O2.

58 10 1
                                    

Jidan duduk menunggu seseorang dengan secangkir latte di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jidan duduk menunggu seseorang dengan secangkir latte di depannya. Hari ini akhir pekan, sekolah tentu saja libur dan itu dimanfaatkan Jidan yang notabene anak tahun terakhir untuk bersantai sejenak. Terlebih dia juga perlu istirahat dari kegalauan yang belum juga mereda sejak kejadian beberapa hari lalu.

Setelah kata putus itu, Hendra benar-benar menjaga jarak dengan semuanya. Baik Jovi, Heski, Hafis, atau Jerald pun tidak tahu alasan yang membuat teman yang paling tua di circle mereka mendadak jadi anti sosial begitu.

"Hendra galau juga kali, bukan lu doang", celetuk Yodan..salah satu teman Hendra kemarin yang tidak sengaja bertemu Jidan saat melewati koridor kelas IPS. Kalau ditanya darimana Yodan bisa menyimpulkan itu, dia menjawab hanya firasat dan gelagat Hendra yang tidak bisa berbohong.

Tapi selepas itu, Daren yang diberitahu Jidan langsung menyanggah dengan sarkas. "Dia yang mutusin kok galau sendiri, orang aneh", julid Daren. Ditemani Sabel yang ikut nimbrung sambil menunggu Ashlan keluar dari ruang guru juga menanggapi hal yang serupa. "Kak Idan udah mending fokus ujian aja, emang masih trend galauin mantan ya?", ujar Sabel acuh.

.

"Oh putus toh? Yaudah sih, biarin aja..lagian gada bagusnya juga pacaran sama dia", Yunin menyeruput hot cocoa miliknya setelah mendengar cerita Jidan yang menurutnya membosankan.

Bagi Yunin, kehidupan dan percintaan Jidan sangat melelahkan untuknya. Sebagai sepupu yang kebetulan dekat, ia tahu sekali bagaimana latar belakang Jidan. Kalau kata Yunin..Jidan hanya kurang beruntung saat ini tapi gak tahu lagi nanti.

"Lucu banget tau gak? udah dipatahkan orang tua..masih dipatahkan cinta yang gak jelas", sarkas Yunin sambil melirik Jidan yang terkekeh sinis. "Dan, kamu tuh dari dulu selalu aja gampang jatuh ke orang..heran loh, padahal jelas-jelas kamu tahu gimana munafiknya manusia ke kamu tapi masih aja kamu nih-haduh!", Jidan tertawa pelan tidak merasa tersinggung karena sudah terbiasa dengan alur hidupnya.

"Soalnya waktu proses pengenalan diri, sifat asli manusia itu belum nampak", ujar Jidan tenang lalu menatap latte yang sudah dingin itu. "Ada bagusnya juga sih aku ngerasain sakit dan jatuh berkali-kali, jadinya kebal ntar", sanggah Jidan. "Heh masokis! Bilang aja pura-pura hidup padahal aslinya mati", sarkas Yunin lagi.

"Gini loh Dan, aku gapapa kalau kamu mau pacaran sama siapa kek, mau itu cewe, mau itu cowo, terserah! Tapi kalau akhirnya kamu yang disakitin itu loh yang jadi masalah", Jidan menatap Yunin diam tidak mau menyanggah. "Berapa kali kamu berakhir kaya gini? sering loh..terus kamu pacaran sama si Hendra itu aja aku tahunya dari Ashlan, gila loh..aku sepupumu bukan sih?".

Hubungan Yunin dan Jidan sebenarnya tidak dipublish disekolah. Bahkan selain guru, yang hanya mengetahui hubungan darah mereka hanyalah Daren karena kebetulan Daren satu sekolah dengan Yunin dan juga Jidan sejak sekolah dasar. Itu pun Daren tidak sengaja mendengar pembicaraan Jidan dengan Yunin di telefon dulu saat mereka berdua menunggu kelas dance.

Plot Twist (Isn't That Funny?) | SukhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang