asal.

Tawa Juyeon meledak, terbahak-bahak. Sesaat aku khawatir mobilnya akan menabrak orang. "sapi tidak menggigit manusia, Jisung. Tapi sapu itu terus mengejar kami karena kami lari ketakutan. Aku tidak sengaja menabrak sepupuku yang berlari di depan sampai dia terjatuh dan terbentur batu. Aku menangis saat tahu kepalanya terluka sampai harus di jahit."

"Orang sepertimu bisa menangis ?" Tanyaku lagi tanpa berpikir.

Juyeon terkekeh. "Saat itu usiaku sepuluh tahun. Aku pikir aku telah membunuhnya, ternyata itu hanya luka." Tiba-tiba raut senang di wajah Juyeon berubah kaku dan tegang. Perasaan bersalah menghampiriku. Aku menyesal telah membuatnya mengingat kejadian buruk di masa lalunya. Dan membuat kami sama-sama terdiam mengamati jalanan di depan.

The Sweet Hostage Minsung Vers(Sandera Yang Manis) Remake Novel Nesti Mindha R. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang