Kami tengah berjalan menuju lift ketika Jungwoo yang berjalan di depan tiba-tiba berbalik dan bertanya, "Minho, kau bawa nasi goreng untukku tidak?"
Minho mengangkat bungkusan plastik di tangannya untuk memeriksa, lalu menggeleng sebal, "Tidak. Mungkin tertinggal karena kau terlalu rakus memborong semua makanan ini."
Jungwoo meringis lalu menyerahkan satu kantong plastik putih yang juga berisi makanan. "Mungkin tertinggal di mobil. Aku akan mengambilnya. Kalian naik lebih dulu saja. Sayang jika tidak di makan."
"Dasar perut karet," ejek Minho geli begitu melihat Jungwoo berlari pergi penuh semangat.
Aku dan Minho berdampingan masuk ke lift apartemen yang sepi. Seperti malam sebelumnya, hujan selalu tiba-tiba turun di Sertai angin. Pintu lift tertutup pelan, memulai suasana intim di ruangan sempit itu. Kami berdiri berdampingan, saling menatap kikuk mengingat momen mesra di dalam mobil yang sengaja di rusak oleh Jungwoo.
Tidak kuat menahan degup jantung, akhirnya aku berdeham, "Hm, jadi kau punya kakak?"
Mata Minho menggelap, tubuhnya berubah kaku. "Aku yakin kau akan menanyakan hal ini. Kau selalu penasaran," kata Minho dengan nada dingin dan sinis.
Dahiku berkerut."Kakak laki-lakiku empat tahun lebih tua dariku. Dia anak ayahku dengan istri pertamanya," suaranya bertambah rendah. "kakak tiriku,"
Aku menghembuskan nafas yang sudah kutahan cukup lama. "Pasti itu yang membuatmu tidak dekat dengannya," lalu aku bertanya hati-hati, " jadi kau memang tidak menyukainya?"
Lift berhenti di lantai enam dan pintunya membuka. Ku ikuti langkah Minho menuju kamar apartemen ku. Dia tetap menggandeng tanganku yang bebas dari kantong plastik.
"Sejak ibunya dan ayah bercerai, perhatian ayah sepenuhnya untuk dia terlebih setelah ibunya meninggal beberapa bulan setelah perceraian mereka. Tapi berubah saat ayah menikahi ibuku dan aku lahir kemudian. Dia menganggap ibu dan aku merebut semua perhatian ayah. Saat tumbuh semakin besar, kebenciannya padaku semakin jelas terlihat, tapi setidaknya dia masih menghormati ibuku dan mau bersikap baik padaku di hadapan ayah." Minho membuka pintu apartemen dengan senyuman masam.
Setelah masuk dan mengunci pintu, aku menyalakan lampu lalu meletakkan ranselku dan 'sesajen' untuk Jungwoo di meja dapur. Minho melakukan hal yang sama untuk kantong plastik yang dia bawa. Kini kami berdiri berhadapan.
"Apakah itu berarti kakakmu tidak bersikap baik di belakang ayahmu?"
Mata Minho berkedip cepat, raut wajahnya gelisah. "Tidak terlalu, kurasa. Dia hanya lebih suka berusaha mengambil hati ayah, mengambil beberapa mainanku dan mencoba membuat kepalaku gegar otak beberapa kali. Kupikir, hobinya sama denganmu," Minho melontarkan candaan yang aku yakin untuk menutupi kegelisahannya. "Hanya saja tindakannya belakangan ini sulit kupercaya dan sulit ku maafkan."
Tanpa sadar tanganku terangkat membelai lembut tulang pipi Minho yang kokoh tapi kini tampak begitu rapuh.
"Ayahku juga lebih memanjakanku dari pada Felix, dan Felix terlalu baik, dia bahkan tidak pernah protes. Jadi aku tidak bisa membayangkan rasa bersalah yang kau alami, Minho. Tapi aku tahu, kau juga sama tertekannya dengan kakakmu karena sebenarnya kau tidak menuntut untuk lebih di sayang. Menurutku kau orang yang besar hati. Buktinya, kau tidak mau melibatkan keluarga dalam masalahmu. Kau ingin mereka selamat." Mataku mendadak terasa panas.
Kulihat sudut bibir Minho terangkat dan sorot geli sudah ada lagi di mata jernihnya. "Hei, pandai juga kau berbicara... Eh, apa aku sudah mengatakan padamu bahwa malam ini kau terlihat lebih mempesona dari biasanya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Hostage Minsung Vers(Sandera Yang Manis) Remake Novel Nesti Mindha R.
Cerita PendekJisung patah hati ketika tahu pacarnya tidur dengan dosen paling genit di kampusnya. Untuk melampiaskan kemarahan, ia mengobrak-abrik isi rumah dosennya. Sayangnya aksi Jisung itu di rekam oleh pria menyeramkan. Pria itu yang mengaku bernama Rhino m...